Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

29 December 2014

Pengorbanan

Hidup ini memang membingungkan, tak terprediksi, dan kadang tidak sejalan dengan yang kita inginkan.

Again, gue mau ngebahas tentang kuliah alias masa depan anak SMA yang mau lulus bentar lagi.
Gue tahu sudah cukup terlambat kalau gue mau kuliah di tempat yang aneh-aneh.

Waktu gue SD dan SMP, gue ini didorong untuk sekolah di sekolah internasional. Dulu, gue ini belum jago bahasa Inggris (sekarang juga gak jago juga sih... hanya sok jago) sehingga tentu saja kalau gue mau sekolah internasional, gue bakal terintimidasi dengan bahasa yang digunakan selama sekolah. Alhasil, gue yah menentang dong. Gue mau jadi apa kalau sekolah di sekolah dengan pengantar bahasa Inggris sementara gue di rumah ngomongnya bahasa Jawa.

Setelah menginjak SMA, dan mungkin karena kebanyakkan melakukan riset novel dengan bahasa Inggris, kemampuan bahasa Inggris gue jadi lebih baik. Pertama, guru gue meluruskan grammar gue yang selama ini kacau balau, seenak jidat mau gue yang penting bisa ngomong dan enak didenger. 
Kedua, gue ini pemalu dan bahkan jarang ngomong dengan bahasa yang gue fasih sendiri. Gimana dengan bahasa asing yang jarang gue ucapkan? Sekarang, untungnya lebih mendingan dikit. 
Ketiga, gak gampang ngomong Inggris secara spontan, dan gue udah lumayan bisa spontan walau agak blepotan.

Nah, lucu kan bagaimana pandangan gue dulu yang maunya kuliah di Indonesia aja deh, dalam hitungan tahun gue berubah pikiran? 

Yeah, impian gue adalah kuliah di luar negeri. Alasannya adalah selain memang pendidikan di luar negeri (negara maju) itu lebih bagus daripada Indonesia, gue juga ingin menambah pengalaman. Gue pengen ngerasain hidup mandiri mengingat gue ini cenderung manja. Gue juga  pengen apa yah mengubah hidup gue yang datar ini menjadi lebih menantang sedikit. 

Tujuannya kemana? Yah awalnya muluk-muluk sih mau di London, University College London atau di Oxbridge (Oxford atau Cambridge) yang kalau ditinjau kembali dengan realita kehidupan, itu tidak mungkin terjadi. Biaya hidupnya mahalnya kalau diibaratkan beli mobil, udah dapet kali yah mobil sport... hhmm. Disamping itu, gue harus realistis juga kalau gue tidak les bahasa Inggris, gue semata-mata belajar di sekolah dan self-learning di rumah dari nonton film no subtitle, baca buku Inggris... mampukah gue mengejar IELTS 7,5? Kan sayang banget kalau harus belajar bahasa lagi sehingga memperlambat kelulusan....

Selanjutnya, impian gue sekarang jauh lebih realistis. Gue sendiri bahkan sudah survey tempatnya yang keren bangettt. Yakni National University of Singaproe (NUS), ini yah UI-nya orang Singapore. Dan NUS sendiri di mata dunia itu termasuk salah satu top university around the world. Kebayang kan gimana pasti kerennya kuliah di sana?
IELTS nya lebih manusiawi 6,5. Dari segi biaya, masih masuk akal untuk ukuran kuliah di luar negeri. Biaya hidup? Yah harus dihemat-hematin. Total kuliahnya kalo diitung-itung sama dengan kuliah swasta elite di Indonesia. 
Kurang menggiurkan apalagi? Okelah kalau UK agak kejauhan dari Indonesia, tapi ini Singapore... negara kedua orang Indonesia :')

Beberapa bulan belakangan, pikiran dan hati gue ini seperti bertengkar. Apa sebetulnya tujuan hidup gue? Kenapa gue udah punya cukup keinginan untuk mencari pengalaman baru, keluar dari zona nyaman gue, tetapi gue tidak punya apa yah... niat dan semangat untuk berjuang mencapai keinginan gue kuliah di luar negeri.

Mari kita bandingkan kehidupan gue bila kuliah di luar negeri vs di Indonesia. 

Di luar negeri: 
  • Kelebihan :
  1. Mendapat pengalaman baru
  2. Lebih fasih berbahasa Inggris
  3. Bisa punya banyak teman baru dari berbagai belahan dunia
  4. Pola pikir gue jelas akan lebih terbuka 
  5. Belajar kebudayaan baru
  6. Bisa jadi lebih sering exercise karena di luar kan lebih sering jalan kaki 
  • Kekurangan :
  1. Seret jodoh *nah loh*
  2. Takut homesick *karena gue cinta rumah banget*
  3. Takut kalau sakit gak ada yang urus dan gak tau harus ngapain...
  4. Gak bisa masak :') 
  5. Takut terjerumus ke hal negatif
Di Indonesia :
  • Kelebihan :
  1. Tidak perlu khawatir kendala bahasa
  2. Masih bisa ngumpul ama keluarga dan temen-temen
  3. Ngerasain hidup normal
  4. Buku-buku gue ada di sini semua jadi bisa jadi referensi belajar
  5. Gak puyeng sama urusan rumah tangga 
  • Kekurangan :
  1. Hidup ini monoton
  2. Pengalaman baru cuma sedikit
  3. Harus bikin skripsi...
  4. Begini terus jarang olahraga
  5. Tidak ada yang bisa dibanggakan...
Well, masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Itu gak bisa dipungkiri lagi. Gue agak kecewa karena gue pada akhirnya akan masuk di perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan. Mungkin bisa nebak sendiri lah apa. Kalo mau dibandingin fasilitas yah pasti kebanting sama luar negeri. Sebenernya bukan karena gedungnya jelek atau kampusnya secara fisik yang gue lihat.
Tapi, siapa sih yang gak pengen punya kampus keren? Yang nyaman dan enak dibuat nongkrong...

Sekitar dua atau tiga hari lalu gue mendapat pencerahan. Pencerahan yang bener-bener bikin gue somehow, gak sabar pengen cepet kuliah. Gue takut sekali harus mengakhiri masa sekolah gue. 12 tahun gue pakai seragam dan hidup nyaman di kelas, tiba-tiba gue harus keluar dan masuk ke jenjang yang katanya menuntut kemandirian. In the end, you have to count on yourself.

Gue minta sama Tuhan buat kasih gue pencerahan, dan doa gue dijawab. Gue mikir lagi untung-ruginya kalau gue coba-coba di luar negeri atau gue cari aman dan masuk ke kampus yang udah nerima gue ini.

Jawabannya sederhana tetapi sulit diterima. Pengorbanan.

Do you get it?

"Sometimes in life, you have to sacrifice something in order to get the other thing."
Dengan memakai prinsip demikian, gue bisa menemukan jalan keluar dari dilema yang gue hadapi.
Gue sadar bahwa gue gak bisa rakus, gabisa tamak pengen mendapatkan semuanya sekaligus. Gue harus mengorbankan hal yang gue mau. Kayak gue punya banyak cita-cita, tapi gue gak bisa kan jadi dokter, suster, agen rahasia, psikolog, dan penulis dalam waktu bersamaan?
Gue harus memilih mana yang benar-benar gue minati, mana yang merupakan panggilan hidup gue, dan mana yang paling sesuasi dengan kondisi gue di masa sekarang.
Sekarang gue anak IPS, gak suka fisika, bodoh di kimia, ngafalin yang abstrak kayak biologi juga susah, takut sama mayat, gak tahan ngeliat orang sakit kulit, yah gimana mau jadi dokter atau suster?

Gue akhirnya mencapai di keputusan bahwa. Gue menyerah untuk menggapai impian kuliah di luar negeri. Setelah sedih banget rasanya kan gak bisa dapet kehidupan baru, mungkin pengetahuan baru, pokoknya hilang sudah bayangan gue bisa mandiri, berani ngomong Inggris, dan menjadi dewasa.
Semua bayangan itu sirna, tetapi digantikan juga dengan bayangan lainnya.

Gue pikir lagi kuliah di luar negeri (dengan tujuan gue di Singapore) kalau mau biaya kuliahnya murah, gue harus kontrak buat kerja di sana dua tahun. Singapore terkenal dengan negara yang katanya orang addict kerja banget. Workaholic. Dan tentu ada rasa takut kan gue gak betah, tapi gak bisa pulang juga. Pikir-pikir cewek mau sekolah tinggi ujung-ujungnya apa? Well, kalau beruntung dapet cowok yang mapan.
Gue terus bandingin pelajaran (mata kuliah) di calon kampus gue vs NUS. Gue pikir lagi, sekarang ngerti juga kenapa psikologi di luar negeri harus sampe PhD dulu baru bisa dikatakan psikolog beneran. S1 mereka yah cenderung 'dangkal' ditambah kebanyakkan gak ada skripsi.
Gue lihat pelajaran di kampus gue itu lumayan berat yah kalau diliat. Plus ditambah gue dapet dorongan sana-sini, bahkan dari kenalan orang tur bahwa kampus gue ini bagus psikologi-nya. Alhasil, gue semakin galau tetapi yakin bahwa mungkin lebih baik gue tinggal di Jakarta aja.

Psikologi sama halnya seperti dokter, sosiologi, maupun hukum itu ilmu-ilmu yang lebih baik diambil di negara sendiri. Mengapa? Karena masalah-masalah di Indonesia itu berbeda dengan luar negeri. Apalagi negara maju. Penyakit pun juga berbeda. Di luar negeri yang bersih apa bisa orang kena tipes?
Walau psikologi sebenernya emang masih lebih umum, tetapi gue mikir kalau gue kuliah di luar dengan pandangan orang asing, lalu gue kerja di sini... apa ilmu gue itu bisa kepake di Indonesia?
Ditambah kuliah di Indonesia tentunya sudah disesuaikan dengan lingkungan kerja yang ada di Indonesia, kan? Di sini, gue juga bisa magang dan ngerasain kerja di bidang yang gue minati. Sesuatu yang mungkin tidak gue dapatkan bila gue memutuskan kuliah di luar negeri.
Gue lagi mikir aja, ada orang kuliah jauh-jauh di Amerika (dia cewek), dan karena sedihnya dengan ijazah SMA, kita sebetulnya gak bisa langsung kuliah baik di Eropa maupun Amerika. Gue kurang mengerti deh, yang pasti harus ambil lagi tambahan mungkin biar setara dengan kualifikasi mereka.
Tidakkah sebetulnya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya?

Yeah pada akhirnya, gue mengambil keputusan bahwa lebih baik di sini. Gue gak perlu pusing mikirin soal makan, rumah, kesepian, dan lain-lain. Fokus gue hanya menimba ilmu. Gue akan bekerja keras untuk menjadi penulis sungguhan bukan sekedar hobi aja.
Meskipun gue harus mengorbankan angan-angan bisa punya kehidupan baru, meski gue menahan rasa iri melihat temen-temen gue yang kuliah di luar, apalagi di Inggris... mereka bisa jalan-jalan keliling Eropa pas liburan... sementara gue harus ketemu lagi sama Jakarta...

Tidak apa.
Gue memutuskan untuk mengorbankan kenangan baru itu demi sebuah pendidikan dan kehidupan yang lebih masuk akal dijalankan.

Love,
Natasha

PS : Merry Christmas and Happy New Year!!! Lots of love!
PPS : Libur tinggal beberapa hari lagi... hhmm...


03 December 2014

Best Friend Forever

Sebenernya apa sih definisi "BFF" alias Best Friend Forever itu?
Apakah sahabat itu orang yang paling lama kita kenal di hidup kita? Apakah sahabat itu yang selalu main sama kita di sekolah dan jalan-jalan bareng? Apakah sahabat itu orang yang sering chat sama kita? Ataukah sahabat itu orang yang selalu ada buat lo, tidak hentinya mendengar keluh-kesah lo, dan lo ngerasa kehilangan banget kalo gak ada dia?

Punya pengalaman pahit di masa lalu menyangkut sahabat membuat gue jadi lebih terbuka lagi dengan definisi sahabat itu sendiri. Sebenernya gue ini punya sahabat gak sih? Apakah gue punya temen yang selalu siap mendengarkan masalah gue ketika sedih, bisa diajak ketawa bareng juga, dan gak meninggalkan gue ketika gue sedang butuh pertolongan. Sebenernya ada gak sih temen kayak gini?

Bagi gue temen itu sangat penting. Gue ngerasain banget waktu itu ujian tes masuk univ, gue sendirian bener-bener sendirian. Temen-temen dari sekolah gue yang tes juga cowok semua (yang gue ketemu) dan ada yang tidak dekat. Jadi, gue bener-bener ngerasain sedihnya cuma bisa jalan bolak-balik sendirian, tanpa arah, dan tidak ada orang untuk menenangkan gue yang gugup banget. Gue paling gak suka berada di suatu lingkungan baru yang bener-bener asing di mata gue. (But Thank God I managed it and yey! I'm accepted!! so I'm officially a university student, hhhmm)
Temen itu membuat hidup kita lebih baik. Lebih berwarna. Lebih seru buat dijalanin. Kita bisa ngomongin apa aja sama temen-temen kita. Dari belajar bareng di conference, sesi curhat-curhatan, ngasih tips, share ayat alkitab, main games gak jelas, sampe ngobrolin berbagai macam topik pun semuanya terasa seru. Tiap hari terus berinteraksi gak membuat kita bosen. Justru merasa kehilangan ketika mereka gak ada.

