Sebenernya apa sih definisi "BFF" alias Best Friend Forever itu?
Apakah sahabat itu orang yang paling lama kita kenal di hidup kita? Apakah sahabat itu yang selalu main sama kita di sekolah dan jalan-jalan bareng? Apakah sahabat itu orang yang sering chat sama kita? Ataukah sahabat itu orang yang selalu ada buat lo, tidak hentinya mendengar keluh-kesah lo, dan lo ngerasa kehilangan banget kalo gak ada dia?
Punya pengalaman pahit di masa lalu menyangkut sahabat membuat gue jadi lebih terbuka lagi dengan definisi sahabat itu sendiri. Sebenernya gue ini punya sahabat gak sih? Apakah gue punya temen yang selalu siap mendengarkan masalah gue ketika sedih, bisa diajak ketawa bareng juga, dan gak meninggalkan gue ketika gue sedang butuh pertolongan. Sebenernya ada gak sih temen kayak gini?
Bagi gue temen itu sangat penting. Gue ngerasain banget waktu itu ujian tes masuk univ, gue sendirian bener-bener sendirian. Temen-temen dari sekolah gue yang tes juga cowok semua (yang gue ketemu) dan ada yang tidak dekat. Jadi, gue bener-bener ngerasain sedihnya cuma bisa jalan bolak-balik sendirian, tanpa arah, dan tidak ada orang untuk menenangkan gue yang gugup banget. Gue paling gak suka berada di suatu lingkungan baru yang bener-bener asing di mata gue. (But Thank God I managed it and yey! I'm accepted!! so I'm officially a university student, hhhmm)
Temen itu membuat hidup kita lebih baik. Lebih berwarna. Lebih seru buat dijalanin. Kita bisa ngomongin apa aja sama temen-temen kita. Dari belajar bareng di conference, sesi curhat-curhatan, ngasih tips, share ayat alkitab, main games gak jelas, sampe ngobrolin berbagai macam topik pun semuanya terasa seru. Tiap hari terus berinteraksi gak membuat kita bosen. Justru merasa kehilangan ketika mereka gak ada.
Jeleknya usia-usia remaja, mulai dari SMP sampai SMA seperti ini, orang-orang cenderung untuk membuat kelompok masing-masing. Mereka cenderung bergaul dengan orang yang sederajat dengan mereka. Bukan masalah status sosial, tetapi lebih ke arah kesatuan pikiran dan punya sifat yang cenderung mirip-mirip. Ada juga yang berteman dekat karena punya hobi yang sama, ngefans artis yang sama, dan masih banyak lagi deh.
Awal permulaan bisa terbentuk sebuah geng itu sendiri biasanya gabungan dari dua-tiga orang temen deket yang gak sengaja ngobrol bareng dan ngerasa nyambung dan cocok dengan satu sama lain. Setelah sering banget menghabiskan waktu bersama, barulah ada rasa kebersamaan yang muncul dan memutuskan untuk berkelompok dengan teman-teman yang ini. Kalau dulu nge-tren banget bikin geng, sekarang zaman SMA gue sih gak secara resmi punya nama, visi-misi, dan tujuan (udah kek lembaga sosial aja :| *ceritanya abis UAS sosiologi*) tetapi secara sadar diri kita tahu bahwa lingkaran pertemanan kita itu adalah mereka-mereka itu.
Gue tipe orang yang sulit menerima orang baru ketika gue udah punya lingkaran pertemanan itu. Gue orangnya (ini jelek, jangan ditiru yah!) suka men-judge orang duluan tanpa kenal lebih lanjut. Bukan dari segi tampang, karena gue suka sotoy, gue suka menebak-nebak kepribadian dia kayak apa, dan ketika gue sadar dia ini beda sama gue, otomatis gue membatasi diri untuk mengenal dia lebih jauh. Gue tahu gue tidak bakal nyambung dengan jenis-jenis orang tertentu. Apalagi yang punya minat yang berbeda dengan gue.
