Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

02 May 2014

In Memorial Ibu Frida

Yeah, kemarin malam sekolah gue mendapat kabar luar biasa dukacita karena salah satu guru senior, guru tergalak, terfavorit, terbaik, terpopuler, pokoknya paling TOP ini dipanggil Tuhan. Hiks.
Dia memang udah gak ngajar sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya, gue kira toh Ibu Frida hanya sakit biasa. Dia bakal balik ngajar lagi. Gue masih seneng-seneng karena jam pelajaran dia kosong. Hiks.
Ternyata gue salah. Gue udah mulai punya bad feeling ketika denger Ibu Frida masuk ICU terus masuk ICCU. Entah kenapa gue tahu dia gak akan bertahan lama. Dan bukannya mendoakan beliau gak sembuh, tapi... feeling itu begitu kuatnya sampai begitu gue mendengar kabar Ibu Frida meninggal... rasanya itu bukan suatu hal yang membuat gue kaget. Memang tetap gue terpukul kehilangan guru favorit gue... tapi di satu sisi, gue merasa bersyukur kepada Tuhan karena dia tidak perlu bersusah payah ketika menghadapi kematiannya. Dia meninggal dalam damai. Gue percaya itu. Itu karena dia begitu baik banget.

Gue diajar Sosiologi, salah satu pelajaran mayor IPS sejak gue di kelas X. Masa-masa ketika gue benar-benar stress banget sama urusan sekolah. Beliau itu salah satu guru fenomenal karena dari penampilannya aja, kita tahu kalau dia itu tegas. Dia punya karisma. Dan itu terbukti dengan benar. Bu Frida punya suara yang menggelegar dan pastinya terdengar satu kelas. Cuma anak budek yang gak denger suaranya.
Well, hiks... gue paling inget setiap jam pelajaran dia, kita semua bakal duduk tak berkutik di tempat kita. Dan biasanya anak yang duduk paling deket pintu atau jendela bakal ngasih kode "Mamatua dateng" ketika mereka udah ngeliat bayangan Bu Frida berjalan. Hiks. Gue sedih banget inget masa-masa itu.
Dia guru yang lain daripada yang lain. Gue sendiri pribadi menganggap dia menjadi satu-satunya guru yang menanamkan disiplin di sekolah gue. Bahkan gue bisa berani bilang kalau sekolah gue dicap disiplin karena pelopornya yah Ibu Frida ini. Dia begitu mengintimidasi murid-murid. Dari auranya yang galak dan suaranya yang kencang itu... membuat murid siapapun kadang refleks membetulkan kesalahannya (contoh : manjangin kaos kaki dengan sendirinya, manjangin rok, yang cewek-cewek langsung ngiket rambut) tanpa perlu dia ngucapin sesuatu. Hanya perlu melihat bayangan Bu Frida, semua murid sontak merapihkan dirinya. Dan yeah, memang gak enak punya guru kayak gini, tapi inilah yang bikin sekolah gue maju. Dan... sayangnya dia sudah dipanggil Tuhan.

Pelajaran Sosiologi menjadi pelajaran yang paling diandalkan anak-anak IPS. Bu Frida suka ngasih catetan yang kebanyakan diluar dari buku cetak, dan yang perlu kita lakukan sebelum ulangan adalah menghafal catatannya dengan baik, dan voila dijamin besok pas ulangan kita dapet 100. Karena itulah ciri khas Bu Frida. Hanya perlu menghafal catetan darinya, maka kita pun bisa mengerjakan soal ulangan.
Selama gue kelas X, dia selalu ngasih soal ulangan essay 5 nomor. Dan baru gue ngerasain dia ngasih ulangan PG pas kelas XI semester 1 kemarin, dan semester 2 ini dia kembali ke kebiasaan lamanya. Ngasih soal essay.
Biasanya pas ulangan, dia bakal buka pintu kelas, dan kita semua sudah harus stand by pen sama kertas ulangan karena dia bakal teriak "Nomer 1...." Hiks. I will miss her voice.
Untung gue gak pernah dapet jelek di pelajaran Sosiologi. Gue berhasil membuatnya tersenyum ngeliat nilai gue yang untungnya semuanya jauh melebihi nilai KKM. Thanks bu, karena ibu gak membebani kita lagi. Kita semua udah cukup dibuat pusing dengan pelajaran mayor lain yang menuntut kita berpikir keras dalam mengerjakan soal. Tapi dia meringankan beban kita sedikit.