Jeleknya usia-usia remaja, mulai dari SMP sampai SMA seperti ini, orang-orang cenderung untuk membuat kelompok masing-masing. Mereka cenderung bergaul dengan orang yang sederajat dengan mereka. Bukan masalah status sosial, tetapi lebih ke arah kesatuan pikiran dan punya sifat yang cenderung mirip-mirip. Ada juga yang berteman dekat karena punya hobi yang sama, ngefans artis yang sama, dan masih banyak lagi deh.

Awal permulaan bisa terbentuk sebuah geng itu sendiri biasanya gabungan dari dua-tiga orang temen deket yang gak sengaja ngobrol bareng dan ngerasa nyambung dan cocok dengan satu sama lain. Setelah sering banget menghabiskan waktu bersama, barulah ada rasa kebersamaan yang muncul dan memutuskan untuk berkelompok dengan teman-teman yang ini. Kalau dulu nge-tren banget bikin geng, sekarang zaman SMA gue sih gak secara resmi punya nama, visi-misi, dan tujuan (udah kek lembaga sosial aja :| *ceritanya abis UAS sosiologi*) tetapi secara sadar diri kita tahu bahwa lingkaran pertemanan kita itu adalah mereka-mereka itu.

Gue tipe orang yang sulit menerima orang baru ketika gue udah punya lingkaran pertemanan itu. Gue orangnya (ini jelek, jangan ditiru yah!) suka men-judge orang duluan tanpa kenal lebih lanjut. Bukan dari segi tampang, karena gue suka sotoy, gue suka menebak-nebak kepribadian dia kayak apa, dan ketika gue sadar dia ini beda sama gue, otomatis gue membatasi diri untuk mengenal dia lebih jauh. Gue tahu gue tidak bakal nyambung dengan jenis-jenis orang tertentu. Apalagi yang punya minat yang berbeda dengan gue.

Gue cenderung ke tipe yang mempertahankan erat persahabatan. Gue bakal berusaha untuk menjaga kerukunan, keharmonisan, dan keutuhan lingkaran pertemanan gue. Gue paling benci dari dulu kalau liat temen gue berantem sama yang lain. Apalagi dari lingkaran pertemanan yang sama. Pasti dijamin, bakal terbelah dua kubu bahkan lebih. Karena gue tahu rasanya kehilangan teman, gue jadi gak mau mengulangi hal yang sama. Gue mencoba untuk menjaga hubungan gue sama temen-temen gue sekarang. Lagipula, kita udah dewasa. Seharusnya udah tahu lah gimana caranya untuk mempertahankan pertemanan sampai kita gede nanti.

Bagaimanakah caranya untuk menjaga hubungan pertemanan kita? Caranya gampang. Komunikasi itu adalah yang wajib dilakukan setiap hari karena dengan begitu kita makin mengenal mereka lebih baik, dan otomatis kita lebih enjoy sama mereka. Gak perlu takut lagi salah bicara karena kita udah tahu latar belakang mereka kayak apa, sifat mereka kayak apa, kelakuannya kayak apa.
Yang penting lagi adalah mau saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing temen kita. Toh kita sendiri juga banyak kejelekkannya, kalau temen kita mau terima kita apa adanya, kenapa kita juga gak bisa nerima mereka yang original? Ini yang sering menjadi awal konflik pertemanan.
Tak kalah penting lagi adalah dari masing-masing kita punya rasa kebersamaan dan persahabatan yang erat. Kalau udah ada mindset seperti ini, dijamin kita bakal berusaha untuk menjaga pertemenan kita biar gak renggang.

Yang mau gue bahas lebih lanjut adalah bagaimana perbedaan kepribadian itu membuat pertemanan seringkali hancur. Sedih ketika ada temen yang orangnya itu suka bertemen, tetapi dia lebih suka konsep "berinteraksi dengan orang lain" dibanding "berusaha menjaga keharmonisan pertemenan". Ini yang membedakan Sanguinis dan Plegmatis dalam hal pertemanan. Sanguinis lebih suka "interaksi" nya, tetapi Plegmatis itu lebih ke "maintain" friendship. Ketika ada salah satu dari temen kita yang cara berpikirnya udah menyimpang sama sisa dari kelompok kita, alhasil akan terjadi konflik. Ada dua cara. Pertama, bikin temen kita itu sadar  bahwa kita memang yang selalu ada buat dia. Kalau cara ini gak berhasil, it means dia memang bukan teman sejati kita. Simple aja sih.
Temen sejati tidak bakal meninggalkan temennya sendiri, mau temennya bertolak belakang sekalipun dengan dia.

Gue prefer punya beberapa temen deket saja daripada punya banyak teman tetapi gak ada satupun yang peduli sama kita ketika lagi susah. Orang boleh judge gue sebagai orang yang eksklusif cuma mau bergaul sama temen-temennya sendiri aja, atau tertutup sama orang baru... yah memang beginilah gue. Bahkan dalam kenyataan pun, gue memang punya banyak temen deket, walau kenalan gue itu gak banyak.
Memang gue akuin, ketika ada masa gue gak bisa sama temen deket gue, dan gue sendirian, gue tidak punya temen lain karena gue memang jarang berinteraksi sama temen lain. Yeah, ini emang buruk gue akuin.

Beberapa temen gue sering bertanya ke gue, gimana sih cara menemukan sahabat? Sahabat itu bisa tiba-tiba datang. Dia bisa jadi orang yang selama ini tidak kita kenal, tetapi tiba-tiba satu kelas dan BOM jadi sahabat. Bisa jadi kita dikenalin temen, dan nyambung, jadi deh temen deket. Sama seperti cinta yang datang begitu saja, sahabat pun juga begitu.
Cara tahu mana sahabat yang baik dan tidak itu cukup mudah. Apakah dia bisa menerima kekurangan lo? Apakah dia mau nemenin lo karena ada maksud tertentu? Apa dia mau mendengar keluh kesah lo?

Banyak orang yang masuk ke sebuah lingkar pertemanan karena geng itu dianggap paling prestige, atau istilahnya paling gaul dibanding geng-geng lain seangkatan. Sekarang gini aja deh, kalau kalian ngerasa gak nyaman, ngerasa gak cocok bertemen sama mereka, dan teman-teman kalian itu mengubah diri kalian jadi lebih negatif, itulah yang harus dihindarin. Temen yang baik itu yang mau nasehatin kita kalau kita salah, dia yang bela kita ketika orang lain mempersalahkan kita, temen yang baik gak akan menjauhi kita hanya karena kita punya suatu kekurangan.


Gue jujur sedih karena kehilangan temen gue lagi. Memang kita gak musuhan (karena menurut gue musuhan itu enggak banget), tetapi gue tahu kalau kita juga gak sedeket dulu lagi. Sahabat bisa tiba-tiba hilang ketika ia menemukan pengganti kita. Ketika dia lebih asyik sama temen barunya, or maybe kalau seusia kita, yah sama pacarnya. Sedih ketika bukan kita lagi orang pertama yang dia chat karena dia mau cerita sesuatu atau mau curcol. Dan sedih ketika dia perlahan berubah, menjadi seseorang yang bukan kita kenal dulu, yang topik pembicaraannya udah berubah, dan sifatnya bahkan berubah.
Rasanya kehilangan banget deh.

Gue mencoba berpikir dari perspektif temen gue. Okay lah dia punya temen baru yang mungkin lebih asyik daripada gue, gue jauhin dia, dan gue tau gak enak rasanya dijauhin temen. Namun, harusnya dia juga inget kalau dalam pertemanan itu gak selalu tentang dia, kan? Adakalanya dia juga harus ngertiin gue. Jujur, gue yang orangnya toleran dan sabar ini juga jengah dengan temen gue ini. Kalau kata salah satu temen gue, ngomong sama dia seakan ngomong sama cermin. Gak dianggep. Gue lelah karena semakin hari, kita masih komunikasi semata-mata karena kita udah saling kenal lama. Gak ada lagi yang namanya suka-duka bareng.

Intisari dari yang gue tulis panjang-lebar ini sebenernya cuma mau ingetin, jangan lupa dan meninggalkan temen kita demi temen lain yang baru dikenal. Ini bukan menyangkut berapa tahun lamanya kita berteman, tetapi kalau udah tau dia itu baik, yang pengertian, dan pendengar yang baik, kenapa harus beralih ke orang yang belum tentu mau dengerin curhatan lo yang kadang annoying? Seringkali, orang langsung banting setir pindah haluan pertemanan karena kesenangan semata. Karena melihat mereka lebih asyik daripada temen kita yang lama, karena mereka lebih fleksibel, lebih seru diajak bersenang-senang... mungkin karena gue ini introvert yang lebih suka ketenangan kali yah...

Sekali lagi, tak ada salahnya mencari teman baru. Semakin banyak teman, banyak relasi, hidup kita semakin mudah dan bahagia. Kita pada akhirnya akan saling membutuhkan satu sama lain, mungkin di masa depan yang akan datang. Kalau temen baru kita itu membawa dampak yang lebih baik, yang lebih mau menerima kita apa adanya, tidak masalah. Namun, itulah ada pertemuan ada juga perpisahan. So, jangan sedih ketika harus melepas salah satu teman kita. Maybe, dia lebih bahagia sama teman barunya. But, jangan juga kita musuhin yah teman kita yang itu :) mereka mungkin bukan sahabat kita lagi, tetapi dia tetep temen yang pernah sempat mengisi hidup kita sesaat.


Semoga pertemanan kita semua tetap awet :)

Love
Natasha

PS : Today is the last day of Odd Term!!!! GOODBYE SCHOOLLL! #NoMoreFinalExams
PPS : So far, UAS tersusah adalah sosiologi. Mungkin karena kemarin udah kebawa suasana mau libur panjang jadi agak gak konsen belajarnya.
PPPS : SEDIHHH sekolah tinggal menghitung satu jari tangan doang. Then have to leave my beloved friends! I'm gonna miss you! Let's still be friends even if we're separated.


Udah lama yah by the way gak nge-post lagi.

18 October 2014

What's On The Future?

Gue suka berpikir kalau apa yang gue lakukan sekarang ini, tentu adalah masa lalu di masa depan gue. Apa yang terjadi sekarang sebaliknya adalah masa depan yang gue bayangkan dulu.
Lucu karena mungkin beberapa bulan nanti, mungkin gue sudah akan tahu akan kuliah dimana gue, gue udah tahu masa depan gue mau kayak gimana.

Gue rasa semua yang namanya remaja itu antara bingung, penasaran, bahkan takut akan masa depannya kelak. Gue kira hanya gue yang takut untuk mengetahui masa depan gue, tetapi setelah sharing sama temen-temen gue yang lain, mereka semua juga sama aja. Kebanyakan dari mereka penasaran gimana sih masa depan mereka? Mereka jadinya kuliah dimana? Nanti kerja apa? Menikah sama siapa? Punya anak berapa? Lucu kah mereka? Dan yang paling menakutkan lagi adalah mengetahui berapa lama kita hidup di dunia ini?

Bicara soal masa depan, seperti yang mungkin sering gue tulis di sini, dari dulu gue punya banyak cita-cita. Pertama kali adalah dokter. Gue kagum dengan sosok mereka yang, bisa menyembuhkan gue waktu kecil sering sakit-sakitan. Lalu, ada guru, penulis, agen mata-mata, detektif, suster, pendeta, sampai akhirnya gue memutuskan untuk menjadi psikolog.

Gue bisa dibilang mulai tergila-gila dengan yang namanya psikologi sejak SMA. Mungkin bibit-bibit suka dengan psikologi mulai muncul dari kelas 9 sih. Bagi gue pelajaran yang paling menarik di sekolah gue adalah pendidikan karakter. Memang di setiap SMA di yayasan sekolah gue itu punya muatan lokal-nya masing-masing. Nah, di sekolah gue itu muatan lokal-nya adalah pendidikan karakter. Gue makin dalam menyukai psikologi sejak penjurusan di IPS.

Awalnya, waktu gue masih kelas 10 gue itu paling suka pelajaran ekonomi karena pelajarannya mudah dihafal. Selain itu, gurunya juga memang guru baru jadi soalnya gampang. Menginjak kelas 11 IPS, gue makin menyadari ekonomi itu sulit dan bikin mabok. Trust me, gue lebih suka sosiologi daripada  ekonomi. Ditambah lagi ada yang namanya akuntansi. Sekolah gue terkenal banget sama anak-anak lomba akuntansi yang selalu menang di lomba-lomba yang diadakan universitas, jadi kebayang kan bagaimana murid biasa seperti gue disama-ratakan dengan anak lomba? Plus sejak kelas 12 ini gue dapet tambahan pelajaran lagi yang namanya ekonometri. Fix, gue semakin kurang menyukai ekonomi.