Gue cenderung ke tipe yang mempertahankan erat persahabatan. Gue bakal berusaha untuk menjaga kerukunan, keharmonisan, dan keutuhan lingkaran pertemanan gue. Gue paling benci dari dulu kalau liat temen gue berantem sama yang lain. Apalagi dari lingkaran pertemanan yang sama. Pasti dijamin, bakal terbelah dua kubu bahkan lebih. Karena gue tahu rasanya kehilangan teman, gue jadi gak mau mengulangi hal yang sama. Gue mencoba untuk menjaga hubungan gue sama temen-temen gue sekarang. Lagipula, kita udah dewasa. Seharusnya udah tahu lah gimana caranya untuk mempertahankan pertemanan sampai kita gede nanti.
Bagaimanakah caranya untuk menjaga hubungan pertemanan kita? Caranya gampang. Komunikasi itu adalah yang wajib dilakukan setiap hari karena dengan begitu kita makin mengenal mereka lebih baik, dan otomatis kita lebih enjoy sama mereka. Gak perlu takut lagi salah bicara karena kita udah tahu latar belakang mereka kayak apa, sifat mereka kayak apa, kelakuannya kayak apa.
Yang penting lagi adalah mau saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing temen kita. Toh kita sendiri juga banyak kejelekkannya, kalau temen kita mau terima kita apa adanya, kenapa kita juga gak bisa nerima mereka yang original? Ini yang sering menjadi awal konflik pertemanan.
Tak kalah penting lagi adalah dari masing-masing kita punya rasa kebersamaan dan persahabatan yang erat. Kalau udah ada mindset seperti ini, dijamin kita bakal berusaha untuk menjaga pertemenan kita biar gak renggang.
Yang mau gue bahas lebih lanjut adalah bagaimana perbedaan kepribadian itu membuat pertemanan seringkali hancur. Sedih ketika ada temen yang orangnya itu suka bertemen, tetapi dia lebih suka konsep "berinteraksi dengan orang lain" dibanding "berusaha menjaga keharmonisan pertemenan". Ini yang membedakan Sanguinis dan Plegmatis dalam hal pertemanan. Sanguinis lebih suka "interaksi" nya, tetapi Plegmatis itu lebih ke "maintain" friendship. Ketika ada salah satu dari temen kita yang cara berpikirnya udah menyimpang sama sisa dari kelompok kita, alhasil akan terjadi konflik. Ada dua cara. Pertama, bikin temen kita itu sadar bahwa kita memang yang selalu ada buat dia. Kalau cara ini gak berhasil, it means dia memang bukan teman sejati kita. Simple aja sih.
Temen sejati tidak bakal meninggalkan temennya sendiri, mau temennya bertolak belakang sekalipun dengan dia.
Gue prefer punya beberapa temen deket saja daripada punya banyak teman tetapi gak ada satupun yang peduli sama kita ketika lagi susah. Orang boleh judge gue sebagai orang yang eksklusif cuma mau bergaul sama temen-temennya sendiri aja, atau tertutup sama orang baru... yah memang beginilah gue. Bahkan dalam kenyataan pun, gue memang punya banyak temen deket, walau kenalan gue itu gak banyak.
Memang gue akuin, ketika ada masa gue gak bisa sama temen deket gue, dan gue sendirian, gue tidak punya temen lain karena gue memang jarang berinteraksi sama temen lain. Yeah, ini emang buruk gue akuin.
Beberapa temen gue sering bertanya ke gue, gimana sih cara menemukan sahabat? Sahabat itu bisa tiba-tiba datang. Dia bisa jadi orang yang selama ini tidak kita kenal, tetapi tiba-tiba satu kelas dan BOM jadi sahabat. Bisa jadi kita dikenalin temen, dan nyambung, jadi deh temen deket. Sama seperti cinta yang datang begitu saja, sahabat pun juga begitu.
Cara tahu mana sahabat yang baik dan tidak itu cukup mudah. Apakah dia bisa menerima kekurangan lo? Apakah dia mau nemenin lo karena ada maksud tertentu? Apa dia mau mendengar keluh kesah lo?