Bu Frida gak suka sama anak yang tiduran pas pelajaran. Dan gue akui, gue suka banget tiduran di meja. Gue merasa sebel banget karena dia meneggakan peraturan semacam ini. Gue gak bisa menahan kantuk jadinya. Apalagi kalau hari Selasa, kelas gue kebagian jam pertamanya dia. Hiks.
Mata dia jeli. Dia bisa ngeliat anak yang gak konsentrasi. Dan gue ingettt banget kebiasannya membangunkan "sukma" anak yang gak konsentrasi. Dia bakal nepuk jidat anak itu supaya bangun. Hiks. Gue juga inget istilah Bu Frida , 3S yakni Stress, Struk, Setop. :')
Kebiasannya yang unik lagi adalah dia memanggil kita semua dengan sebutan "Anak Manusia" dan gak ada guru lain yang manggil kita kayak gitu. Hiksssssss....

Disela-sela mencatat, Bu Frida suka banget cerita. Dan gue harus akuin, dia punya banyak cerita inspiratif yang patut dijadikan pelajaran kita dalam hidup. Pengalaman-pengalamannya membuat gue kadang tersentuh, kadang tersadar kalo harus begini, dan kadang kepikiran juga.
Salah satu yang gue inget dari sekian banyak ceritanya adalah... sebagai cewek, kita gak boleh bergantung sama suami kita kelak. Kita harus punya penghasilan sendiri supaya kita gak ditindas sama suami kita kelak. Ini sungguh pelajaran yang membuat gue termotivasi untuk jadi wanita terhormat yang sukses.
Gue inget juga ceritanya yang intinya mau mengatakan kalau kita gak boleh memandang rendah orang yang statusnya dibawah kita. Kita harus memperlakukan semua orang dengan sama. Kita juga gak boleh sombong sama orang.

Yang lebih ngenes lagi gue inget dia pernah cerita kalau dia sama suaminya pernah dateng ke pemakanman temennya yang seinget gue sih dia kayak sombong gitu, dan alhasil yang mau melihatnya untuk terakhir kalinya pun juga hanya segelintir. Dan omongan dia terbukti tadi. Ada banyaak orang murid, alumni, temen-temen, sodara-sodara Bu Frida yang dateng buat memberi penghormatan terakhir buat dia. Hiks. Yeah, gue bakal menjadikan omongannya sebagai pelajaran berharga di dalam hidup gue. Makasih yah Bu atas semua pengalaman-pengalaman Ibu yang udah ibu kasih ke kita.... hiksss... saya bakal mencoba hidup seperti itu, Bu :')))

Gue gak begitu menyadari kalau sebenernya Bu Frid udah ngasih "pertanda". Temen-temen gue cukup menyadari dari kata-kata tersiratnya ketika lagi cerita. "Saya rencananya mau pensiun buat ngurus cucu, tapi kalo Tuhan ngizinin saya pensiun duluan..." dan setelah gue inget-inget dia cerita 3-4 kali tentang kematian gitu deh. Well, entah ini hanya kebetulan atau memang suatu pertanda.... Well, beliau memang sudah dipanggil Tuhan.

Hiksss... gue bakal merindukan banget guru terdisiplin dan terkiller yang pernah gue temui selama gue sekolah ini, guru tergalak tapi juga sebenernya baiikkk banget, guru yang memang memiliki jiwa guru yang mau mendidik kita bukan hanya sekedar pinter tetapi juga membentuk karakter kita jadi anak yang baik... hiks. Gue bakal kangen banget disuruh baca buku sama dia, sementara dia bolak-balik bukunya sambil nyanyi. Dia nyanyi lagu-lagu sekolah minggu dan biasanya gue bakal ngelirik temen gue dan bilang "Denger suara Bu Frid". Yeah suara dia merdu sampe gue merinding dengerinnya.
Hiks. I'll miss her voice.......

Gue tidak begitu menangis saat ikut kebaktian penghormatan terakhirnya itu. Yang ada dalam pikiran gue adalah... apakah semua ini nyata? Gue cuma bisa miris di dalam hati ngeliat anaknya Bu Frida nangis manggil "Mama..." dan sodara-sodara Bu Frida yang nangis kenceng. Gue masih berpikir lagi... apa iya Bu Frid beneran meninggal? Gue mikir ini sebuah lelucon dan Bu Frida bakal balik ngajar kita lagi minggu depan. Hiks. Tapi yeah.... dia cuma terbaring kaku. Bu Frida sudah gak bernyawa. Dan yeah... sekarang gue jadi sedih lagi.... hiks.