Ketika hampir seluruh anak IPS itu tertarik sama ilmu ekonomi (baik akuntansi, bisnis, manajemen, marketing, dll) gue malah mem-blacklist jurusan ekonomi dari pilihan jurusan gue. Kenapa? karena gue akui gue ini orangnya tidak matre. Orang-orang boleh menganggap gue bodoh karena tidak mau mencari keuntungan. Namun, inilah gue, yang suka membantu orang dengan sukarela meskipun harus mengorbankan diri gue sendiri.

Di satu sisi, saat gue udah sangat mantap untuk mengambil psikologi karena tidak ada jurusan lain yang membuat gue tertarik, gue malah galau. Setelah lulus, gue mau jadi apa?
Awalnya, keputusan gue psikologi agak diremehkan karena psikologi kurang memiliki prospek menjanjikan di masa depan. Apalagi di negara semacam Indonesia yang jelas mengutamakan bisnis, dokter, hukum, ataupun yang berhubungan sama pemerintahan.
Pekerjaan minor itu tidak menjanjikan. Bisa aja bertahan, tapi yah tidak akan memiliki penghasilan besar. Ditambah, gue ditakut-takuti kalau mau menjadi psikolog itu harus kuliah S2 bahkan S3, gue diancam bakal jadi perawan tua karena seluruh hidup gue dihabiskan untuk sekolah.

Dibalik segala caci-maki tentang psikologi, gue lama-lama didukung juga sama keluarga gue. Lucu sih.
Nyokap gue bilang emang bakat gue itu psikologi. Cici gue bilang justru prospek psikologi di masa depan itu menjanjikan karena Indonesia rupanya kekurangan tenaga kerja kejiwaan, sementara banyak banget orang zaman sekarang yang depresi, stress, dan butuh banget dipulihkan kejiwaannya.
Bokap gue malah menganggap gue ini seorang psikolog beneran. Dia menasehati gue kalo mau jadi psikolog, yah gak boleh pesimis. Kalau gue gak yakin sama diri gue sendiri, gimana mau meyakinkan orang lain? Bahkan dia sampe nasehatin gue ke hal yang sama sekali gak berhubungan sama psikologi. Pokoknya semuanya disangkut-pautkan dengan psikolog.

Mentang-mentang gue juga mau kuliah psikologi, temen-temen gue langsung menganggap gue ini udah jadi psikolog. Gue memang suka menyuruh mereka ikut tes kepribadian gitu, dan setelah hasilnya keluar mereka langsung tanya, "Eh gue ISFJ nih artinya apa yah, Sha?"
Teman-teman, please walaupun gue suka baca buku psikologi gue belum se-jago itu bisa mengetahui secara lengkap bagaimana kepribadian kalian. Gue cuma bisa mengira-ngira permukaan diri kalian doang. But, so far yah gue juga didukung oleh temen-temen. Mereka sering memanfaatkan jasa konseling tanpa bayaran ke gue. It's okay. Pada dasarnya gue suka membantu orang kok.

Nah, ini masalah terbesarnya. Memangnya kalo gue kuliah psikologi, gue mau jadi psikolog beneran? :)
What if, gue ini sebetulnya pengen kerja yang lain? Harus diakui, gue yakin banget gue gak bakal rela meninggalkan dunia menulis. Bagi gue, jauh lebih mudah berkomunikasi lewat tulisan daripada langsung secara tatap muka. Gue udah menulis sejak gue masih kecil, jadi gue gak bisa bayangin gimana kalo gue berhenti menulis suatu saat nanti.

Ada dua "skenario" yang terbayangkan dalam benak gue. Pertama, gue akan kerja bantuin psikolog terus lanjutin S2 biar bisa praktek sendiri, dan mungkin gue bakal jadi konselor plus bekerja sampingan sebagai penulis. Pilihan kedua adalah gue bakal bekerja menyimpang dari jurusan. Gue bisa aja jadi polisi(?), detektif, agen BIN, artis?, penyanyi?, diplomat?, atau seperti yang gue pengenin dari dulu yakni bekerja di majalah dan jadi penulis? Atau parahnya gue bisa aja cuma jadi ibu rumah tangga? Nyahahahaahahaha....

Entah apa yang akan terjadi di masa depan... kadang-kadang gue emang kelewat cemas dan penasaran dengan hidup gue sendiri. Gue merasa hidup gue ini enggak jelas, sementara teman-teman gue sebenernya lebih gak jelas lagi daripada gue. Temen-temen gue pengen banget cari kuliahan yang cepet lulus dan terus cepet kerja, sedangkan gue ini pengen lulus dengan normal, gue menikmati masa sekolah yang tinggal menghitung satu tangan. Memang kerja enak dapet uang, tapi gak mikir apa pengeluarannya? Kita sekolah masih di-supply mami-papi, coba bayangin nanti kerja? pake duit sendiri?

Apapun yang terjadi di masa depan kelak, hopefully itulah memang panggilan hidup gue. Sungguh gue lebih seneng menjadi orang yang berguna daripada sekedar numpang hidup di dunia untuk mencari uang. Gue juga pengen jadi orang kaya yang sukses, tetapi dengan cara yang bisa mengubah hidup orang lain. Kalian boleh bilang gue lebay, tapi memang inilah tujuan hidup gue.

Love
Natasha yang 100% kuliah psikologi dan 90% di univ X

Additional story :

Belakangan ini, mungkin karena udah kelas 12... gencar-gencarnya deh kita bahas mau kuliah apa dan dimana. Ada temen gue (termasuk gue juga sih) yang udah fix mau kuliah apa dan di universitas ini, ada yang maunya di universitas tertentu tapi gatau mau jurusannya apa, dan ada yang udah tau mau jurusan ini, tetapi gak tau mau dimana.

Gue berada di posisi yang didukung sekaligus ditakut-takuti. Katanya psikologi berat, banyak tugas, bacaannya Inggris semua, terus ujiannya segunung materinya. Ditambah katanya univ yang gue tuju ini susah lulusnya. Lama.

Jujur gue tidak takut sih. Gue sendiri yang memutuskan buat kuliah psikologi jadi kalau gue mengeluh, yah harus gue tanggung. Kalo perkara univ yang gue tuju ini katanya sulit ngelulusin anak, gue juga kurang paham. Menurut edufair sih, setelah gue tanya-tanya yah cici yang jaga stand bilang, "Tergantung, kamu mau cepet lulus apa enggak? Kalo mau cepet yah rajin belajar, semuanya mau dimanapun harus begitu. Kalo kamu sanggup ambil 24 sks tiap semester, yah coba aja nanti rasain pas kuliah gimana capeknya"

Gue juga mendapat dorongan dari cici gue yang sudah berpengalaman, she said the less you know the better, biarin aja nanti gue adaptasi sendiri di sana. Mau gak mau kan harus bertahan? :)

Semoga gue ketrima bebas tes and gue tidak salah memilih. Sekian.




16 September 2014

My Own Definition of Romantic Guy

Well, gue mau nulis secara cepat saja. Gue sedang meluangkan waktu gue disela-sela membuat tugas dan PR yang setiap hari ada aja. Yeah entah mengapa kelas 12 sangat berbeda dengan kelas 11 yang nyantai. Sekarang tiap hari hampir gak ada waktu buat leha-leha doang. Sedih deh... udah sekolah tinggal beberapa bulan lagi....

Uhm, okay. Malam ini gue pengen nulis tentang cowok. Yeah, gue sebenernya bosen sih membahas cinta-cintaan. Bukannya gak pengen dicintai (ehem) atau gak pengen mencintai orang, tetapi gue udah muak aja gitu... harus banget yah punya orang yang disuka? Memangnya seumuran gue harus banget jatuh cinta? pacaran? dan lain-lain? Ini yang kadang membuat gue muak banget jadi anak remaja, especially anak SMA yang lagi masa cinta-cintaan.

I assume, kalian udah lihat dong foto-foto dan video Glenn Alinskie ngelamar Chelsea Olivia?
The majority of my friends say Glenn is so romantic. And I agree with them. He's romantic.
Siapa yang gak mau dilamar di atas kapal ketika dalam perjalanan ke sebuah pulau, dan dia nyewa fotografer buat mengabadikan momen mereka... mereka udah pacaran lama dan tadaaa akan segera menikah dan mungkin bakal hidup bersama sampai mereka tua nanti. What a romantic story huh?

Gue jujur aja pengagum romance-comedy movies. Gue tambah demen lagi kalau cerita filmnya itu si cowok dan cewek sering berantem, kayak pura-pura cuek dengan satu sama lain, tapi ternyata mereka saling mencintai. Kenapa harus ada comedy-nya? karena gue benci banget film Drama dan romance only yang kadang terlalu keterlaluan gak masuk akalnya.

Mari kita ambil contoh film favorit gue, Twilight. Gue Twihard. Gue enggak benci serial film Twilight Saga, tetapi harus diakui beberapa scene itu terlalu impossible to be happened in reality. Edward Cullen contoh cowok romantis pake banget. Siapa cewek yang gak klepek-klepek udah ganteng, bersinar, dan keren? Bayangin ada cowok mau tidur-tiduran di padang rumput dan kalian berdua ngomongin macem-macem aja sampe matahari terbenam. Uhm... gue pribadi agak geli membayangkannya.

Terus bagi kebanyakkan cewek cowok romantis itu yang pas valentine beliin cokelat, bunga mawar pas pagi-pagi kita mau berangkat sekolah, pas kita ultah dia dateng surprisein pake kue terus bikin lilin bentuk angka 17 terus ada hatinya. Terus pas kita lagi telpon-telponan, dia suruh nengok ke bawah, eh ada dia nongol di depan rumah. Terus tiap malem minggu ngajak candle-light dinner. Dan another bullshit, he constantly whispers "I love you".

Buat gue cowok romantis itu bukan semua itu. Bukan cowok yang melakukan hal-hal yang dianggap kebanyakkan orang romantis. Namun, gue percaya satu hal. Kalau memang dia bener-bener cinta sama gue, dia bakal mencari caranya sendiri buat bikin gue bahagia. Caranya? yah tergantung sifat si cowok.
Gak semua cowok kan suka bikin cewek tersipu malu dengan caranya memperlakukan si cewek yang membuat iri cewek lain yang melihat mereka?

Personally, gue lebih suka cowok yang melakukan hal romantis secara tersirat. Seringkali dalam benak kita cowok romantis yah itu tadi yang kelihatan banget memperlakukan ceweknya like a princess.
Alangkah cute, apalagi cowoknya itu tipe kaku gitu tetapi dia sungguh peduli sama kita.
Let's say gue ini kolektor komik Detective Conan. Dia lagi jalan-jalan dan gak sengaja liat di toko buku ada lagi volume yang baru terbit. Dia chat gue tanya, "Eh lo udah punya Conan baru?", gue jawab "Belum". Dan keesokan harinya, dia udah membawa volume Detective Conan terbaru dan dia kasih gue. And he says, "Nih gue beliin, lo gak sempet ke toko buku lagi, kan?"

BAH itu baru menurut gue romantis.

Satu contoh lagi. Gue orang yang pemalu dan (ini emang kebiasaan buruk, tapi udah bawaan dari lahir jadi susah juga mau berubah gak bisa...) tidak menyukai bertemu terlalu banyak orang. Gue benci pesta, pertemuan keluarga, atau kegiatan apapun yang menuntut bertemu orang-orang baru.
Ceritanya si doi imajinasi gue ini ada reuni temen-temen SD-nya gitu, dan of course dia ngajak gue... tetapi karena si doi imajinasi gue ini ceritanya pengertian, dia akhirnya batalin reuni sama temen-temen dan malah bawa gue pergi makan. Karena dia tau gue suka makan. Akhirnya kita malah wisata kuliner deh keliling dari tenda sampe restoran cantik.

Memang mungkin bagi kalian yang membaca ini, kalian gak nemu sisi romantisnya si cowok ini dimana. Tetapi gue lebih suka cowok yang peduli sama hal-hal kecil di diri gue. Yang keluarga gue atau temen-temen gue suka lupain, tetapi ia inget sifat-sifat gue dan apa hal-hal yang gue suka. Dia mungkin bukan cowok yang suka ngomong-ngomong kata romantis atau tipe cowok yang suka ngasih bunga secara tidak jelas. Namun, dia mau mengorbankan sesuatu yang remeh demi gue atau menyenangkan gue dengan benda-benda yang bagi gue berharga walau bagi orang gak penting.


I know it's kinda confusing 'cause I'm writing this in the middle of night, and my brain is half working, half asleep.