Banyak orang yang masuk ke sebuah lingkar pertemanan karena geng itu dianggap paling prestige, atau istilahnya paling gaul dibanding geng-geng lain seangkatan. Sekarang gini aja deh, kalau kalian ngerasa gak nyaman, ngerasa gak cocok bertemen sama mereka, dan teman-teman kalian itu mengubah diri kalian jadi lebih negatif, itulah yang harus dihindarin. Temen yang baik itu yang mau nasehatin kita kalau kita salah, dia yang bela kita ketika orang lain mempersalahkan kita, temen yang baik gak akan menjauhi kita hanya karena kita punya suatu kekurangan.
Gue jujur sedih karena kehilangan temen gue lagi. Memang kita gak musuhan (karena menurut gue musuhan itu enggak banget), tetapi gue tahu kalau kita juga gak sedeket dulu lagi. Sahabat bisa tiba-tiba hilang ketika ia menemukan pengganti kita. Ketika dia lebih asyik sama temen barunya, or maybe kalau seusia kita, yah sama pacarnya. Sedih ketika bukan kita lagi orang pertama yang dia chat karena dia mau cerita sesuatu atau mau curcol. Dan sedih ketika dia perlahan berubah, menjadi seseorang yang bukan kita kenal dulu, yang topik pembicaraannya udah berubah, dan sifatnya bahkan berubah.
Rasanya kehilangan banget deh.
Gue mencoba berpikir dari perspektif temen gue. Okay lah dia punya temen baru yang mungkin lebih asyik daripada gue, gue jauhin dia, dan gue tau gak enak rasanya dijauhin temen. Namun, harusnya dia juga inget kalau dalam pertemanan itu gak selalu tentang dia, kan? Adakalanya dia juga harus ngertiin gue. Jujur, gue yang orangnya toleran dan sabar ini juga jengah dengan temen gue ini. Kalau kata salah satu temen gue, ngomong sama dia seakan ngomong sama cermin. Gak dianggep. Gue lelah karena semakin hari, kita masih komunikasi semata-mata karena kita udah saling kenal lama. Gak ada lagi yang namanya suka-duka bareng.
Intisari dari yang gue tulis panjang-lebar ini sebenernya cuma mau ingetin, jangan lupa dan meninggalkan temen kita demi temen lain yang baru dikenal. Ini bukan menyangkut berapa tahun lamanya kita berteman, tetapi kalau udah tau dia itu baik, yang pengertian, dan pendengar yang baik, kenapa harus beralih ke orang yang belum tentu mau dengerin curhatan lo yang kadang annoying? Seringkali, orang langsung banting setir pindah haluan pertemanan karena kesenangan semata. Karena melihat mereka lebih asyik daripada temen kita yang lama, karena mereka lebih fleksibel, lebih seru diajak bersenang-senang... mungkin karena gue ini introvert yang lebih suka ketenangan kali yah...
Sekali lagi, tak ada salahnya mencari teman baru. Semakin banyak teman, banyak relasi, hidup kita semakin mudah dan bahagia. Kita pada akhirnya akan saling membutuhkan satu sama lain, mungkin di masa depan yang akan datang. Kalau temen baru kita itu membawa dampak yang lebih baik, yang lebih mau menerima kita apa adanya, tidak masalah. Namun, itulah ada pertemuan ada juga perpisahan. So, jangan sedih ketika harus melepas salah satu teman kita. Maybe, dia lebih bahagia sama teman barunya. But, jangan juga kita musuhin yah teman kita yang itu :) mereka mungkin bukan sahabat kita lagi, tetapi dia tetep temen yang pernah sempat mengisi hidup kita sesaat.
Semoga pertemanan kita semua tetap awet :)
Love
Natasha
PS : Today is the last day of Odd Term!!!! GOODBYE SCHOOLLL! #NoMoreFinalExams
PPS : So far, UAS tersusah adalah sosiologi. Mungkin karena kemarin udah kebawa suasana mau libur panjang jadi agak gak konsen belajarnya.
PPPS : SEDIHHH sekolah tinggal menghitung satu jari tangan doang. Then have to leave my beloved friends! I'm gonna miss you! Let's still be friends even if we're separated.
Udah lama yah by the way gak nge-post lagi.
