Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

25 June 2016

Being An Independent Woman

Gue merasa kalau most girls have no intention to pursue career. Well, thanks to my super Mum, an independent woman who works hard for her family, gue tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang gak punya mental mengandalkan suami di masa depan. Gue ngerasa sebagai seorang perempuan, gue juga harus bisa secara mandiri mencari uang sendiri dan punya tabungan sendiri. Gue gak bilang kalo jadi ibu rumah tangga itu salah, tapi imej ibu rumah tangga seakan digunakan anak perempuan yang udah hopeless dengan kuliah. Dengan dunia kerja di masa depan. Dengan karir mereka sendiri.

Gue paling benci ketika gue mendengar ada anak cewek bilang "Gue mah abis kuliah nikah aja deh, cari suami kaya, ngurus anak suami, belanja, udah deh hidup tenang"
I feel like... oh God, bener-bener suatu pandangan yang sempit banget. Kasarnya, "Memang gampang apa cari cowok konglomerat?" dan lebih penting kita semua miskin kalau kalian dapet pacar kaya itu orangtuanya yang kaya. Sangat jarang menemukan anak muda yang kaya raya dari hasil keringatnya sendiri.

Okey, I also notice that most of women end up being stay-home mother. Gue sendiri juga punya keinginan gitu nanti pengen deh ngerawat anak dengan sepenuh hati. Tentu sebagai wanita, kita semua punya rasa keibuan itu setelah nanti melahirkan anak sendiri.Tapi, memangnya jadi ibu itu semudah bayangan kita juga? It's not easy, girls.

Menurut teori psikologi perkembangan yang sudah gue pelajari, peran orangtua or at least pengasuh (caregivers) sangatlah penting buat perkembangan. Bahkan, cara orangtua menyanyangi anaknya di masa bayi, bisa memprediksi bagaimana anak tersebut menyanyangi orang lain di masa dewasa. Seriously, being parents is hard. Salah mendidik anak aja, bisa berakibat fatal bagi si anak di masa depan. Semua pelajaran yang gue pelajari selama kuliah psikologi, semuanya tidak terlepas dari peran orangtua di masa bayi.

Menjadi orangtua, otomatis menjadi panutan orangtua. Kalau kita sendiri masih belum "genah" sebagai seorang individu, bagaimana bisa mengajari orang lain?  Dan untuk menjadi orangtua yang baik, kita toh juga harus berpendidikan. Gue percaya bahwa semua orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Kalo liat film dan buku kayaknya orangtua tuh rela mengorbankan diri mereka buat anak-anaknya. Mereka rela kerja sampe lembur berhari-hari demi anaknya bisa sekolah tinggi. Jadi... menurut gue alangkah lebih baik sebelum kita menjadi orangtua, kita harus punya bekal pengetahuan yang banyak agar anak kita juga menjadi orang yang lebih baik.

Sebagai wanita, kita harus sadar bahwa posisi kita di masyarakat sekarang sudah setara dengan pria. Tidak seperti abad-19, zaman ketika wanita masih susah banget mendapat pendidikan. Mereka akhirnya hanya bisa menjadi stay-home mother and take care of her family. Tapi, lihat sekeliling kita sekarang, wanita justru lebih rajin dan punya nilai yang tinggi dibanding pria. Budaya kita juga perlahan berubah. Sekarang, gak sedikit wanita yang juga bekerja bukan karena meninggalkan tanggung-jawab sebagai ibu, tapi keadaan ekonomi pun salah satu alasannya. Terutama jika tinggal di kota besar, rasanya kalau gak nikah dengan konglomerat, kayaknya sulit bertahan dengan gaya hidup ibukota yang fantastis, hanya dengan mengandalkan uang suami. (It's a different case if you marry a royalty or super rich family)

Menjadi seorang pesimis juga membuat gue sadar akan suatu hal. What if someday you both get divorced? What can you do if you have no good education and savings? Can you survive? Can you let go your fabulous lifestyle you once had because you realise you have nothing? Don't say cheesy thing like "Oh, we will live happily until death do us apart". I'm not that kind of girl...
Sebetulnya, ada banyak pengaruh yang gue dapatkan sehingga bisa punya pemikiran keukeh bahwa seorang wanita harus mampu cari uang sendiri.

