Hai teman-teman! Maaf yah gue jadi jarang post. Gila, gue tarik kata-kata gue SMA biasa aja. Lama-kelamaan gue sekolah gue udah mulai merasa LUAR BIASA. PR, TUGAS, ULANGAN TIAP HARI!!! Gila.
Okey stop mengumpat. Well, di sela-sela kegiatan sibuk gue , gue menyempatkan diri untuk membuat cerpen yang terinspirasi dari kehidupan nyata.
Jadi... selamat membaca!
Dari balkon depan
kelasku, aku melihat seorang cowok tinggi dengan kulit cokelat khas cowok
olahraga, sedang mengobrol dengan teman-temannya. Ia tertawa, memamerkan
deretan gigi-gigi putihnya yang kontras dengan kulitnya.
Melihatnya
tertawa yang sangat jarang terjadi itu , kontan membuatku melayang. Seolah aku
melawan gaya gravitasi.
Namanya
Kendall. Ia sekarang duduk di kelas senior dan ia bukan sembarang orang. Bisa dikatakan ia adalah primadona
sekolah. Jadi tak heran jika banyak perempuan, baik yang seangkatan dengannya
maupun para junior menyukainya.
“Hayo, lagi
ngapain lo?” tanya Barbara mengangetkanku.
Aku
tersentak dari lamunanku. “Astaga! Lo mah, bar… gue lagi liatin Kendall juga”
kataku mencak-mencak.
Barbara
langsung menyenggol pinggangku menggoda. “Cie… ceritanya beneran suka kak
Kendall nih?”
Aku hanya
mengangkat bahu dan lanjut melihat Kendall dari kejauhan. “Gue gak yakin sih…
abis dia populer”
“Takut
banyak saingan gitu maksudnya? Gara-gara lo kalah cakep dari Monica gitu?”sindirnya.
Bibirku
refleks maju 5 senti akibat ucapan Barbara yang menancap. Seperti yang
kubilang, Kendall cowok populer. Dan tak sedikit cewek yang mengejar-ngejarnya,
termasuk si Monica itu. Ia salah satu yang dikabarkan paling dekat dengan
Kendall. Menurutnya, tak ada cewek lain yang boleh mendekati Kendall selain
dirinya. Egois kuakui.
Melihatku
diam, Barbara langsung menarik kembali kata-kata pedasnya “Il, jangan marah
dong… gue bercanda kali… lo jauh jauh jauh lebih cakep kok daripada Monica”
Aku menoleh
menatap sahabatku dari SD itu sambil mengerjapkan mata padanya. Susah memang
membenci sahabat sendiri. “Beneran gue lebih cakep?”
“Hu, dasar!
Giliran dipuji aja langsung membaik”
Aku terkekeh
geli. Meski ragaku ada disini, pikiranku terus melayang kebawah… melihat
Kendall dari sini.
***
“Lo harus tau, sekolah ini punya idola”kata
Barbara dengan mantap.
Aku yang saat itu sedang kelelahan sehabis
dibentak-bentak OSIS menanggapinya dengan setengah hati. MOS membuat pikiranku
tidak sinkron dengan dunia nyata.
“Yang mana?”tanyaku letih.
Barbara memberi tatapan padaku untuk melihat
kearah jam 10.
Dari kondisi kelelahan parah, mendadak aku
langsung terpesona melihat orang itu. Rambutnya hitam ikal, matanya bulat dengan
iris nyaris hitam… Wow adalah kata pertama yang kusebut ketika melihatnya.
Ia berjalan menatap lurus kedepan tanpa
tersenyum atau berbicara pada teman-teman disampingnya.
Jika menurut sebagian orang ia sombong,
bagiku ia lebih mengarah ke tipikal cowok dingin. Cowok misterius yang
menyimpan segudang rahasia. Jenis cowok yang tidak bisa tertebak, membuat kami
para kaum hawa bertanya-tanya… siapakah ia?
***
“Kendall,ya
ampun ganteng banget” Aku terkesiap melihat Kendall sedang membantu guru
membawa buku. “Baik lagi. Cowok idaman banget tuh! Gak salah kan gue suka dia”
lanjutku masih sambil berbunga-bunga melihatnya.
Kutunggu
respon dari Barbara. Tumbenan, ia tidak menyeletuk seperti biasanya. Sedang apa
sih dia?
Aku memegang
lengan Barbara di sebelahku. Namun, bukan lengan berisi yang kupegang , aku
malah memegang lengan kurus milik Monica.
Buru-buru
aku menarik tanganku dari lengannya. Sial, tadi kan aku menyebut nama Kendall!
Di hadapan Monica pula…
Monica dan
teman-temannya menatapku sinis. Ia langsung pergi dari hadapanku saat itu juga.
Sementara
aku, terbengong-bengong melihat punggung-punggung gank populer itu berangsur
menjauh.
“Ilona… lo
kenapa bengong?” Barbara melayangkan tangannya kepadaku. “Gue tebak deh. Pasti
Kendall baru lewat yah disini?”