Memang susah sih cewek macam gue yang lebih suka nulis daripada ngomong, yang pemalunya kadang pake banget ini punya cowok yang suka mengumbarkan keromantisan dihadapan publik. Mungkin cewek laen suka, tetapi gue tidak sama sekali. Sebaliknya, kalo misalnya nanti calon suami gue di masa depan ngelamar gue di tempat umum sambil berlutut gitu pake cincin berlian warna pink. Reaksi gue mungkin pertama memang terharu. Kedua gue bakal sadar ada banyak orang ngeliat, dan gue bakal malunya ampun-ampun. Gue bisa bayangin gue gak berani natap mata orang lain, dan gue bakal jalan nunduk mulu kali sampe keluar restoran.

Intisari dari post gue malam ini adalah cowok punya caranya sendiri kok untuk bikin kita bahagia. Kalo dia beneran cinta, dia bakal berusaha sekeras apapun biar kita senyum dan seneng.
Don't expect too much from a guy, and if you end up being with a guy who might seem not romantic, just enjoy every little moments with him. Dia pasti diem-diem menunjukkan rasa cintanya kok.


So.... we can conclude that ROMANTIC GUY = A guy who either clearly or secretly expresses his love toward you.

OKAY. That's all for tonight!!

Thanks for reading this meaningless post.
Love
Natasha who loves chicken so much



08 August 2014

10 Lagu One Direction Terbaik [NEWEST]

Melihat banyakkk banget yang view post gue tentang "10 Lagu Terbaik One Direction" gue akan membuat list terbaru lagu-lagu One Direction yang wajib didengar oleh kalian para calon directioners atau mungkin orang yang iseng-iseng pengen nyari lagu enak.

So far, One Direction sudah merilis 3 album :
1st Album : Up All Night (lagunya unik-unik gak pernah denger gitu deh)
2nd Album : Take Me Home (lagunya lebih ke galau)
3rd Album : Midnight Memories (lagunya lebih ke rock, kayak berubah genre gitu deh)

JUDUL DI BOLD = LAGU GALAU

Berikut list terbaru gue tentang 10 Lagu 1D yang paling enak!

10) Half a Heart (from Midnight Memories)

Lagu ini lagu pertama yang gue suka di album ketiga. Dan gue dengerin lagu ini secara intensif itu ketika lagi musim hujan di awal tahun ini. Rasanya ketika denger lagu ini terus lihat hujan itu... bikin galau parah. Lagu ini liriknya dalem banget. Cocok banget didenger ketika baru putus dan gagal move on :) Gue paling suka bagian Liam nyanyi, "you've been sleeping with my SWEATERRR*

9) You & I (Midnight Memories)

Lagu ini juga gue dengerin saat musim hujan. Entah kenapa dengerin ini juga bawaannya jadi emosional gitu deh. Rasanya sedih gitu. Musiknya itu loh melow melow rasanya cuma pengen tiduran di kasur aja. Cuma pengen merenungi nasib gitu deh. Again, lagu ini cocok buat lagu galau.

8) Rock Me (Take Me Home)

Lagu ini gimana yah, karena gue suka lagu yang musiknya enak.... lagu ini yah emang kalo didenger yah enak di kuping gitu. Pengennya bisa maen drum sama goyang-goyangin kaki sambil gebrak-gebrak meja kalo dengerin lagu ini. And who doesn't love Louis voice? Dan suaranya Liam itu aww banget.

7) Moments (Up All Night)

Yeah, lagu lama ini menurut gue masih juara. Walau jarang didengerin, tetapi sekali didengerin tuh bawaannya gak bisa dihentikan lagunya. Lagu ini gue akuin tetep paling galau dari yang tergalau. Big applause for Ed Sheeran for making this awesome song!!!

6) C'mon C'mon (Take Me Home)

Lagu ini itu gue suka ama musiknya yang unik. Bikin gue keinget dengan game mario kart di nintendo DS pas tempat race-nya tuh di tempat semacem bowling gitu deh. Terus lagu ini itu bikin semangat dan pengen joget terus. Jadi lagu ini cocok buat kalo mood lagi bagus. Lagi happy :)

5) Truly, Madly, Deeply (Take Me Home)

Satu kata buat lagu ini. SYAHDU. Tiap denger lagu ini, perasaan galaunya tuh galau yang gak menyedihkan. Tetapi lebih ketika senang sih. Liriknya aja kayak lebih ke jatuh cinta gitu. Jadi yah tidak mengenaskan deh lagunya. Cocok banget didenger saat lagi jatuh cinta atau baru jadian :)

4) Irresistible (Take Me Home)

Nah ini baru boleh disebut lagu galau. Kalo suka lagu galau tapi belom dengerin lagu ini sih... belom bisa dikatakan suka lagu galau (?) Lagu ini pembawaannya bagus. Denger lagu ini tuh kayak bikin lo terlena dan terjerumus di suasana sedih dan sendu gitu. Rasanya lo kayak bertanya-tanya dalam diri lo, tetapi gak tahu jawabannya. 1D memang tahu bagaimana membuat cewek sedih :(

3) Little Things (Take Me Home)

Uhm, lagu ini jadi posisinya turun kebawah karena memang yeah kalah sama lagu lain hehehe. Little things mungkin yang pasaran didenger orang-orang. Yeah diantara single mereka, gue akuin lagu ini yang paling bagus. Lagu ini liriknya yang paling juara. Ini bener-bener menggambarkan cewek banget. Apalagi ceweknya semacam gue yang pemalu dan gak percaya diri gitu :') Bayangin aja dinyanyiin sama cowok pake lagu ini sih... mati.

2) Through The Dark (Midnight Memories)

Gue gak tau sih ini dikategorikan lagu galau atau senang. Karena ini kayak ditengah-tengahnya gitu. Lagu 1D memang suka begini. Lagu ini menurut gue liriknya bagus banget. Ini entah mengapa agak menggambarkan situasi gue sekarang. Dan lagi-lagi ini lagu ini semacam lagu yang kayak 1D pengen nunjukkin ke cewek-cewek kalau mereka akan membimbing dan mencintai kita gitu deh. Biasa cewek jomblo begini deh :') terus gue suka reff-nya "Oh I'll carry you over, fire and water for your love...."

AND THE BEST 1D'S SONG IS


1) Happily (Midnight Memories)

Selain menurut gue lagu ini yang paling juara se-album, menurut gue juga ini salah satu lagu terbaik yang pernah 1D nyanyiin. Menurut gue musik lagu ini itu ceria dan bikin semangat. Liriknya juga tetap ngena. Apalagi bagian Harry di awal. "We were meant to be but it's twist of fate" :') terus jangan lupakan bridge dan reff-nya yang mantaps!!! Selain enak didengerin, lagu ini juga enak banget dinyanyiin. Gitarnya juga enak banget. Musik + lirik oke = Perfect song. Pengennya gebuk-gebuk kaki di lantai deh. Pokoknya WAJIB BANGET denger lagu ini.


------------

THE OTHER GOOD 10 SONGS YOU MUST LISTEN :


  1. Teenage Dirtbag (1D cuma cover lagu ini selama Take Me Home tour, penyanyi asli The Wheatus) lagu ini gue bilang harus juga didenger karena sumpah ini salah satu lagu cover terbaik yang pernah gue denger! Bagian Louis sama Liam-nya GAK TAHAANNN! Pengen dibawa pulang :'))
  2. More Than This (Up All Night) - Liriknya tetep paling juara ngena-nya!
  3. Midnight Memories (Midnight Memories) "Five foot something with the skinny jeans, don't look back baby follow me", lagu ini juga rocker banget!!! 
  4. Story of My Life (Midnight Memories) - Musiknya enak ditambah liriknya yang membingungkan
  5. Strong (Midnight Memories) - Musiknya enak :)
  6. Why Don't We Go There (Midnight Memories) - Musiknya enak :)
  7. Nobody Compares (Take Me Home) - again lagu yang pengen bikin cewek merasa dihargai dan dicintai :)
  8. She's Not Afraid (Take Me Home) - seperti yang gue bilang dulu, cocok buat lagu fashion show! Harusnya 1D nyanyi ini di fashion show Victoria Secret
  9. Kiss You (Take Me Home) - lagu yang happy dan video klip terlucu :)
  10. I Want (Up All Night) - Kalau kalian directioner sejak awal-awal mereka baru terkenal, dijamin sedih deh denger lagu ini (walau lagunya sendiri lagu seneng)



Selamat mendengarkan :)
Love
Natasha Payne

How to Learn Indonesian language

Speaking english for me is frustrating. And somehow, it's quite challenging. It's because I'm from non-english speaking country. When I was in elementary, my English was bad even I took extra english class after school. I used to get good grades in speaking, but not really great in other aspects.
As time goes by, until middle school, I really had no idea about how to use grammar correctly. My vocabularies are so limited, and I really bad at listening. But the good thing is most of my english teachers said that my pronunciation is very good for Indonesian. Especially, my first language is not Indonesian. I speak Javanese at home.

Now, I'm a high school student, and I really feel my english skills have improved a lot. Well, grammar it's still the biggest problem. But, now I can watch movies or TV shows without the subtitle at all. Even I prefer reading english books if it's non-fiction books. I'm a little bit struggling to speak english in front of people who are come from english speaking country. 
Yeah, let me tell you. That's the problem for us.

UHM, in this post, I'm not gonna write about english. Instead, I'm going to talk about Indonesia and teach you how to learn Indonesian language.

As you may know, Indonesia is located at southeast asia. Indonesia is the fourth most populous country in the world. When you see the world map, you may find Indonesia easily because it's so unique. We are divided to five main islands. They are Sumatra, Kalimantan, Java , Sulawesi, and Papua. You can find Indonesia right above Australia :)

Indonesia has only two seasons. Wet and dry. Overall, weather in Indonesia is so great. It's pretty warm every day. Especially in Jakarta. But when you travel to town which near the mountain, you will have to put your jacket on. 

Indonesia has really a lot of cultures and traditions. So, I'm proud that we can uhmm let's say can get along well with other people. We have something special in Indonesia, my civics teacher always says that Indonesia is the only country that has national ideology called Pancasila. You can search it on Google for more information :) That five principles for me represent Indonesian people. 

You have to know that Indonesia is religious country. I've ever read on an article that said 99 percents of Indonesians think that religion is important. We have to put our religion in our ID Card. And it's funny, when American teenagers insult their religious friend, but Indonesian teenagers will do the opposite.
I have a buddhist friend who never goes to Vihara( the Buddhist holy place) or at least pray, and my other friends will say, "Hey, you atheist!" 
Yeah, what I love about Indonesia is we are quite religious :) 

And that's enough about Indonesia.

 NOW, let's begin our lesson!

Indonesian language is way more simple than English. What an easy thing to learn Indonesian is we clearly use latin alphabet just same like other english speaking countries. There's no such weird letter or weird symbol or anything unusual. Indonesian is really similar to English. 

The problem is how to pronounce the vocals and consonants as well.
Example :

A in English equals to E in Indonesian
E in English equals to I in Indonesian
(IT'S CONFUSING I KNOW)

I have an uncle who's British. He has been living in Indonesia for about few years, but he can't speak Indonesian. He ever told me that Indonesian is hard to learn. My sister is kinda agree with him, but personally I'm not agree.

I tried to figure it out why foreigners find it difficult to learn Indonesian?

The answer is simple. Even Indonesian people are not fluent in their own language! We also not really proud of our own language.

Are you surprised?

Yeah the reason is like I told you before, Indonesia is a big country. We are separated island by island. So, we tend to speak in our native language. Like me, because I was born in East Java, I speak Javanese. Other common traditional languages are Sundanese, Bataknese, Balinese, Minahasa, etc.
My extended family who live in East Java, they speak Indonesian with Java accent. And trust me, they tend to mix Indonesian words with Javanese words. So it's so difficult to hear for foreigner who just visit Indonesia for the first time. Moreover, if they visit city or town outside Jakarta.

"Old" people or specifically, villagers likely to use their own native languages. What about people in the city?
In Jakarta, a lot of people who claim themselves "Modern" people use English. And for chinese-descendant, they will speak Mandarin. Or maybe other people who are born in very modern family will speak other languages.
I don't know why but Indonesian people mindset are funny. Many parents nowadays encourage us to learn English or Chinese or other foreign language in order to be able compete with other people when someday we apply job in a company. They say, "You know, if you can't speak English fluently, you will hard to get good job". Can't speak english = stupid = jobless = have no good future. 
Parents nowadays will force their child to attend International school and wish their children will be fluent in English. Because English is so essential. When you can speak English very well, people will think that you're so cool and smart.
I don't say learning English is wrong or unimportant, but we're so pathetic. We hate our language, and I can't imagine the fate of Indonesian language in the future if people refuse to use Indonesian to speak in daily life!

Furthermore, Indonesian people are creative. Those who live in city will know why. Teenagers in Indonesia like to use slang words! We love to use slang words! Even the conversation between me and my friends is mostly in slang language. I don't know why but if you speak Indonesian with your friends, everyone will make fun of you. You have to speak in slang language. I have a friend who loves to remove the first/ last letter in a word. (EXAMPLE : Sudah (means Already) will be written Udah or even Uda OR THE WORST IS DAH) So how foreigner can learn Indonesian when we Indonesians can't even write appropriately?