Apakah sahabat itu orang yang paling lama kita kenal di hidup kita? Apakah sahabat itu yang selalu main sama kita di sekolah dan jalan-jalan bareng? Apakah sahabat itu orang yang sering chat sama kita? Ataukah sahabat itu orang yang selalu ada buat lo, tidak hentinya mendengar keluh-kesah lo, dan lo ngerasa kehilangan banget kalo gak ada dia?
Punya pengalaman pahit di masa lalu menyangkut sahabat membuat gue jadi lebih terbuka lagi dengan definisi sahabat itu sendiri. Sebenernya gue ini punya sahabat gak sih? Apakah gue punya temen yang selalu siap mendengarkan masalah gue ketika sedih, bisa diajak ketawa bareng juga, dan gak meninggalkan gue ketika gue sedang butuh pertolongan. Sebenernya ada gak sih temen kayak gini?
Bagi gue temen itu sangat penting. Gue ngerasain banget waktu itu ujian tes masuk univ, gue sendirian bener-bener sendirian. Temen-temen dari sekolah gue yang tes juga cowok semua (yang gue ketemu) dan ada yang tidak dekat. Jadi, gue bener-bener ngerasain sedihnya cuma bisa jalan bolak-balik sendirian, tanpa arah, dan tidak ada orang untuk menenangkan gue yang gugup banget. Gue paling gak suka berada di suatu lingkungan baru yang bener-bener asing di mata gue. (But Thank God I managed it and yey! I'm accepted!! so I'm officially a university student, hhhmm)
Temen itu membuat hidup kita lebih baik. Lebih berwarna. Lebih seru buat dijalanin. Kita bisa ngomongin apa aja sama temen-temen kita. Dari belajar bareng di conference, sesi curhat-curhatan, ngasih tips, share ayat alkitab, main games gak jelas, sampe ngobrolin berbagai macam topik pun semuanya terasa seru. Tiap hari terus berinteraksi gak membuat kita bosen. Justru merasa kehilangan ketika mereka gak ada.
Jeleknya usia-usia remaja, mulai dari SMP sampai SMA seperti ini, orang-orang cenderung untuk membuat kelompok masing-masing. Mereka cenderung bergaul dengan orang yang sederajat dengan mereka. Bukan masalah status sosial, tetapi lebih ke arah kesatuan pikiran dan punya sifat yang cenderung mirip-mirip. Ada juga yang berteman dekat karena punya hobi yang sama, ngefans artis yang sama, dan masih banyak lagi deh.
Awal permulaan bisa terbentuk sebuah geng itu sendiri biasanya gabungan dari dua-tiga orang temen deket yang gak sengaja ngobrol bareng dan ngerasa nyambung dan cocok dengan satu sama lain. Setelah sering banget menghabiskan waktu bersama, barulah ada rasa kebersamaan yang muncul dan memutuskan untuk berkelompok dengan teman-teman yang ini. Kalau dulu nge-tren banget bikin geng, sekarang zaman SMA gue sih gak secara resmi punya nama, visi-misi, dan tujuan (udah kek lembaga sosial aja :| *ceritanya abis UAS sosiologi*) tetapi secara sadar diri kita tahu bahwa lingkaran pertemanan kita itu adalah mereka-mereka itu.
Gue tipe orang yang sulit menerima orang baru ketika gue udah punya lingkaran pertemanan itu. Gue orangnya (ini jelek, jangan ditiru yah!) suka men-judge orang duluan tanpa kenal lebih lanjut. Bukan dari segi tampang, karena gue suka sotoy, gue suka menebak-nebak kepribadian dia kayak apa, dan ketika gue sadar dia ini beda sama gue, otomatis gue membatasi diri untuk mengenal dia lebih jauh. Gue tahu gue tidak bakal nyambung dengan jenis-jenis orang tertentu. Apalagi yang punya minat yang berbeda dengan gue.