Aku
menggeleng lemas. “Dia dibawah”
Barbara
melongok kebawah dan memang dibawah sana di depan ruang guru berdiri Kendall
sedang berbicara dengan guru.
Dengan
tatapan bingung ia mendekat kearahku “Terus kenapa, il?? Jawab!!!” desaknya tak
sabar.
Aku menelan
ludaku susah payah. “Bar… gue baru bilang dihadapan Monica kalau Kendall itu
ganteng dan gue suka dia”
Barbara
terkesiap. “Ilona… gue udah bilang di depan mata lo gue mau ke toilet. Makannya
lo sih kebanyakan ngelamunin Kendall! Gue gak tau deh gimana kelanjutan nasib
lo entar lagi…”
Semoga
nasibku baik-baik saja…
***
Sayangnya
apa yang terjadi tak seperti harapanku. Keesokan harinya, tiba-tiba saja semua
cewek yang berpapasan denganku menatapku dengan tatapan sinis layaknya aku
telah berbuat salah dan berdampak pada pencemaran nama baik sekolah atau
semacamnya.
Puncak
kecanggungan terjadi saat aku tak sengaja bertemu dengan Monica.
“Dasar cewek
gak tau diri” katanya begitu saja padaku.
Kalimat yang
ia lontarkan itu tertancap erat-erat dibenakku.
Rasanya
seharian penuh pelajaran hanya berlalu-lalang di otakku. Tak ada satu materi pun
yang kuingat padahal ada banyak ulangan menanti.
Rupanya,
Barbara menangkap keasingan diriku. “Lo kenapa sih, il?”
Aku hanya
mendesah kemudian menggeleng lesu. “Gak apa, bar. Gue cuma pusing ama pelajaran”
Barbara
tertawa sinis. “Ha, sejak kapan lo stress mikirin pelajaran? Lo kan pinter”
Aku tak
menyahut Barbara. Dari balkon aku melihat kearah kelas Kendall di lantai 1. Ia
dengan wajah datar seperti biasanya bahkan mengarah ke sebal meladeni Monica
yang sibuk menggodanya.
Kutebak
pasti Kendall ingin menonjok wajah Monica yang putih mulus itu.
‘Dasar cewek
kegatelan’ ujarku dalam hati.
***
Seminggu
berlalu sejak, Monica mendengar pernyataanku bahwa aku suka dengan Kendall.
Semua orang di sekolah sepertinya tau akan berita ini. Mungkin orang-orang
mengira berani benar aku secara frontal mengungkapkan perasaanku pada Monica, si
ratu sekolah.
Pelototan
mata teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hariku sekarang.
Barbara
akhirnya mengetahui hal sesungguhnya yang membuatku gundah gulana belakangan
ini. Ia hanya bisa menyemangati disaat semua… menjatuhkanku. Beruntung aku
masih memilikinya.
Nampaknya
gossip-ku beredar sampai ke telinga Kendall sendiri. Disaat aku melewati
kelasnya, ia menoleh kearahku dan menatapku dengan tatapan aneh. Yang aku
sendiri juga tak dapat mengerti.
Sekarang,
rasanya aku lebih memilih diam di pojok kelas sewaktu istirahat dibanding harus
melihat-lihat dari balkon.
Aku terlalu
malu. Pada semua orang… dan tentu saja dengan Kendall-nya sendiri.
Ketika jam
pergantian pelajaran ketiga dibunyikan, tiba-tiba alam memanggilku. Dengan amat
terpaksa aku meminta izin guru kimia-ku untuk ke toilet. Untuk ke toilet, aku
harus melewati koridor kelas 12 dan… itulah mengapa aku membenci jika harus
mendapat panggilan alam.
Kakiku
mendadak lemas ketika melihat Kendall bersama teman sekelasnya sedang
berolah-raga di lapangan. Aku lupa ini hari Kamis, hari aku bisa melihat
Kendall berlari-lari di lapangan.
Dengan
langkah buru-buru aku berjalan kearah toilet tanpa melihat sedikit pun kearah
Kendall. Nyawaku seakan sedang diujung maut.
Sepertinya
aku terlalu cuek sampai aku tak sadar , ada bola yang siap menerjang wajahku.
Dengan
keterkejutan yang luar biasa aku langsung tersungkur di tempat.
Duniaku
berputar-putar di atas kepalaku sekarang.
Kutebak, aku
baru saja ditendang dengan bola futsal karena kepalaku terasa pusing sekali.
Oh, dan
lihat sekarang darah mulai bercucuran dari hidungku.
Saking
sakitnya kepalaku aku hanya meringis kecil tanpa menangis atau merengek
kesakitan.
Dan coba
tebak siapa yang datang menghampiriku…
Kendall
dengan tubuh bersimpah keringat berlari kecil menghampiriku.
Oh Tuhan
rasanya aku ingin pipis di tempat.
“Kamu gak
apa,kan?”tanyanya dengan nada khawatir.
Ya ampun…
dia memanggilku dengan sebutan KAMU! Dan coba lihat wajahnya dari dekat begini…
ia terlihat lebih manis dari yang kuduga. Matanya!!! Ah!