Indonesians love to use other term for speaking. Let me give you the most popular one.

In English, regardless with whom you're talking to, you will use "I" to mention yourself. However, in Indonesian there are a lot of terms to say "I"
Just like Korean which use speech levels to address someone based their status/job/age. Yeah we Indonesian do the same! 

SAYA is the most formal term to address yourself. I think foreigner will be taught to use this to speak. This is the safest word to say when you speak with strangers, your boss, people who's older than you (your friend's parents for example), politician, and when you read newspaper or watch news yeah you will find people say "SAYA". 

AKU is the informal term. For me the right time to use "Aku" is when you say this to your boyfriend/girlfriend. Some of my friends use Aku to speak with their parents. Uhm, and maybe you can use this to speak with your family or someone who's older than you (your senior for example). A lot of teenagers in small city or town use "Aku" to speak with others.

GUE is a slang word. And yeah this is consider to be the rude term to say "I" in Indonesian. REMEMBER, only use GUE when you speak to your friends ( Teenagers in Jakarta especially will use this to speak) or internet. DONT SAY GUE with older people, your teacher, police, doctor, or when you are in such formal situation. My cousin who lives in East Java said he hates to use "Gue" because it's so cocky.

And also there are 3 terms to say "You" in Indonesian :
ANDA, this is like the most formal. You will hear this word in news or when someone is really mad! My mum and sister will use "ANDA" when they're mad with a sales or waitress at the mall.

KAMU, just like AKU ;)

LO ( or LOE) equals to GUE :)


Do you know what interesting thing about Indonesian language? WE HAVE NO TENSES!!!
So I think this is why Indonesian people struggle a lot to speak English fluently :(

In English, there are a lot of tenses to be memorized, you have to use past, present, future tenses. But, in Indonesia there's no such thing like tenses So, if you can memorize Indonesian words, you'll be able to speak Indonesian so fast!

If you want to say events in the past, just say "DULU (means back then/long time ago)" or TADI (earlier) or KEMARIN (yesterday), etc
If you want to say events in the present, just say "SEKARANG" (means now)
If you want to say events in the future, just say "NANTI" (means later) or BESOK (tomorrow), etc

example :
Dulu, saya ingin menjadi dokter ( Back then, I wanted to be a doctor)
*In Indonesian, you don't have to change the base form to past or past participle verb


The most common mistakes in Indonesian grammar (even Indonesians keep repeating the same mistake over and over again) is when you use term "DI"

DI can be use for either preposition or prefix. The meaning of DI itself depends with the sentence.

I'll give you the example.

* Saya membeli baju di pasar (I bought clothes at the market)
(DI in this sentence is used as PREPOSITION, the meaning of DI = AT)
* Baju itu dijual Rp 50.000 (That clothes is sold Rp 50.000)
(DI in here is a Prefix, the meaning of DI = IS SOLD)

And a lot of Indonesian likely to write "Dijual" become "Di jual". The simple space means everything :)

Even tough I'm 17 and have been learning since I can't even speak properly, I still don't understand how to apply grammar correctly when I'm writing. Do you know the ironic fact that the lowest score on National Exam is Indonesian language? :) Yeah we do better in English. Even Indonesian students find it difficult to do Indonesian language test. Hhmmmmm


Maybe that's all I want to teach since I'm not an expert in Indonesian. Though I'm self-proclaimed good writer :p

Remember, when you try to learn Indonesian, maybe Indonesian people will laugh at you. This is true. I've ever watched videos about foreigners who are being laughed by Indonesian people because of their FUNNY pronunciation.

FEW TIPS FOR YOU
• Just learn to listen how Indonesian people speak.
• Please when you make videos on Internet don't use formal speech! Indonesian people will make fun of you!
• When you talk to strangers don't use "Anda" it just don't feel right :p
I'll give you example :
You want to ask a stranger where's the nearest hotel from here ( Google translate will answer : "Mana hotel terdekat dari sini?") and if you learn Indonesian language from somewhere else, mostly they will teach you to say "Apakah anda tahu dimana hotel yang paling dekat dari sini?". This is TOO FORMAL. It's not wrong seriously. But, it's more exciting if you can speak like a native Indonesian, right?
Instead of saying those funny and formal sentence, you can simply ask like this "PAK(If it is a MAN)/ BU (If it is a WOMAN), tahu gak hotel yang dekat dari sini dimana?"
When you ask like that, surely that person will be surprised with your skill!
• I often refuse to say or write something in Indonesian. Because it will sound funny. When you say something in English, it will become more interesting (AGAIN, this is how Indonesian kids think that English is way cooler than our language). We like to say "Happy Birthday" rather than "Selamat Ulang Tahun"... it sounds... weird.
• DON'T EVER TRANSLATE ENGLISH SONGS TO INDONESIAN ...................



Maybe later I'll write more about Indonesian language :) I just love the idea to teach people! Teaching it's so exciting!!xxx

SALAM MANIS
Natasha :)

PS : Udah ulang tahun ke-17, dan sampai sekarang belom buat KTP juga aduh... :|






28 July 2014

Parenting Tips

Don't get me wrong... I'm not a parent... yet. But, I'm a daughter and I've been watching and analyzing the way parents rising their children this lately. Sadly, a lot of parents teach their children in the wrong way. So, as a daughter, I have few tips on How To Be A Good Parent!!!

Gue pernah baca di buku psikologi kalau anak kecil itu pikirannya, perbuatannya, perkataannya itu paling besar dipengaruhi oleh keluarga. Terutama mungkin juga orangtua. Dan walau gue masih bocah begini, gue tahu jadi orangtua itu gak gampang.

Pertama, jelas harus kerja banting tulang buat memenuhi setiap kebutuhan anak. Mulai dari kebutuhan primer, sekolah, dan apalagi zaman sekarang anak-anak harus punya gadget-gadget keren supaya bisa bergaul dengan baik di sekolah.

Kedua, anak kecil itu gampang banget niru apapun yang dilakukan orangtuanya. Mama gue suka banget begadang, dan begitu juga dengan gue. Mama gue pickyyy banget makan, yah gue juga begini deh suka milih-milih makanan.
Dan kalau orangtuanya gak bisa jadi contoh yang baik, anaknya pun akan sama aja seperti orangtuanya. Tentu aja orangtua gak mau masa depan anaknya jelek atau minimal melakukan kesalahan yang sama seperti yang telah dialami kedua orangtuanya.

Ketiga, tentu aja sulit juga buat bikin jalan seorang anak itu gak menyimpang. Salah cara didik, anak itu bakal jadi orang yang salah juga. Ditambah karakter setiap anak berbeda-beda dan metode mendidik anak tentu aja beda tergantung dari karakter si anak itu.

Keempat, zaman sekarang karena tingkat kebutuhan meningkat, maka otomatis produktivitas harus juga ditingkatkan supaya bisa memenuhi kebutuhan. Kalau dulu tugas ayah-lah yang mencari nafkah, zaman sekarang kedua orangtua dituntut kerja kalau keluarganya mau hidup diatas rata-rata. Alhasil, tugas mendidik anak jatuh tangan ke babysitter atau pembantu. Dan tentu aja susah bagi orangtua ngatur waktu supaya mereka tetep bisa turun tangan mendidik anak mereka. Kalau mereka masih peduli nasib anaknya.

Kelima, orangtua juga manusia. Manusia melakukan kesalahan. Gak ada manusia yang sempurna.


Berikut, gue punya sebuah masalah dan penyelesaian dari sudut pandang orangtua yang berbeda-beda. Coba deh perhatikan tipe-tipe orangtua berikut ini.

Masalah : Seorang balita (or let's say anak)  menangis sampe nyakar-nyakar lantai karena dia batuk dan si orangtua gak bolehin beli permen.

RESPON

Tipe Ortu 1 : "Kalo gak berhenti nangis gak mama beliin permen nanti!"
Tipe Ortu 2 : "Biarin sana nangis aja terus, mama gak peduli!"
Tipe Ortu 3 : "Ayo yaudah iya mama beliin Permen"
Tipe Ortu 4 : *didiemin aja*
Tipe Ortu 5 : *Jangan nangis dong, Natasha. Kamu kan lagi sakit gak boleh makan permen! Nanti tambah sakit loh. Kalo sakit nanti harus minum obat terus sampe sembuh. Gak mau kan minum obat terus? Nah makannya Tasha sembuh dulu yah baru nanti makan permen!

Well, gue percaya masih ada versi ortu lainnya. Tetapi, kelima ini yang gue anggap paling lazim dijumpai di mall, jalanan, even Gereja alias tempat beribadah! Harusnya konsentrasi untuk ibadah... ini harus keganggu sama tangisan bayi atau rengekkan anak kecil :( *MaafkanHambaTuhan*

Menurut kalian mana yang paling bener?

Menurut gue adalah jelas Tipe Ortu Kelima. Kenapa? Karena anak itu kalau kata nyokap gue ibarat kertas putih yang kita( orangtua) coret-coret. Jelas anak kecil itu cuma manusia polos yang gak tau apa-apa. Dan terserah orangtua mau menjadikan apa anak itu kelak. Mau cuma dicoret-dicoret gak jelas? gak beraturan? Yah si anak juga bakal jadi gak beraturan seumur hidupnya. Atau mungkin mau digambar dengan pemandangan yang indah? Yah anak harus dididik dengan bagus juga.
Orangtua itu harusnya mampu menasehati dan memberi arahan kepada si anak. 
Beda dengan dimanja. Orangtua itu harus tahu kapan saat anak itu diberi masukkan, nasehat, atau istilahnya dibaek-baekkin dan kapan anak itu harus ditegur.
Memang agak bosenin, tetapi ini yang paling benar. Setidaknya paling benar dibanding yang lain.
Anak itu harusnya dikasih alasan mengapa dia gak boleh begini... kenapa dia gak boleh begitu..... bukan langsung marahin, ngancem, didiemin aja, atau malah diturutin aja biar anaknya diem.
Well, berubahlah para orangtua *widih*


Berikut alasan mengapa gue kurang setuju dengan tipe orangtua yang lain.

Tipe ortu 1 mendidik dengan cara "mengancam". Sering banget kan kita lihat ada orangtua yang ngancem atau nakut-nakutin dengan menceritakan mitos-mitos masa lalu. "Ayo makan dulu abisin, kalo gak abis, nanti mama panggil pak polisi terus nanti kamu ditangkep loh".
Menurut gue cara mendidik ini salah karena si anak akan tumbuh menjadi orang yang penakut. Istilahnya harus ditakutin, diancam dulu baru si anak mau melakukan sesuatu. Ini tentu aja gak baik. Bayangin nanti si anak udah sekolah... dia gak mau belajar, terus harus diancem "Ntar mama gak beliin HP baru lagi" baru belajar. Berarti kesannya anak itu kayak kebo yang harus dipicut dulu baru mau jalan.
Ditambah si anak akan tumbuh dalam perasaan ketidakpastian dan cemas. 
Selain itu kalo biasain nyuruh anak dengan iming-iming sesuatu, anak itu juga bakal kebiasa kerja dengan imbalan. Mau belajar supaya dibeliin iPad kalau nilainya bagus. Alhasil, sampe gede si anak mau melakukan sesuatu karena ada motif tersembunyi. Si anak secara mental "manja". Gak punya inisiatif sendiri melakukan sesuatu karena dasarnya yah keinginan dia sendiri. 
Kadang kan jadi manusia kita kan harus tanpa pamrih menolong orang! 
Hati-hati yah! Jangan sampe jadi orang yang penuh perhitungan. 

Tipe ortu 2 mendidik dengan cara "keras". Banyaaak orangtua percaya kalau cara yang paling efektif dalam mendidik anak adalah dengan cara ini. Anak didik dengan "keras" atau kerennya disiplin. Gak salah dengan menjadi disiplin dan tegas. Tetapi yang jadi masalah adalah anak bisa tumbuh menjadi anak yang kasar karena dia ikutin orangtuanya yang juga kasar sama dia. Kemungkinan lain, mereka akan jadi "keras" juga hatinya. Maksudnya adalah dia orangnya jadi gak peduli, dingin, dan gak berbelas kasihan sama orang lain. Yang paling umum, si anak bakal menerapkan sistem mendidik yang sama terhadap anaknya kelak nanti karena ingin "bales dendam". Embel-embelnya begini : "DULU, Kakek itu suka mukul mama! Mama masih baik cuma marahin kamu!" Heheheh #pengalamanpribadi

Tipe ortu 3 mendidik dengan cara yang maunya-damai-aja-tanpa-peduli-ama-anaknya. Ini yang biasanya disebut orangtua yang manjain buah hatinya. Ada beberapa faktor yang bikin orangtua didik anak begini. Pertama, karena orangtuanya terlaluuuu baik dan sayang sama anaknya (apalagi anak tunggal) lantas dia bakal nurutin apa aja yang anaknya mau supaya anaknya bahagia. Nah yang kedua ini yang bahaya. Supaya anaknya berhenti nangis, diem, dan tenang. Orangtua pun juga gak perlu pusing atau repot denger anaknya rewel.
Well, salah besar manjain anak karena ketika besar nanti anak tentu aja harus hidup mandiri. Gak selamanya mereka bisa bergantung dengan orang lain. Yang penting juga GAK SEMUA yang diinginkan bisa terwujud. Karena justru kita belajar sesuatu yang berarti dari kegagalan kita. Kita belajar "menghargai" sesuatu atau seseorang karena kita gak punya. Anak yang dimanja begini tentu aja bakal jadi anak yang tumbuh dengan kepribadian menyebalkan. Dia bakal egois, keras kepala, suka memanfaatkan orang, dan individualistis.
Jadi jangan selalu menuruti keinginan anak. Biarkan mereka rasakan bagaimana rasanya ditolak. Rasanya menjadi gagal. Hidup tidak selalu berjalan mulus.