Well, teman-teman dan mungkin kakak-kakak alumni yang membaca ini, marilah kita mengingat jasa Bu Frida dalam membentuk kepribadian kita, dalam mendidik kita...... inget kebaikannya dan sikapnya kepada kita yang keras itu karena dia sayang sama kita. Karena dia pengen kita jadi anak yang disiplin supaya kelak kita semua jadi orang sukses. Hiks.
Memang kita gak bakal tahu betapa pentingnya sesuatu sampai kita kehilangannya. Hiks.

Akhir kata gue cuma mau menuliskan semoga Ibu Frida bahagia di surga sana. Kita disini bakal terus mengingat semua kebaikan Ibu Frida.

Rest in Peace
Ibu Frida Dewi Hasibuan :')

Love Lesson

Sebagai seorang cewek, kita dalam posisi yang serba salah dalam sebuah hubungan. Well, let me tell you boys... yang membuat cewek sedih itu adalah ketika ia tahu bahwa cowok yang ia suka gak bisa jadi pacarnya.
Apa alasannya? Pasti yang terlintas dalam benak kalian adalah karena si cewek kurang menarik, si cewek kurang populer, atau si cewek pokoknya gak pantas mendapatkan si cowok. Tapi bukan hanya itu saja alasannya. Itu hanya beberapa faktor pendukung (yang seringkali memang jadi pertimbangan para cowok dalam memilih gebetan). Alasan sebenarnya adalah karena cewek hanya bisa menunggu kepastian dari si cowok. Si cewek cuma bisa menunggu si cowok yang melakukan first move. Karena apa? Walau udah zamannya emansipasi wanita, tapi tetep aja cewek gak bisa berbuat banyak. Cewek cuma bisa menunggu dan berharap ada 'durian runtuh' menimpanya.
Cowok menyalahkan kita karena tidak memberi sinyal?
Well, let me tell you.
Kalo cewek yang bikin first move, kesannya kita ini agak pathetic, dan belum tentu cowok yang kita deketin itu bakal memberi respon positif. Puji syukur kalau cowok itu demen ama kita, kalo enggak? Muka mau ditaroh dimana? Yeah, gengsi adalah salah satu alasan.
Dan ini nih yang juga ditakuti cewek kalau dia nyoba "PDKT" duluan ke cowok. Cewek bakal takut di judge temen-temen cewek nya kalau dia ini cewek agresif dan kegatelan. Siapa sihhh yang mau dibilang kegatelan??

Kadang cewek (apalagi yang belum pernah pacaran) memutuskan untuk menerima si cowok bukan karena ia mau mengenal si cowok. Bukan karena ia ingin belajar mencintai si cowok. Ini alasan konyol tapi nyata. Dia menerima si cowok karena dia cuma pengen pacaran. Dia cuma pengen nyobain pacaran. Dia cuma pengen punya pacar dan bisa banggain dan ditunjukkin ke temen-temen kalo dia punya pacar. Kaget? Atau malah biasa aja?
Yeah gue bisa berpendapat gitu karena gue pernah berpikir begitu. Yeah, hampir menjadi jomblo legal membuat gue agak takut karena belum pernah pacaran. Yeah, kalian boleh mentertawakan gue karena gue ini si cewek unattractive yang gak attractive dimata cowok-cowok. Well, bukannya gue gak peduli juga sih, gue hanya menganggap kalau mungkin ini belum saatnya bagi gue. Pasti ada lah saat gue akhirnya menemukan seseorang itu. Mungkin disaat gue sudah mulai kurus. Hiks.
Yang menjadi kesalahan banyak orang adalah mereka memutuskan pacaran karena terobsesi akan berada di dalam hubungan itu bukan karena ada keinginan untuk mengenal satu sama lain lebih baik. Alasannya apa? Supaya dia dianggap laku. Supaya setidaknya dia pernah nyoba pacaran.
Dan yeah have to admit it, tujuan gue pengen pacaran itu adalah supaya gue setidaknyaaa pernah nyobain pacaran. Namun, gue berpikir begitu sebelum gue melihat teman-teman gue satu per satu sakit hati karena pacaran. Ada yang pacaran cuma karena kasihan, ada yang pacaran cuma karena dia ditaksir ama cowok ganteng, ada yang masih pacaran karena dia gak mau jadi jomblo.
Gue jadi berpikir, ngapain harus terburu-buru pacaran kalau kita gak siap? Kalau kita emang gak berminat untuk mencintai seseorang?
Seriously, jika pola pikir kalian tentang pacaran hanya sekedar coba-coba tanpa bener-bener ngerasa seneng sama dia, lebih baik jangan. Apalagi kalau dia itu menyukaimu. You'll hurt his/her heart so bad.
Berada di dalam hubungan dimana cintanya cuma sepihak itu pastinya bakal kelihatan jelas dan gak bertahan lama. Hubungan itu akan berakhir mengenaskan. Dan ujungnya apa? Hanya membuat kedua belah pihak jadi tegang dan musuhan.