To be honest, gue sadar gue anak yang manja. Gue terbaisa serba dibiayai dan hampir selalu permintaan yang gue inginkan dituruti mama gue. Gue sekarang khawatir banget memikirkan kehidupan gue kelak. Bagaimana caranya gue bisa sukses seperti nyokap? Gimana caranya menaikkan saldo di rekening gue tanpa meminta nyokap? Yep gue bukan practical-type person, gue cuman bisa membayangkan gue membuka jasa konseling sembari menjadi penulis sebagai sampingan. Good news is gue bisa melakukan itu semua di rumah! I hope I can really do it... #jadicurcol

SO, what I want to emphasise is don't be such a fool woman who can only depends to her husband. Be intelligent and independent instead. I may never experience dating such thing, but I'm sure guys don't just get interested with your look or body. They will look for women with high-quality inside them. You buy Louis Vuitton because it's luxurious brand that shows prestige, but Louis Vuitton it's not just about the appearance. The quality of their bags, shoes, belts, etc does matter too! You can wear Louis Vuitton shoes for many years without getting broken a little bit. That's why people are so eager to buy it. It's like you fishing with only a bait, but get two fishes instead!

I may little bit sexist to say this, but WHO RUN THE WORLD? GIRLS!

Love
Natasha

I'm An Introvert, So What?

Gue merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak perempuan gue berbeda enam tahun dengan gue, jadi kami memang terpaut usia yang lumayan jauh. Ketika menceritakan masa kecil kakak gue, mama gue begitu semangat. Yeah, kakak gue termasuk anak bandel yang suka bikin ulah semasa kecil. Namun, giliran menceritakan masa kecil gue, mama gue seakan gak bisa mengingat satu pun. Bukan karena dia pilih kasih atau meng-anak-tiri-kan gue. Masalahnya cuman satu. Gue anak yang sangat diem. Mama gue selalu cerita kalau kerjaan gue hanya ngumpet di belakang pintu kamar, doing nothing. Kalau punya mainan, katanya gue akan semakin diam. Tidak hanya orangtua gue, tetapi semua saudara juga mengakui kalau gue ini pendiam bahkan sempat disangka bisu :') 


Well, mungkin gue terkena dampak self-fulfilling prophecy (you can googling to know what it means). Mama gue selalu men-cap gue sebagai pendiam dan voila... jadilah gue seperti sekarang. Natasha yang diam, menghindari keramaian, dan pemalu. I can't deny that fact. I like to speak on my mind rather than speak out loud from my mouth. Menginjak masa remaja, masa mencari identitas diri, gue bertanya-tanya kepada diri gue sendiri, "Mengapa gue suka menghabiskan waktu sendiri?".  Hobi gue kebetulan adalah membaca, menulis, mendengarkan lagu, dan yeah menonton film. Means, gue harus melakukan itu semua sendirian tanpa ada kehadiran orang lain di sekeliling gue. Kebetulan gue juga orang yang gampang kepecah konsentrasinya.


Waktu SD, gue inget pernah nanya ke temen gue begini, "Eh, gue ini termasuk gaul gak sih?". Yeah, gue bahkan sudah bertanya-tanya apakah gue gaul (yang artinya disukain banyak orang, populer, dan suka lari-larian di sekolah). Melihat teman-teman gue bisa mengobrol dengan asyiknya antar satu sama lain membuat gue meragukan kemampuan sosialisasi gue. Mengapa gue gak bisa seheboh mereka? Ada kalanya memang gue mencoba untuk melawan jati diri gue itu dengan SKSD sama satu penghuni sekolah, gue mencari sensasi sana-sini, gue punya gaya khas untuk menjadi trendsetter, yeah tapi jati diri gue itu tidak bertahan lama. Gue ingin menjadi seperti teman-teman gue yang ramah dan cerewet, itu karena gue merasa menjadi pendiam means gue anak culun, terkucilkan, dan gak populer. Thanks to film-film barat maupun lokal yang mengajarkan anak muda bahwa menjadi culun itu suatu kenajisan.


Menginjak SMP, ketika gue mengenal pelajaran "Character Formation" yang merupakan semacam kelas budi pekerti berbasis Psikologi, gue menjadi tertariklah di bidang Psikologi. Gue tertarik mengetahui diri gue. Gue suka banget ikut tes kepribadian, tes IQ, dan tes apapun yang bisa menunjukkan siapa diri gue ini. Awalnya, mungkin gue penasaran banget karena gue masih remaja. Tetapi, gue juga yakin, memang gue punya sifat ingin-tahu yang tinggi akan diri gue sendiri. That's why salah satu kecerdasan yang menonjol dalam diri gue adalah intrapersonal, kemampuan untuk memahami diri sendiri. Sampai sekarang pun gue tak lelahnya membaca berbagai hal yang bisa mengetahui kepribadian orang, terutama memahami diri gue. 