Tipe ortu keempat ini uhm jarang sih karena gue yakin orangtua gak bakal setega ini juga. Tapi gue pernah loh nemu kayak gini. Yang bener-bener gak peduli ama anaknya mau ngapain. Palingan cuma "Jangan, Tasha! Itu bahaya". Jadi bagi dia jadi orangtua itu memang cuma sekedar memberitahu apa yang benar dan yang salah. Terlalu cuek.
Anak yang punya orangtua cuek begini tentu aja bakal jadi anak yang cuek juga dengan orang lain. Mereka juga bisa jadi bakal ngerasa kurang dihargai, minder, dan merasa dirinya gak pantas hidup. Sisi positifnya..... si anak hidup mandiri. Dia juga bakal cari cara sendiri supaya hidupnya bener. Syukur kalau anaknya mau idup benar. Kalau enggak? Yah say hello to MADESU.

***
Masalah selanjutnya adalah bagaimana orangtua terkadang cuma bisa ngomong aja tapi gak dilakukan.
Pastinya orangtua sering nasehatin kita buat gak A,B,C,D,E,...., sampe Z. Mereka menuntut anak supaya begini, begitu... tetapi mereka sendiri juga sama aja.
Contoh orangtua nyuruh kita supaya jangan ngomong kasar atau pake bahasa yang tidak sopan. Eh, tapi pas telepon sama orang semua kebun binatang keluar dari mulut si orangtua sendiri.
Logikanya, si anak itu mengikuti orangtuanya. Bagaimana si anak mau nurut supaya gak ngomong kasar, kalau orangtuanya sendiri begitu?

Disinilah masalah utamanya. Orangtua  itu gak sempurna. Orangtua bukan manusia super yang tutur katanya baik, sikapnya baik, perbuatannya baik. Enggak.
Nah, kalau begini kasusnya gantian para anak yang harus dewasa dalam berpikir. Kita ngalah ajalah. Gak perlu ngedumel "Mama aja ngomongnya kasar blabla". Itu kurang ajar. Dan gak semua orangtua sabar.

Jadi solusinya adalah sebagai orangtua yang baik, mereka harusnya yah memberi contoh. Kalau kata-katanya selaras sama perbuatannya, dijamin si anak bisa lihat sendiri dan belajar dengan sendirinya. 

***

Berikutnya yang gak kalah penting lagi adalah hubungan orangtua dan anak itu seringkali cuma sebatas  formalitas belaka. Karena hubungan darah. Yah cuma sebatas antara orang yang melahirkan ditambah yang kerja keras biayain anak bersama dengan seseorang yang dilahirkan tanpa bisa request ke Tuhan mau dilahirkan di keluarga siapa.
Yang menjadi persoalan lain juga adalah banyak orangtua yang maunya dihormati secara berlebihan. Jadinya, hubungan ortu-anak itu kayak majikan-pembantu. Ortu bilang A, si anak harus melakukan A. Yeah, orangtua jadi ditaktor.
Ada juga yang kebalik. Anaknya yang bossy, orangtuanya yang diinjek-injek. Ini juga gak bener juga yah. Itu anak rasanya pengen diulek-ulek sampe halus.

The point is, anak zaman sekarang itu lebih "friendly". Lebih kurang ajar. Jelas. Lebih "pintar", tetapi yeah kita jadi anak pemalas karena punya teknologi canggih untuk membantu kita.
Jadi orangtua itu harus mau gak mau mengikuti perkembangan zaman. Susah emang kalau karakter orangtuanya itu tipe kaku dan tegas. Tapi, setidaknya hubungan itu dibangun dengan cara yang bersahabat.

Berikut trik membangun hubungan yang baik dengan anak (remaja terutama :p) :


  • Ajak anak nongkrong di cafe, misalnya atau nonton bioskop!
  • Ajak anak jalan-jalan (gak harus ke luar negri atau kota, ajak aja jalan di daerah sekitar) 
  • Luangkan waktu untuk dengerin unek-unek anak. Jadilah pendengar yang baik bagi anak kalau dia lagi cerita (jangan cuma mau didenger doang! Ingat, gimana anak mau denger nasehat orangtua kalau ortunya juga gak mau dengerin dia ngomong???)
  • Puji kalau anak itu punya bakat dan dukunglah kalau mampu (contoh anaknya jago nyanyi, beliin alat rekaman)
  • Ajak aja bercanda, ngobrol-ngobrol, cerita! Anak juga harus di-samaratakan derajatnya. Jangan dianggap remeh, karena orangtua juga harus belajar dari anaknya.
  • Kalau dia baik-baik aja, apa salahnya kalau anak diberi penghargaan? CONTOH : Si anak ini rajin belajar dan let's say rangking di kelas. Dia kepingin HP. Orangtua punya cukup uang untuk beli. Kenapa gak dibeliin? (Selama HP si anak udah cukup lama dipakai atau dia belum punya HP) Jangan jadi orangtua pelit.
  • Jangan terlalu banyak membatasi anak begini-begitu karena anak bakalan jengah. Bakal kesel. Alhasil, dia malah jadi keras kepala dan masa bodo sama orangtuanya!
  • Gak ada salahnya nyoba belajar bahasa gaul ;)
Note : Orangtua juga gak boleh terlalu lembek. Jangan takut marahin anak (asal jangan pake kekerasan fisik atau makian kasar) kalau anak salah. Hal itu berguna supaya anak bisa refleksi diri dan syukur-syukur berubah. Jangan lupa ajarin anak sopan santun, tata krama, dan etika. Yah pokoknya norma-norma begitu deh. Ngasih taunya gak harus langsung ngomong "Natasha, kamu harus bilang terima kasih yah kalau abis dikasih sesuatu sama orang". Bisa juga cara kreatif, misalnya si orangtua abis beli makanan dan bilang "Terima kasih" ke penjualnya. Terus bilang deh ke anaknya, "Jangan lupa biasain bilang terima kasih, Natasha!"

Terlepas dari yang gue sarankan, gue tau setiap orangtua punya cara sendiri untuk mendidik anak mereka. Dan mungkin itu cara yang terbaik juga. Hanya aja, pikiran orangtua juga harus terbuka kalau bener-bener peduli sama anak. Orangtua gak boleh berhenti belajar gimana caranya mendidik anak :)

Well, gitu aja tips parenting dari Natasha. '
MAAF BANGET kalo gue salah nulis atau salah nasehat atau salah persepsi. Maaf juga para orangtua kalau gue sedikit memihak kepada anak, toh gue juga statusnya masih anak orang. Gue nulis ini sebagai perwakilan seorang anak aja kok. Mungkin ada yang salah dari yang gue tulis, itu karena gue belum merasakan jadi orangtua. Kalaupun ada orangtua yang nyadar kesalahan gue ini, silahkan komentar. Kalau ada cara pandang gue yang salah silahkan dikritik.
Pasti ada yang mikir, "Belum ngerasain sih jadi orangtua beneran..... gak bisa begini... begitu.... gak gampang harus begini... begitu.... gak bisa seenaknya aja begini.... begitu, dl"

Peace yow

Sudah larut malam. Diluar masih takbiran. Dan gue ngantuk, tapi khawatir gak bisa tidur.

Well, selamat idul fitri, minal aidin wal-faizin teman-teman muslim! Cie gak puasa lagi #eh #CUMABERCANDA #DONTTAKEITTSERIOUSLY


Love
Natasha, yang pengen menjadi mama yang baik kelak 

PS : Krisis pangan di rumah :') Gak ada mbak, gak ada yang masak :( I wish I were Gordon Ramsay's kid or Jamie Oliver....







27 July 2014

Fandom Part 1

Ngomongin Fandom bagi gue gak akan ada abisnya. Karena bagi gue, menjadi anggota dari suatu Fandom itu bermanfaat banget. Well, kadang memang mgak enaknya... kita jadi "diperbudak". Kita habisin waktu, tenaga, dan pastinya uang demi memuaskan keinginan semata. Tetapi, menjadi anggota Fandom bikin kita juga semangat dan terhibur. Waktu senggang bisa diisi dengan baca, dengerin lagu, dan tentu aja nonton. Hehehe. I know I'm lifeless.
So, berikut adalah buku, artis, dan TV show favorit gue! 


BOOKS

1. Twilight Saga (Stephenie Meyer) since 2009

Kayaknya ini fandom pertama gue. Jadi, gue seperti cewek-cewek remaja lainnya memang tergila-gila dengan cerita romance satu ini. Sebenernya yang bikin gue tergila-gila itu apa yah... mungkin karena Edward adalah karakter cowok idaman semua cewek. Mungkin karena apapun yang dilakukan Edward itu mewakili keinginan para cewek. Ceritanya juga menegangkan karena Bella hanyalah manusia biasa, sementara Edward adalah vampir berbahaya. Gue tidak segila sampai pengen jadi vampir juga, tapi harus gue akuin gue bener-bener Team Edward!!! Alasan gue tidak begitu menyukai werewolf, karena gue lebih suka cowok "dingin" behehehe. Lagipula, vampir-vampir lebih keren daripada manusia serigala. 
Yang gue suka juga adalah bahasa di buku karangan Stephenie Meyer ini membuat gue terinspirasi. Yeah, salah satu penulis yang berpengaruh besar terhadap karya gue memang tante Stephenie! Dia menulis dengan cara yang berbeda. Dan gue sangat suka itu. Bahasanya puitis, jadi menyentuh hati banget. Dan adegannya... bener-bener mengagumkan. Kayaknya gak bikin pembaca bosen. 
Pokoknya, bagi gue Twilight itu selain ceritanya bagus, ini juga merupakan suatu karya sastra yang patut dijadikan sorotan. 
Kalau baca atau nonton Twilight, gue rasanya pengen banget ngerasain jadi salah satu keluarga Cullen. Gue juga pengen rasain aja punya kekuatan supranatural. Gue pengen banget bisa baca pikiran kayak Edward. Kayaknya keren aja gitu. Terus juga gue paling suka baca tentang sejarah masing-masing anggota Cullen. And surprisingly, gue juga fans berat Volturi. Aneh tapi nyata.

Dampak Twilight Bagi Hidup Gue : 
-Gue jadi berpikir saat gue umur 17 (sekarang udah 17...) gue bakal tinggal bareng bokap gue yang kebetulan memang tinggal sendiri di kota kecil. Gue bakal pindah kesana, ketemu cowok ganteng kayak Edward! Tapi setelah dipikir-pikir kayaknya gak mungkin yah...
-Gue juga kepikir punya partner lab biologi seganteng Edward... tapi gagal pas kelas 10. Dan gue masuk IPS, jadi bye-bye biology!
-Gue jadi sok-sokan baca pikiran orang kayak Edward... huh
- Karena Edward, kelak kalau gue punya anak cowok... gue mau namain Edward!!
- Gue sempet bikin sendiri lanjutan Breaking Dawn versi gue sendiri... bleh.
- Gue pengen main baseball!
- Gue teringat terus quote by Jessica : "Everything is possible if you just believe"
- Gue jadi takut vampir beneran ada
- Gue semangat belajar kalkulus! Bella loves calculus!
- Gue ngeri tiap ngisep darah gue sendiri

Kesamaan gue dan tokoh sentral : Gue dan Bella sama-sama 160 senti #pentingabis

Karakter Cowok Favorit : EDWARDDD CULLEEN

Karakter Cewek Favorit : Alice Cullen

Karakter Yang Dibenci : Victoria

Buku Terfavorit : Eclipse baybehh

Soundtrack Favorit : Hampir suka semuaa soundtrack Twilight :* mungkin kecuali breaking dawn part 2
Film Adaptasi Terbaik : Breaking Dawn Part 2

Kalau ada buku lanjutannya ceritanya tentang : Menurut gue, kalau ada buku tambahan... tentu aja harus ceritain tentang bagaimana Bella setelah bertahun-tahun menjadi vampir, volturi gak terima gak jadi perang, dan kelanjutan cerita tentang Renesmee dan Jacob!

