Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

27 February 2015

My Own Interpretation of Religion and Faith

Indonesia adalah salah satu negara yang dikatakan religius di dunia. 99%(menurut Wikipedia) penduduk Indonesia menganggap bahwa agama itu memegang peranan penting dalam kehidupan.
Jadi bisa bayangkan dari 250 jt penduduk, 99% itu bisa dibilang menganut agama.

Hal yang membuat gue bangga menjadi orang Indonesia memang adalah gue bahagia bisa lahir di negara yang tidak mengesampingkan agama. Dan mungkin inilah juga mengapa Indonesia termasuk negara yang bahagia. Kita memeluk agama masing-masing. Kita diajarkan untuk selalu berserah kepada Tuhan, dan tidak perlu khawatir dengan apa yang terjadi dalam hidup kita karena Tuhan pasti akan membantu jalan kita.
Dan yeah, agama di Indonesia sangat dijunjung tinggi. Sila pertama dalam pancasila saja sudah jelas, "Ketuhanan Yang Maha Esa" :)

Gue di sini tidak akan membahas tentang berbagai agama di Indonesia karena nanti akan menimbulkan konflik. Gue tidak ingin membuat konflik aneh-aneh di internet. Gue hanya mau menuangkan pemikiran-pemikiran gue tentang agama gue sendiri. Apa sebetulnya agama itu, mana yang lebih penting agama atau keyakinan? Dan bagaimana realita yang terjadi di kehidupan nyata.

Gue terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang menganut agama minoritas di Indonesia. Lebih tepatnya kedua terbesar, dan yeah sudah bisa ditebak gue beragama Kristen dengan aliran Protestan. Kenapa harus gue tekankan gue ini protestan? Karena walau protestan dan katolik itu serumpun, tapi sebetulnya ajaran-ajarannya cukup berbeda jauh. #NoHateOkay

Gue ikut sekolah minggu dari sekitar kelas 1-2 SD. Gue lalu putus ke gereja sekitar kelas 3-4 SD, dan kembali pergi ke gereja sendirian, sekolah minggu sendirian di gereja deket rumah gue dari kelas 5-6 SD. Dan setelah itu perlahan gue dan kelaurga gue bersama-sama pergi ke gereja yang sedang berkembang pesat di Jakarta atau mungkin Indonesia? Gereja aliran Kharismatik, dan well gue tidak begitu merasa meresapi aliran itu 100%, tetapi pada dasarnya gue menyukai gereja gue ini.

Sejak 24 Desember 2013, gue dengan sedikit paksaan dibaptis di gereja. Walau gue dipaksa, gue waktu itu inget banget gue sampai menitikkan air mata minta ampun sama Tuhan, gue dibaptis dengan setengah hati. Meski dipaksa begitu, bukan berarti juga gue tidak mau menjadi murid Tuhan Yesus, gue hanya merasa diri belum siap. Gue masih umur 16 tahun waktu itu. Dan gue merasa gue masih harus belajar banyak, menguatkan iman gue lagi dan baru dibaptis. Tetapi, beginilah kenyataannya gue dipaksa dibaptis karena pada umumnya anak seumuran gue itu yah harus dibaptis. Padahal gue punya pandangan bahwa dibaptis itu harus berdasarkan gerak hati diri sendiri.
It's okay though, I'm so happy right now being officially the daughter of God.

Let me tell you something, hidup mengikuti Tuhan itu berat. Dunia ini kejam. Sekejam-kejamnya. Ada paham-paham yang meragukan keberadaan Tuhan. Tahu darimana Tuhan itu benar-benar ada?
Semua orang seakan bertentangan dengan ajaran agama. Kadang kita terbawa arus itu, dan kita sendiri juga jadi bertanya-tanya, apakah Tuhan beneran ada? Dan disitulah iman kita sesungguhnya diuji.
Iblis bekerja keras untuk meruntuhkan pertahanan iman kita yang kokoh, tetapi Tuhan juga ikut bekerja keras untuk menyertai kita.
Yeah, setelah mengaku percaya, cobaan semakin berat, tetapi semua itu dimudahkan karena Tuhan memimpin jalan kita selalu.

Secara pribadi, gue bukan aktivis gereja. Gue hanyalah anak remaja yang setiap minggu mengikuti kebaktian umum, berdoa sekali saat malam hari, membaca alkitab minimal satu pasal sehari. That's all. Gue tidak dibilang se-religius itu.
Gue sering mengamati orang-orang yang mengaku dirinya pelayanan di gereja, mereka dari luar kesannya kayak "anak Tuhan banget", tetapi ketika kembali ke kehidupan sehari-hari, sifat baik mereka itu lenyap. Mereka melakukan dosa.
Bukan maksudnya manusia tidak boleh melakukan dosa, toh kita tidak ada yang sempurna, tetapi kemanakah iman yang ia pupuk tiap hari minggu itu?