Aku
mengangguk-angguk berusaha menyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Meski aku
terlihat sangat buruk dengan darah berceceran.
Kendall
dengan gentle , membantuku berdiri.
Argh! Aku resmi melayang sekarang. Pasti aku sudah tak menginjak bumi lagi
saking terbawa suasana.
Ia
menuntunku ke ruang UKS yang tak jauh dari lapangan dan toilet.
Kebetulan ia
anggota PMR sehingga ia cukup mengerti hal-hal apa saja yang dibutuhkan
cewek-yang-ingin-ke-toilet-tapi-mendapat-bola-nyasar-dari-cowok-yang-ia-suka-kemudian-mimisan.
Mungkin aku harus bilang padanya, aku kena serangan jantung.
Kendall
memberikanku tissue untuk menyumbat darah di hidungku. Aku menerimanya dengan
setengah bergetar. Bagaimana tidak? Cowok yang selama ini hanya kulihat dari
atas balkon itu berada hanya beberapa senti dari wajahku!!!
Monica pasti
tak pernah kan dirawat oleh Kendall. Hah!
“Aku minta
maaf yah! By the way, kamu Ilona kan
anak sepuluh C?”tanyanya sambil menyunggingkan senyum hangat.
Aku
mengangguk lemas.
Kendall
memberiku sekantong plastik berisi es batu padaku sambil mengatakan hal yang
paling kutakuti sedunia. “Aku denger lho gossip itu”.
Glek.
Aku mati!
Aku akan mati di tempat ini juga!!!
“Eh, gossip
apa, kak?”tanyaku sok polos.
“Itu lho…”
ujarnya malu.
Aduh
bagaimana ini? Masa aku jujur kalau aku suka dia? Namanya nembak cowok secara
tidak langsung dong…
“Aduh kak,
sorry banget! Aku gak maksud centil ke kakak…”
Ekspresi
wajah Kendall mendadak berubah. Seolah bingung dengan maksud pembicaraanku.
Maka dengan
kebinungan yang sama dengan Kendall, aku bertanya dengan polosnya “Ini lagi
ngomongin gossip aku suka sama…”
“Iya. Aku
denger kamu suka sama Enda, kan?” potongnya.
Aku langsung
melongo sejadi-jadinya. HAH? ENDA? Kenapa jadi dia? Gossip macam apalagi itu???
Enda itu adalah
salah satu senior populer juga seperti Kendall. Jika Kendall hanya warga biasa,
Enda adalah anggota OSIS yang juga adalah pengurus MOS-ku…
“SATU! DUA! TIGA! CEPETAN!!! LO SEMUA BISA
GAK SIH JALAN CEPETAN? GAK PAKE NGOBROL!” demikian Enda meneriaki satu per satu
murid-murid baru.
Aku salah satu peserta MOS yang kena
bentakannya hanya bisa menuruti setiap perkataannya dan menggerutu dalam hati.
“LO, KENAPA MANYUN? GAK SUKA? GIH SANA GAK
USAH SEKOLAH DISINI!” teriaknya didepan wajahku.
Yeah. DI DEPAN WAJAHKU!
“Maaf , kak” bisikku pelan menahan emosiku
yang ingin meluap.
Well, itu
kenangan yang kuingat bersama Enda. Sisanya, tak ada lagi. Aku tak pernah
berani melihat atau berpapasan dengannya sekali pun. Lebih baik menghindar
dibanding berurusan dengan senior galak seperti itu.
Aku memang
tahu bahwa mereka berdua berteman dekat. Dan aku tak bisa bilang Enda jelek karena
ia punya wajah imut dengan kedua lesung pipit di pipinya.
Saat itu
juga, perlahan pintu UKS dibuka. Enda dengan senyum malu-malu masuk kemudian
menghampiriku dan Kendall. Bagiku ia terlihat sangat berbeda sekali dibanding
saat MOS sebulan lalu. Ia lebih… jinak dan pemalu! Enda pemalu??? Aneh rasanya.
“Hai, Ilona”
Aku
mengangkat sebelah alisku. “Hai”
“Uhm, gue cuma
mau bilang kalo gue juga suka sama lo, kok” tukasnya percaya diri.
Seketika itu
juga darah di hidungku yang tadinya sudah berhenti mengalir mendadak mengucur
lagi.
“Nah, keren
kan sekarang kalian berdua udah tau perasaan masing-masing…”
Aku terbatuk
kecil. “Bukannya bermaksud nyakitin hati Kak Enda… tapi aku gak suka sama
kakak. Gossip itu… salah”
Enda shock
mendengarku. Ia pasti malu sekali sekarang. Harga dirinya pasti seolah
terinjak-injak.
“Terus kamu
suka siapa?”
Aku menoleh
kearah Kendall tanpa ekspresi. Tapi aku yakin mereka cukup pintar untuk menebak
siapa maksudku itu.
***
* Kesamaan nama,tempat,peristiwa, dan lainnya semata-mata hanya fiktif belaka :) *
THANKS!
LOVE
Natasha