Kalau gue hidup di seri ini : Tinggal di rumah Cullen yang bagus banget :') bakal suka banget kalau gue punya "bakat" spesial!! Dan gue juga mau tiduran di padang bunga sama Edward :(




2. Princess Diaries (Meg Cabot) since 2011 or 2012

Bicara tentang Princess Diaries... tentu saja ini novel yang lebih realistis. Walau pada kenyataannya, tidak juga. Namun, dibanding novel lain yang gue baca, jelas ini yang paling manusiawi. Jadi, gue mulai baca ini karena gue terobsesi dengan "Kerajaan". Gue suka cerita ini juga karena si Mia dulu seumuran sama gue. Jadi gue sering mikir kalo cerita gue bisa aja seperti kayak Mia.
Tapi tentu saja dunia nyata tidak seindah novel fiksi. Yang gue suka tentang Princess Diaries ini ceritanya uhmm kadang bener-bener menggambarkan anak sekolahan banget. Walaupun anak-anak di Amerika sana tentu aja berbeda dengan disini. Tapi, sebagian bener-bener menggambarkan perasaan anak remaja. 
Memang gue lebih suka novel yang ditulis pake sudut pandang pertama karena lebih "dalem", tetapi konsep nulis novel dalam bentuk diari itu kreatif. Dan lama-lama gue juga terbiasa aja bacanya, walau tetep kurang greget dikit.
Somehow, tante Cabot bisa nulis pake sudut pandang anak remaja pada umumnya. Banyak penulis yang mengabaikan hal ini. Mereka membuat karakter remaja seakan mereka seorang yang udah dewasa banget. I bet, gak banyak remaja yang berpikir terlalu serius. Kita anak-anak muda yang cuma mau seneng-seneng dan gak peduli dengan kerasnya hidup! #maafngelantur. 
Gue paling suka kalau nyeritain Mia dengan Mr G! Gue jadi ikutan ngerasain betapa awkward-nya kalau papa tiri lo itu guru-mata-pelajaran-yang-lo-benci-dan-nilai-lo-selalu-jelek di sekolah. 
And yeah, sedih gue belum sempet baca Princess Diaries tamat :( Baru sampe buku keenam.

Dampak Princess Diaries bagi hidup gue :
- Gue jadi berharap ada cowok kayak Michael di sekolah gue. Oh yeah mungkin kakak kelas. Dan andai aja gue punya kakak kelas sekarang... hiks. 
- Tadinya gue pronounce FREAK itu "Frik" dan karena Lana, gue ikutan pronounce "FUHREAAK"
- Gue bertanya-tanya apa anak umur 14 di Amerika bisa secentil itu disekolah... hhmhmm.....
- Gue belajar banyak loh hal-hal tentang putri disini... dan itu sangat berguna
- Gue jadi suka aljabar!!! karena Mia benci banget aljabar
- Gue jadi mulai membiasakan diri baca pake bahasa Inggris :)

Kesamaan gue dan tokoh sentral : Gue dan Mia sama-sama anak biasa di sekolah. Gue juga suka nulis kayak Mia!

Karakter Cowok Favorit : Michaell!!!

Karakter Cewek Favorit : Grandmere :p

Karakter Yang Dibenci : Josh Ritcher

Film Adaptasi Terbaik : Princess Diaries 2 karena lebih princess

Buku Terbaik dalam seri : Princess Diaries 1 pas dia masih baru awal mau pacaran sama Michael

Soundtrack Favorit : Lagu satu-satunya yang gue tau cuma Breakaway- Kelly Clarkson

Kalau gue hidup di seri ini : Gue mau nyoba tentu aja rasanya jadi Princess hhmmm


3. Hunger Games Trilogy (Suzanne Collins) since 2012

UHHMMM, I have to sayy gue ngefans juga sama HG karena cerita cintanya yang walau tidak seromantis Twilight, tapi aduh gimana yah... gregitan! Dan endingnya juga menarik. Gue cinta banget sama Peeta!!! Kalau Edward terlalu sempurna buat jadi nyata, Peeta ini terlalu mungkin jadi nyata.
Dan gue pengen banget nemu cowok kayak Peeta yang digambarkan sederhana, agak lemah, perhatian, baik hati, dan romantis. OH ANDAI ADA BENERAN. Apalagi digambarinnya dia pirang dan bermata biru gila!!!
By the way, bahasa di buku ini tergolong baik. Gue suka ketika tante Suzanne berusaha bikin pembaca deg-degan setiap mengakhiri bab sehingga kita gak sabar buat baca bab selanjutnya! Gue inget banget baca mockingjay sampe pagi karena penasaran mulu. 
Tetapi, gue kurang menyukai konsep ceritanya secara keseluruhan. Gue kurang menyukai cerita kekerasan dan bunuh-bunuhan. Dan sayangnya di HG, terlalu banyak pembunuhan dengan cara yang sadis pula.  Namun, ceritanya diselamatkan dengan adanya cerita cinta Peeta dan Katniss yang awesome banget!!!!!!!!!!!!!! GUE GAK AKAN LUPA adegan Katniss akhirnya bisa ketemu sama Peeta, tapi gak inget apa-apa. PEETA JADI ORANG GILA. Dan rasanya gue frustasi banget karena gue nunggu Peeta muncul separuh buku lebih!!!!!
Well, mak gue gak begitu suka juga dengan Hunger Games karena terlalu keras. Terus orang-orang Capitol terlalu freak. Ditambah hunger games itu sendiri menurut gue tidak begitu realistis meski ini adalah novel fiksi ilmiah dan fantasi. Meski gitu, ini salah satu novel yang bisa gue bayangin dengan cukup mudah (mungkin karena pembawaan Tante Suzanne yang bagus) dan apa yang gue bayangkan, cukup mirip dengan yang ada di film. Hehehe
Dan kalau biasanya gue baca novel, gue pengen nyoba ngerasain jadi mereka beneran, khusus buat Hunger Games gue gak mau deh. Wkwkwkw. 

Dampak Hunger Games bagi hidup gue :
- Menetapkan Peeta sebagai tipe cowok ideal
- Bersyukur karena gue tidak tinggal di negara yang terbagi gak imbang 
- Gue jadi suka pin mockingjay


Kesamaan gue dengan tokoh sentral : Gue dan Katniss UHMMMM apa yahhH... sama-sama cewek pemberontak behehehe.

Karakter Cowok Favorit : PEETA FOR SURE

Karakter Cewek Favorit : Katniss

Karakter Yang Dibenci : Gale :( karena dia gangguin peeta dan katniss

Film Adaptasi Terbaik : SO FAR masih Hunger Games sih.

Buku Terbaik Dalam Seri : Catching Fire!!! Bener-bener gak nahan lovestory-nya!

Soundtrack Favorit : Safe and Sound by Taylor Swift :*

Kalau ada buku lanjutannya, ceritanya tentang : Uhhmmm... mungkin bikin prekuel ketika Katniss masih kecil? Ketika ayahnya masih hidup... dia ketemu Peeta pertama kali di sekolah... dia dikasih roti sama Peeta................. dia ketemu Gale pertama kali........ mungkin bakal seru.

Kalau gue hidup di seri ini : gue bakal nyoba belajar manah, gue mau nyobain kue bikinan Peeta, sama mungkin gue bakal.... entahlah.



4. Harry Potter Series (J.K Rowling) since 2013

YEAH I KNOW, I WAS KINDA LATE butt yang penting tetep suka deh. Walau yeah bisa dibilang gue tidak begitu menguasai Harry Potter. Tetapi setelah baca semua seri-nya yahh pengetahuan gue tentang Harry Potter lumayan bertambah. Pasalnya, dari sekian seri buku yang gue ikuti, Harry Potter-lah yang menurut gue itu berat, padat, panjang, sulit, dan bagus.
Alasan gue baca Harry Potter karena pertama ini novel Inggris. Dan gue suka banget sama Inggris. Kedua, gue mulai tertarik juga ikutin kisah Harry Potter yang walau udah bolak-balik diputer di TV, tetep aja gue gak ngerti-ngerti. 
Harus gue akuii, dari semuaaa buku yang gue baca, gue paling kagum ketika baca Harry Potter. Apalagi kalo baca buku hard cover-nya. Bener-bener deh bau bukunya itu enak banget. Behehe. Terus bahasanya Tante Rowling udah pro banget. 
Gue memang kurang suka baca buku yang pake sudut padat orang ketiga, tapi entah kenapa gue tetep tertarik terus buat baca bukunya. 
Well, gue dibesarkan dalam agama yang menentang sihir dan ilmu hitam. Jelas, kalau tidak punya pandangan dan kepercayaan yang jelas terhadap agama, anak-anak bakal jatuh dalam dunia sihir. Buat gue, baca Harry Potter itu bukan sesuatu yang buruk yang bisa merasuki pikiran gue. Sebaliknya, gue terhibur dan yeahhh sedikit pengen ngerasain beberapa mantra. Seperti yang pernah gue bilang, gue pengen nyoba mantra panggil alias Accio! Apalagi gue orangnya males. Jadi berguna banget deh pasti.
Untuk kedua kalinya gue bilang, Tante Rowling gue nobatkan sebagai Penulis Terkreatif Sepanjang Sejarah!!!! WOHOOO 
Yang gue suka dengan serial Harpot itu adalah seru juga ngikutin kisah petualangan Harry yang kayaknya unik dan aneh-aneh. Karena anak normal, tidak bakal mengalami hal semenarik yang Harry alami. Dan latar serial ini, Hogwarts bener-bener menjadi suatu tempat fiksi yang pengen gue kunjungi!  
Kiat sukses dalam membaca serial ini adalah.......... konsentrasi, afalin nama orang dan tempat dengan baik karena ada bannyyyaaakk nama dan tempat aneh yang sulit diingat, serta bayangin aja kita disana. Rasanya bakal seru banget.
Scene favorit gue adalah ketika Severus menjelang kematiannya, ngasih tetesan air matanya ke Harry, dan dia liat deh kenangan masa lalu Severus yang begitu cinta mati ama Lily :'))

Dampak Harry Potter dalam hidup gue :
- Pengen tinggal di Asrama! WEH
- Pengen sekolah di Hogwarts
- Berpikir kalau mungkin saja peron 9 3/4 itu nyata

Kesamaan gue dengan tokoh sentral : Persamaan gue dan Harry adalahhhh kita sama-sama pake kacamata!

Karakter Cowok Favorit : Severus Snape!!! Fred and George Weasley!! DOBBY? IS HE A BOY?

Karakter Cewek Favorit : Bellatrix Lestrange and Hermione!!!!

Karakter Yang Dibenci : Gue lebih benci sama Lucius Malfoy daripada Voldemort! Oh iya gue juga benci Peter Pettigrew! Dan Percy! AH banyak yang gue benci sebenernya.

Film Adaptasi Terbaik : Have to say........The Half Blood Prince! or The Prisoner of Azkaban...

Buku Terbaik Dalam Seri : Goblet of Fire!!!

Soundtrack Favorit : NAHH kayak dia punya aja

Kalau ada buku lanjutannya, ceritanya tentang : Sama kayak HG, lebih baik nyeritain tentang prekuel. Nyeritain lebih detail tentang masa-masa James, Lily, Severus, Remus, Sirius, Peter zaman sekolah dulu di Hogwarts. Terus Voldemort berkuasa, Harry lahir, mereka mati........ atau bisa juga sih nyeritain anak Harry... walau pastinya agak gak seru.

Kalau gue hidup di seri ini : Gue bakal nyobaaa Sorting Hat buat nunjuk gue di asrama mana (Mungkin gue bakal end up di Hufflepuff atau Ravenclaw...) , gue bakal nyobain makan di aula, gue mau nyoba main Quidditch, gue mau ke Hogsmeade ke tokonya Fred and George, gue mau ke Kementerian Sihir, gue mau naik Hogwarts Express :(, gue mau ketemu DOBBYYY, gue mau apalagi yah...... entahlah. Banyak deh.