Dalam alkitab tertulis bahwa iman tanpa perbuatan itu kosong. Gue semakin mempercayai ini. Gue kadang suka sedih dan heran, melihat teman-teman gue yang susah payah belajar sampai begadang, mereka well mengaku juga rajin ke gereja, tetapi mereke menyontek. Gue bukan merasa sok suci karena tidak suka menyontek. Tahukah dimana bagian paling sulit?
Ketika gue dianggap tidak asyik, tidak merasakan kehidupan sekolah yang sesungguhnya karena tidak menyontek. Apa yang bakal dikenang nanti saat lo gede kalo lo rajin belajar terus? Inilah hambatan yang harus dihadapi.
Salahkah ketika gue mengaplikasikan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari?

Manusia sering lupa bahwa yang terpenting adalah melaksanakan segala perintah Tuhan. Kita harus mengampuni terus tiada henti kepada siapapun yang berlaku jahat kepada kita. Kenapa? Karena Tuhan aja gak lelahnya mengampuni dosa-dosa kita yang terus menumpuk.
Tapi apakah segampang itu memaafkan orang? Apakah bisa kita maafin orang yang #letssay menghancurkan karier-mu? membunuh keluargamu? membuat hidupmu hancur berantakan?
Manusia lupa karena seringkali terbawa perasaan dan emosi sesaatnya lebih dulu.

Gue bisa dibilang penikmat musik duniawi alis gue jujur aja kurang suka harus mendengar lagu rohani. Walau ada beberapa lagu rohani yang gue suka (karena pembawaannya yang mirip band rock, Hillsong if you curious to know). Gue dibilang penyembah berhala, well mungkin ada artis yang gue gilai agak ekstrem, tetapi gue kan tidak berdoa kepada mereka... atau apalah. Gue hanya sesimple mendengarkan karya seni mereka. Gue juga punya pikiran jernih dengan dunia nyata. Disitulah gue kadang merasa agama itu kadang membuat seseorang menjadi berpikir berlebihan.

Sekarang kita bahas tentang agama dan keyakinan. Agama itu menurut gue hanyalah status. Kayak di KTP, di kolom agama gue ditulis "Kristen", that's all. Semua orang di Indonesia mungkin punya agama karena kolom agama itu toh harus diisi. Sekarang gimana dengan keyakinan?
Gue percaya bahwa keyakinan itu lebih bersifat pribadi. Mungkin keluarga kita semua beragama sama, tetapi dalam hati mereka, mereka mempercayai hal yang lain. Keyakinan itu lah yang disebut iman, dan kita pribadi lepas pribadi yang harus menguatkan iman kita untuk tumbuh selalu menjadi umat beragama.
Agama saja tidak cukup tanpa ada keyakinan kuat untuk mempercayainya dan menjalani dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah lain lagi adalah banyak yang ikut-ikut orang ganti agama. Gue punya beberapa teman yang lahir dari keluarga non-Kristen, tetapi mereka pergi ke gereja. Mereka seakan ada niatan untuk pindah ke agama Kristen. Gue pribadi senang karena mereka bakal mengenal Tuhan yang sangat baik. Namun, gue kadang bertanya-tanya apa tujuan mereka pindah agama? Apakah hanya karena teman-teman mereka semua Kristen, pacar mereka Kristen, orang yang dia suka Kristen? Apakah karena itu aja dia mau pergi ke gereja?
Gue lagi-lagi mikir percumalah semua ibadah itu kalau mereka masih belum mampu menjalankan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Percuma jika mereka merasa takkan mampu hidup tanpa kehadiran Tuhan di sisinya.
Ketika kita memutuskan untuk menganut suatu agama, seharusnya kita juga harus terus mengenal Tuhan kita sendiri. Kita harus tahu siapa yang kita percayai.

Gue menulis ini karena gue punya interpretasi sendiri tentang agama. Gue punya pemikiran sendiri bagaimana seseorang seharusnya menjalankan agamanya dengan benar.
For me, apa yang sudah menjadi aturan dalam agama harus dijalankan, dan yang terpenting adalah menerapkan segala perintah-perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan itu bukan cuma berlaku di hari Minggu, tetapi setiap hari dan setiap waktu. Ketika kita mau berbuat sesuatu yang udah tahu kita salah, disitulah iman kita diuji. Apakah kita tetap akan melakukannya? Atau berusaha mengendalikan diri karena tahu itu perbuatan dosa?

Jadi, teman-teman seiman sekalian dan bagi yang juga bukan kaum nasrani, menjadi umat beragama ditengah kondisi dunia yang gempar dan semakin meninggalkan Tuhan ini itu penting. Tetapi lebih penting lagi juga kalau kita setiap hari memperkokoh terus iman kita kepada Tuhan. Jangan sampai ada cela yang membuat iman kita goyah. Bagaimana caranya? Terus berkomunikasi sama Tuhan setiap hari melalui doa, baca firman Tuhan juga, dan berbuat baiklah setiap hari. Tidak ada salahnya melakukan hal yang benar walau kita seakan melawan arus dunia.
Itulah justru yang harus kita lakukan kalau kita memang sungguh-sungguh mau mengikuti Tuhan Yesus. Amin.

Love,
Natasha yang sedang sibuk ujian

PS : Sedih banget sekolah tinggal menghitung bulan dan hari... :')
PPS : Kenapa ujian pelajaran mayor (baca : Sejarah, Geografi, dan mungkin Ekonomi besok senin susah banget? :')))
PPPS : #NOHATE #COMMENTIFYOUDISAGREEWITHME