And trust me, lebih baik ditolak tapi kita tahu kalau dia emang gak tertarik sama kita (Emang pastinya bakal sakiiiiitttttt banget dan susah move on) daripada dia nerima kita tapi dengan embel-embel "kasihan" atau "ya udah deh terima aja toh gue lagi jomblo ini". Well, that's the wrong concept of relationship. Coba belajar membedakan mana orang yang lebih baik dijadikan teman (walau dalam hati kita pengen banget dia jadi pacar kita) dan mana yang memang pantas menjadi lebih dari sekedar teman.

Basic Knowledge About Friend
Pertama, teman itu tidak sering ngobrol berduaan dan tertawa bersama-sama.
Kedua, teman tidak chat-an tiap malem dan menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi...
Ketiga, kita gak mikirin teman setiap pikiran kita lagi kosong

Tapi kan kita masih muda... belum saatnya terlalu serius dalam berpacaran
Nah ini juga jadi persoalan yang lumrah dijumpai. Gue agak geli ngeliat temen gue kalo mereka pacarannya terlalu ekstrem. Misalnya, si cowok ngelarang si cewek buat jalan-jalan sama temen-temennya. Dia cuma boleh jalan-jalan sama dia atau keluarganya. Well, kayaknya gak harus sampe segitunya juga yah. Memang dia siapa? Bahkan bapak-mak gue aja bebasin gue pergi sama temen-temen.
Kalau kalian udah saling percaya satu sama lain, gak ada kata cemburu. Gak ada kata curiga. Gak ada pikiran negatif kalo dia selingkuh. Karena kalian tahu, walau mereka menghabiskan waktu bersama siapapun (mau sama cewek tercantik di sekolah/ cowok terganteng di sekolah) kalian tahu kalau dia itu sukanya ama kalian. Jadi buat apa terlalu protektif seolah kalian takutttt banget dia bakal pergi dari sisi kalian? Itu artinya kalian masih meragukan cintanya. Atau kalian sebenernya kalian bukan takut dia gak cinta kalian, tapi kalian takut kalau ada orang ketiga, dan hubungan kalian akan berakhir? Karena kalian hanya terobsesi dengan "pacarannya" bukan "orangnya".
Saran dari si jomblo ngenes ini, nikmati sajalah masa-masa remaja. Setiap orang punya gaya pacaran masing-masing, tapi tentu kita harus inget batasan-batasan. Kita harus belajar menjadi orang yang tau diri... ada beberapa hal (yang gue tidak mengerti karena gue tidak pernah merasakannya) yang perlu disepakati bersamaaaa... ada hal yang kayaknya harus diketahui tanpa dibilang.

Setiap anak muda punya tujuan hidup masing-masing. Kalau kalian pengen prioritas hidup kalian ini mencari pacar, tidak salah. Karena yeah, kita memang diciptakan untuk berpasang-pasangan, untuk kelaknya menikah , mempunyai keturunan, dan menghabiskan waktu tua bersama.
Namun, jangan menjadi anak muda yang tampak mengenaskan dan menyedihkan karena hidupnya cuma dibuat mengejar cinta. Lebih baik diisi sama hal yang positif. Yang bisa memperindah masa depan kita kelak.
Belajar kek, kembangin ketrampilan yang kita punya kek, atau aktif di Gereja mungkin. Ada banyak pilihan kok selain memusatkan pikiran ke pacaran. Jadi jangan bersedih yah sesama jones (JOmblo ngeNES), sekarang mungkin belom saatnya.


Merdeka

Salam Jomblo
Nuhtasahh