5. Divergent Trilogy (Veronica Roth) Since 2014

GUE NYESEL BANGET AGAK TELAT NONTON DIVERGENT, tapi better late than never deh!!! WELL, I DECIDED TO READ THE WHOLE SERIES BECAUSE I JUST WANNA FIND OUT MORE ABOUT TOBIAS!!!!!!!!!!!
Maaf khilaf. Jadi, yeah gue suka Tobias. Banget. Apalagi "Aslinya" ganteng. Dan karakter dia walau kurang kuat, tapi gue bisa bayangin dia tipe cowok dingin, sensitif, yang tangguh, macho, dan kuat. WELL, Selain Peeta...... gue juga jatuh cinta sama dia.
Dari segi ide cerita, gue lebih suka Divergent daripada Hunger Games. Gue sempet kepikiran sih kalau di masa depan bakal diciptain sistem faksi-faksi kayak gini. Dan kalau ada, gue pengen masuk Amity aja deh. Kata temen gue enak kerjaannya cuma nyabutin padi #okesip. Gue suka banget Tante (or mungkin gue panggil Kak karena masih muda) Veronica bikin ceritanya walau agak ketebak, tapi tetep kreatif. Siapa yang sangka kalau faksi itu hanya kebohongan????? #nospoiler
Sayangnya, diantara keempat serial novel yang gue baca, gue bilang Divergent yang paling jelek tata bahasanya. Sebenernya gak jelek juga. Cuma kalau dibandingin sih yah, Divergent-lah yang paling kurang. Gue agak kurang bisa membayangkan ceritanya. Terus sedikit ilmiah juga novel ini, karena gue bukan anak IPA gue agak mabok juga bacanya. Apalagi Allegiant. Selain itu, nama tokohnya juga aneh-aneh dan gak lazim aja dibaca. Ditambah karakter tokohnya kuranggg greget. Hehehe. Apalagi tokoh pendukungnya kayak kurang deskripsi gitu.
But, tetep gue acungin jempol buat Kak Veronica!! WOHOOO
I LOVE FOUR

Dampak Divergent bagi hidup gue :
- Gue jadi memandang warna hitam, abu-abu, orange, merah, biru, dan putih berbeda sekarang.....
- Gue jadi mikir ada berapa banyak ketakutan yang gue punya
- Gue mikir apa jangan-jangan seumur hidup gue ini juga kebohongan!
- Gue suka Chicago!!!
- Gue jadi manggil orang pinter Erudite

Kesamaan gue dengan tokoh sentral : Well, gue dan Tris sama-sama orangnya kaku yang benci kontak fisik.

Karakter Cowok Favorit : TOBIAS EATON

Karakter Cewek Favorit : Tris

Karakter Yang Dibenci : JEANNIE MATTHEWSHIT *ups

Film Adaptasi Terbaik : Can't tell ya, cause baru Divergent yang keluar... tapi Divergent bagus kok!!!

Buku Terbaik Dalam Seri : UHMM, mungkin Allegiant

Soundtrack Favorit : Belum ada

Kalau ada buku lanjutannya, ceritanya tentang : Kayaknya lebih seru dibikin prekuel juga karena gue tau kalau dipaksa lanjutinn... gak bakal seru dan diminati pembaca. Pasti seru kalau bikin cerita tentang masa kecil Tris dan Tobias. Terus di sekolah mereka gimana. Terus mungkin aja sebenernya mereka pernah ketemu tapi gak inget. Bisa aja juga... ah gak tau deh.

Kalau gue hidup di seri ini : Pastinya gue akan memasuki ruang ketakutan gue walau gue yakin gue bisa 2 jam di dalem karena gue penakut.



(to be continued)



24 July 2014

Grown Ups

Dulu waktu kecil, gue inget banget punya pikiran untuk cepet-cepet gede. Alasannya agak lucu juga. Namanya juga masih anak kecil. 

Pasti banyak yang setuju sama gue sebagai anak SD itu paling capek. Enam tahun pake seragam putih-merah. Setiap naik kelas, rasanya gue bener-bener santai. Toh temennya itu-itu lagi. Apalagi dulu SD gue cuma sekelas plus kelas gue gak ganti-ganti selama enam tahun, rasanya tuh gue cuma ganti kelas doang. 

Dulu pas SD, gue sering banget dapet tugas ketrampilan tangan. Gue benci banget harus bekerja menggunakan lem dan gunting. Prakarya gitu. Entah mengapa padahal biasanya cewek-cewek itu rapi dan bersih, gue malah kebalikannya. Yeah, gue dulu pengen cepet-cepet naik jenjang, karena gue melihat cici gue begitu santainya. Waktu SMP, kerjaan cici gue kayaknya gak pernah belajar. 
Jadi gue sangka toh, gue nanti pas SMP akan begitu. Akan bebas dari tugas-tugas kekanakkan semacam prakarya atau sikat gigi bareng. Atau makan empat sehat lima sempurna. Gue juga gak perlu baris dulu sebelom masuh kelas. 

Pikiran gue dulu, menjadi dewasa itu sesimple menyelesaikan sekolah sampai SMA, kuliah yang katanya cuma tinggal denger dosen ngomong, dan kerja. Gue ngeliat orang kerja kantoran rasanya asyik banget. Apalagi kalau liat di sinetron-sinetron dulu. Kerjaan orang kantor cuma ngetik-ngetik di komputer, dan... TANDA TANGAN BERKAS. Oke sip. Sebagai anak kecil gue tumbuh di dalam kebohongan.

Gue juga berpikir betapa enaknya jadi orang dewasa. Bisa bebas ngapain aja tanpa dilarang siapa-siapa, bebas menentukan pilihan sendiri, bisa beli barang-barang yang dia suka, pokoknya orang dewasa itu identik dengan kebebasan bagi gue. Namun, ternyata bertumbuh tidak sesederhana bisa beli baju sebanyak apapun tanpa dimarahin orangtua.

Semakin umur gue bertambah, semakin terbukanya gue akan dunia, maka semakin takutlah gue pula bertumbuh dewasa.
Entah kenapa gue takut. Dulu gue sangat semangat mau segera lulus sekolah, sekarang ketika gue diposisi tinggal setahun (bahkan beberapa bulan doang) sekolah, gue kepingin menghentikkan waktu.
Gue belum siap kuliah. Gue belum siap melangkah untuk menentukkan masa depan gue kelak.
Rasanya gue masih pengen main di Kidzania aja dulu. Hehehe.

Memang sikap gue ini gak baik. Tetapi, gue rasa ini lumrah terjadi di kalangan remaja yang masih mencari jati dirinya. Gak gampang lho harus menentukkan mau jadi apa kita kelak nanti. Belum tentu juga apa yang kita mau, bisa berjalan mulus. Gue dulu pengen jadi dokter. Selama SMP, gue gak pernah remed Biologi. Namun, ketika gue masuk SMA... harus buang impian jauh-jauh pengen jadi dokter. Impian gue itu harus hilang setelah gue tau gue gak bakal bertahan kalo masuk di jurusan IPA. Gue juga entah mengapa, ngerasa gak punya minat disana. Dari awal gue udah putusin masuk IPS, hasil psikotes gue menunjukkan juga gue cocoknya di jurusan IPS AJA, dan nilai-nilai IPS gue itu bener-bener bagus sementara IPA gue bener-bener kematian. Yeah, sampai sekarang gue berakhir di jurusan IPS anyway. Dan gue merasa bahagia. Sekolah bukan jadi suatu batu sandungan bagi gue.

Yang gue sedih lagi menjadi orang 'gede' (ceritanya gue baru legal nih minggu lalu :p) adalah berhenti bertumbuh. Dulu gue takut banget bakal jadi 17 tahun, karena katanya cewek berhenti betumbuh setelah menginjak usia 17. Dan gue sama sekali tidak terganggu dengan tinggi gue. Gue cukup puas karena yah... tinggi gue bisa dibilang normal untuk ukuran cewek. 

Yang menjadi masalah adalah gue dulu merupakan anak kekurangan gizi. Gue terlalu kurus, dan gampang sakit-sakitan. Gue dikasih vitamin macem-macem, susu, dan segala cara supaya gue gendut. Hungga pada akhirnya, sekarang yahh agak kegendutan. Gue harus berjuang supaya gimana caranya angka BMI gue gak menyentuh overweight. Sekarang, gue masih normal... tapi kalau gue gak jaga makanan (ditambah gue males banget olahraga)... gue bisa overweight. Yeah, gue kangen menjadi anak kecil yang bisa bebas makan-minum apa aja karena kita lagi dalam masa pertumbuhan.
I guess, I have to say goodbye those happy memories............ 

Dulu gue bangga banget ketika ulang tahun. Apalagi waktu ulang tahun ke-10... rasanya seneng akhirnya umur gue dua digit! Waktu masih 12 tahun gitu... gue mikir itu belum cukup. Gue kurang tua untuk bisa melakukan hal macam-macam. Sekarang udah 17 tahun aja. Memang 17 juga masih dianggap belum matang... tapi gue mikir "Najis, 3 tahun lagi gue kepala dua". Dan perasaan gue makin  lama... hidup ini berjalan terlalu cepat. Umur makin bertambah... it means gue juga harus siap jadi dewasa.

Tentu aja persepsi gue salah tentang betapa enaknya jadi orang gede. Tinggal cari uang, beli rumah, menikah, punya anak, dan hidup bahagia. Yeah, rasanya simple banget yah hidup. Karena kita udah ngeliat orangtua kita yang sukses. Tapi gue berpikir lagi.... "dapet duit darimana?".
Bayangin aja sekarang gaji kantoran per bulan anggap 3-5 juta. Gimana dengan kebutuhan sehari-hari kayak makan, transportasi, dan tempat tinggal? Belum lagi harus bayar pajak, tagihan listrik, belanja? Anggap aja uang itu cukup buat memenuhi kebutuhan, tetapi berapa sisa yang bisa ditabung? Kapan bisa ngumpulin banyak uang? 

Menentukan masa depan juga tidak semudah itu. Gue udah ngelirik psikologi sejak 3 SMP kalau gak salah ingat. Dan entah mengapa semakin hari gue semakin yakin, kalau gue memang ditakdirkan kuliah psikologi. Terus kemudian, gue dibikin galau lagi. Lulusan psikologi mau kerja apa di Indonesia?
Seperti yang kita ketahui, Indonesia itu lebih menghargai di bidang kedokteran, bisnis, hukum, akuntansi, pokoknya bidang-bidang yang 'berat'. Lapangan pekerjaan buat jurusan psikologi, seni, olahraga, begitu masih dibilang bakal sulit mencari kerja. 

Gue berpikir lagi. Sekarang, apa yang menjadi tujuan hidup gue? Apakah gue mau mengejar kekayaan? Itu berarti gue harus cari jurusan yang prospeknya di Indonesia itu menjanjikan. Apa gue mau hidup gue ini dibiarkan mengalir gitu aja? Gue bisa kuliah psikologi, terus kerja yang menyimpang dari jurusan yang gue mau. Atau gue mau mengejar kepuasan dan kebahagiaan? Itu berarti gue harus dengan sepenuh hati kuliah psikologi, dan tetap bekerja di bidang psikologi. Mau banyak atau enggaknya lapangan pekerjaan yang tersedia buat lulusan psikologi, gue tetap berjuang. Yang penting gue bahagia dan puas karena gue memiliki pekerjaan idaman gue.

Semakin gede juga, gue semakin sadar betapa ribetnya menjadi orang dewasa. Orang dewasa juga dituntut harus tahu A B C D E F G sampe Z. Orang dewasa dituntut harus mandiri, bisa melakukan apa aja sendiri. Perkara yang paling umum contohnya adalah urusan bank. Gue dulu gak tau kalo ada yang namanya giro, deposito, dan lain-lainnya. Bayangin juga nanti harus ngurus asuransi. Belum lagi harus siap dalam keadaan apapun. Contohnya, tiba-tiba harus berurusan sama kepolisian... kita tentu aja harus tahu prosedur kepolisian gimana. Urusan sama pengadilan juga begitu. 

Membayangkan gue semakin dewasa dan harus siap berurusan sama lembaga-lembaga resmi gitu bikin gue sakit perut. Apakah kelak gue bisa kayak nyokap yang bisa ngurusin berbagai macam hal yang sampai sekarang gak gue mengerti? 
Rasanya hampir 12 tahun belajar, gue belum cukup belajar untuk menjalani hidup orang dewasa nanti. 
Gue belum siap untuk memulai hidup baru. Gue masih ingin maen petak umpet sama temen pas istirahat :( *just kidding*

Dulu boleh aja gue pengen cepet-cepet bisa nyetir. Sekarang ketika gue udah cukup umur untuk nyetir, mental gue melempem. Gue orangnya suka ngelamun, jadi takut nabrak-nabrak. Gue orangnya penakut, jadi gue takut buat nyetir. Wkwkwk. Gue takut harus melalui turunan di parkiran mall-mall, gue gatau harus nginjek apa pas ada polisi tidur, gue bakal deg-degan mampus pas ada di flyover atau tol. Gue bisa panik sepanjang awal ampe akhir. Payah yah Natasha.

Well, tapi di satu sisi gue yakin, seiring waktu berjalan, gue nanti kuliah, gue bisa belajar banyak. Gue gak boleh menyia-nyiakan hidup yang cuma sekali ini. Gue harus mencari cara supaya bisa menjadi dewasa seutuhnya cie. Sampai sekarang gue masih belum bisa masak, menyetir, menghasilkan uang sendiri, atau menerbitkan novel. Bahahaha. 


"As long as I have God on my side, I shall not worry"


Natasha, yang baru legal seminggu.

PS : I can't believe, gue gak nervous sama sekali waktu acara birthday gue!!! Di satu sisi, gue merasa agak berantakan dan gagal menjadi bintang semalaman. But itu sudah berlalu. Jadi terlambat juga, gue terlihat gendut dan menggelikan di setiap foto teman-teman gue. Hehehehe.
PPS : Libur, gak ada embak, cici mau pergi, lagi sakit, gue bener-bener mati.
PPPS : GUE UDAH KELAS 12 OMG! Gak percayaaaaaa xxx