Gue cenderung ke tipe yang mempertahankan erat persahabatan. Gue bakal berusaha untuk menjaga kerukunan, keharmonisan, dan keutuhan lingkaran pertemanan gue. Gue paling benci dari dulu kalau liat temen gue berantem sama yang lain. Apalagi dari lingkaran pertemanan yang sama. Pasti dijamin, bakal terbelah dua kubu bahkan lebih. Karena gue tahu rasanya kehilangan teman, gue jadi gak mau mengulangi hal yang sama. Gue mencoba untuk menjaga hubungan gue sama temen-temen gue sekarang. Lagipula, kita udah dewasa. Seharusnya udah tahu lah gimana caranya untuk mempertahankan pertemanan sampai kita gede nanti.
Bagaimanakah caranya untuk menjaga hubungan pertemanan kita? Caranya gampang. Komunikasi itu adalah yang wajib dilakukan setiap hari karena dengan begitu kita makin mengenal mereka lebih baik, dan otomatis kita lebih enjoy sama mereka. Gak perlu takut lagi salah bicara karena kita udah tahu latar belakang mereka kayak apa, sifat mereka kayak apa, kelakuannya kayak apa.
Yang penting lagi adalah mau saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing temen kita. Toh kita sendiri juga banyak kejelekkannya, kalau temen kita mau terima kita apa adanya, kenapa kita juga gak bisa nerima mereka yang original? Ini yang sering menjadi awal konflik pertemanan.
Tak kalah penting lagi adalah dari masing-masing kita punya rasa kebersamaan dan persahabatan yang erat. Kalau udah ada mindset seperti ini, dijamin kita bakal berusaha untuk menjaga pertemenan kita biar gak renggang.
Yang mau gue bahas lebih lanjut adalah bagaimana perbedaan kepribadian itu membuat pertemanan seringkali hancur. Sedih ketika ada temen yang orangnya itu suka bertemen, tetapi dia lebih suka konsep "berinteraksi dengan orang lain" dibanding "berusaha menjaga keharmonisan pertemenan". Ini yang membedakan Sanguinis dan Plegmatis dalam hal pertemanan. Sanguinis lebih suka "interaksi" nya, tetapi Plegmatis itu lebih ke "maintain" friendship. Ketika ada salah satu dari temen kita yang cara berpikirnya udah menyimpang sama sisa dari kelompok kita, alhasil akan terjadi konflik. Ada dua cara. Pertama, bikin temen kita itu sadar bahwa kita memang yang selalu ada buat dia. Kalau cara ini gak berhasil, it means dia memang bukan teman sejati kita. Simple aja sih.
Temen sejati tidak bakal meninggalkan temennya sendiri, mau temennya bertolak belakang sekalipun dengan dia.
Gue prefer punya beberapa temen deket saja daripada punya banyak teman tetapi gak ada satupun yang peduli sama kita ketika lagi susah. Orang boleh judge gue sebagai orang yang eksklusif cuma mau bergaul sama temen-temennya sendiri aja, atau tertutup sama orang baru... yah memang beginilah gue. Bahkan dalam kenyataan pun, gue memang punya banyak temen deket, walau kenalan gue itu gak banyak.
Memang gue akuin, ketika ada masa gue gak bisa sama temen deket gue, dan gue sendirian, gue tidak punya temen lain karena gue memang jarang berinteraksi sama temen lain. Yeah, ini emang buruk gue akuin.
Beberapa temen gue sering bertanya ke gue, gimana sih cara menemukan sahabat? Sahabat itu bisa tiba-tiba datang. Dia bisa jadi orang yang selama ini tidak kita kenal, tetapi tiba-tiba satu kelas dan BOM jadi sahabat. Bisa jadi kita dikenalin temen, dan nyambung, jadi deh temen deket. Sama seperti cinta yang datang begitu saja, sahabat pun juga begitu.
Cara tahu mana sahabat yang baik dan tidak itu cukup mudah. Apakah dia bisa menerima kekurangan lo? Apakah dia mau nemenin lo karena ada maksud tertentu? Apa dia mau mendengar keluh kesah lo?