Yeah, sejak SMA hingga sekarang... gue sadar bahwa gue ini tidak aneh. Gue tidak berbeda dari teman-teman gue. Jawabannya sederhana. Gue hanyalah seorang introvert. 90% introvert to be honest. Orang seringkali salah mengira introvert sebagai orang anti sosial yang membenci orang lain, yang ingin hidup sendirian. Well, no. Gue juga gak bisa bayangin hidup tanpa teman, keluarga, dan kekasih (di masa depan). Toh kaum introvert juga manusia yang notabene makhluk sosial. Kami juga suka banget jalan-jalan, tapi bertemu orang, pergi ke pesta, melakukan aktivitas yang membutuhkan komunikasi membuat kita sangat capek. 

Lalu seperti apakah orang introvert?
Jawabannya sederhana.

Introvert hanya butuh waktu sendirian untuk mengembalikan energi kami. Seperti layaknya handphone yang butuh dicharge, kami para introvert juga perlu dicharge dengan menghabiskan waktu melakukan apapun yang kita sukai. Sebaliknya, kaum extrovert (yang merasa lebih superior karena mereka lebih cerewet) mengembalikan energi dengan bercengkrama dengan orang lain! That's it.

Sebetulnya, introvert-extrovert itu sifatnya kontinum. Ada orang yang lebih dominan di introvert ada yang extrovert. Ada juga orang yang ditengah-tengah (ambivert). Yang ideal tentulah ambivert, ketika kita bisa balance sisi introvert dan extrovert kita. Namun, kebanyakan orang akan tetap condong ke salah satu tipe.



Sebagai introvert, gue menyadari beberapa hal dalam diri gue :

  • Butuh waktu sendirian setelah menghabiskan waktu dengan banyak orang
  • Gue sangat anti terhadap pesta. Mau pesta ulang tahun, pernikahan, kematian, dll. Pesta berarti harus berinteraksi dengan banyak orang, which is suatu hal yang melelahkan buat gue
  • Gue bener-bener kepikiran jika punya janji untuk pergi dengan orang lain, meski dengan teman dekat sekalipun. Pikiran gue selalu sama. "Gak sabar untuk segera mengakhiri acara dan pulang ke rumah"
  • Gue selalu berpikir bahkan susah banget untuk memejamkan mata karena gue juga terus berpikir sebelum tidur
  • Gue merasa canggung saat harus berbasa-basi dengan orang lain (ex : Apa kabar? Udah makan? dll) 
  • Melihat jadwal gue yang janji dengan orang lain membuat gue gusar. Itu berarti gue harus bersosialisasi, pergi ke suatu tempat yang gak ada gambaran di otak gue, dan mencoba membaur dengan orang lain. That's why, I don't like being in an organisation such thing.
  • It's true, gue jarangggg banget kontak mata saat berbicara dengan orang lain (sebenarnya karena saya juga kebetulan shy introvert)
  • Gue sangat suka membuat geng kecil dengan teman-teman dekat yang isinya cuman 3-5 orang. Gue sadar perilaku gue berbeda sekali saat berada di kelompok kecil vs kelompok besar.
  • Gue lebih suka berbicara lewat tulisan. Thanks to technology, gue bisa bebas menjadi diri sendiri melalui chat! O yeah! Gue juga paling benci disuruh angkat telepon dari orang yang gak gue kenal :')
  • Gue tidak kuat berada di keramaian apapun itu jenisnya. Mall yang rame pun akan langsung membuat gue bad mood.
  • Gue selalu punya kegiatan untuk dilakukan! Menonton acara TV, film, baca buku, menulis novel, membaca artikel, dengerin lagu, well... you can say I rarely get bored

Well, itu beberapa hal yang menjadi ciri gue sebagai introvert. Sebetulnya masih banyak hal sih, tapi gak mungkin juga bisa gue paparin di sini semua. 

Intinya adalah menjadi introvert sering banget dipandang sebelah mata oleh masyarakat. It's like being an introvert is a mental illness you know. 

If you're also an introvert, don't ever be ashamed of it! Be proud instead because without us, no one wants to hear extroverts never-ending story. We tend to think first than speak so we actually minimise conflicts. We actually can balance our social life and private life quite well. But still, we're lacking in some aspects too. Be friends with extroverts to be better person. Hehehe

So, do you mind now if you're an introvert? 

I am proud and will never trade my personality to an extrovert hihihi!

Love
Natasha 

PS : Moreover, I am an INFJ (used to be ISFJ but somehow get changed... and I kind of agree that I am both intuition and sensing person)