Banyak orang yang masuk ke sebuah lingkar pertemanan karena geng itu dianggap paling prestige, atau istilahnya paling gaul dibanding geng-geng lain seangkatan. Sekarang gini aja deh, kalau kalian ngerasa gak nyaman, ngerasa gak cocok bertemen sama mereka, dan teman-teman kalian itu mengubah diri kalian jadi lebih negatif, itulah yang harus dihindarin. Temen yang baik itu yang mau nasehatin kita kalau kita salah, dia yang bela kita ketika orang lain mempersalahkan kita, temen yang baik gak akan menjauhi kita hanya karena kita punya suatu kekurangan.
Gue jujur sedih karena kehilangan temen gue lagi. Memang kita gak musuhan (karena menurut gue musuhan itu enggak banget), tetapi gue tahu kalau kita juga gak sedeket dulu lagi. Sahabat bisa tiba-tiba hilang ketika ia menemukan pengganti kita. Ketika dia lebih asyik sama temen barunya, or maybe kalau seusia kita, yah sama pacarnya. Sedih ketika bukan kita lagi orang pertama yang dia chat karena dia mau cerita sesuatu atau mau curcol. Dan sedih ketika dia perlahan berubah, menjadi seseorang yang bukan kita kenal dulu, yang topik pembicaraannya udah berubah, dan sifatnya bahkan berubah.
Rasanya kehilangan banget deh.
Gue mencoba berpikir dari perspektif temen gue. Okay lah dia punya temen baru yang mungkin lebih asyik daripada gue, gue jauhin dia, dan gue tau gak enak rasanya dijauhin temen. Namun, harusnya dia juga inget kalau dalam pertemanan itu gak selalu tentang dia, kan? Adakalanya dia juga harus ngertiin gue. Jujur, gue yang orangnya toleran dan sabar ini juga jengah dengan temen gue ini. Kalau kata salah satu temen gue, ngomong sama dia seakan ngomong sama cermin. Gak dianggep. Gue lelah karena semakin hari, kita masih komunikasi semata-mata karena kita udah saling kenal lama. Gak ada lagi yang namanya suka-duka bareng.
Intisari dari yang gue tulis panjang-lebar ini sebenernya cuma mau ingetin, jangan lupa dan meninggalkan temen kita demi temen lain yang baru dikenal. Ini bukan menyangkut berapa tahun lamanya kita berteman, tetapi kalau udah tau dia itu baik, yang pengertian, dan pendengar yang baik, kenapa harus beralih ke orang yang belum tentu mau dengerin curhatan lo yang kadang annoying? Seringkali, orang langsung banting setir pindah haluan pertemanan karena kesenangan semata. Karena melihat mereka lebih asyik daripada temen kita yang lama, karena mereka lebih fleksibel, lebih seru diajak bersenang-senang... mungkin karena gue ini introvert yang lebih suka ketenangan kali yah...
Sekali lagi, tak ada salahnya mencari teman baru. Semakin banyak teman, banyak relasi, hidup kita semakin mudah dan bahagia. Kita pada akhirnya akan saling membutuhkan satu sama lain, mungkin di masa depan yang akan datang. Kalau temen baru kita itu membawa dampak yang lebih baik, yang lebih mau menerima kita apa adanya, tidak masalah. Namun, itulah ada pertemuan ada juga perpisahan. So, jangan sedih ketika harus melepas salah satu teman kita. Maybe, dia lebih bahagia sama teman barunya. But, jangan juga kita musuhin yah teman kita yang itu :) mereka mungkin bukan sahabat kita lagi, tetapi dia tetep temen yang pernah sempat mengisi hidup kita sesaat.
Semoga pertemanan kita semua tetap awet :)
Love
Natasha
PS : Today is the last day of Odd Term!!!! GOODBYE SCHOOLLL! #NoMoreFinalExams
PPS : So far, UAS tersusah adalah sosiologi. Mungkin karena kemarin udah kebawa suasana mau libur panjang jadi agak gak konsen belajarnya.
PPPS : SEDIHHH sekolah tinggal menghitung satu jari tangan doang. Then have to leave my beloved friends! I'm gonna miss you! Let's still be friends even if we're separated.
Udah lama yah by the way gak nge-post lagi.
miss you too :)
ReplyDelete