Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

10 August 2012

Mistaken Love


Hai teman-teman! Maaf yah gue jadi jarang post. Gila, gue tarik kata-kata gue SMA biasa aja. Lama-kelamaan gue sekolah gue udah mulai merasa LUAR BIASA. PR, TUGAS, ULANGAN TIAP HARI!!! Gila.
Okey stop mengumpat. Well, di sela-sela kegiatan sibuk gue , gue menyempatkan diri untuk membuat cerpen yang terinspirasi dari kehidupan nyata. 

Jadi... selamat membaca!

Dari balkon depan kelasku, aku melihat seorang cowok tinggi dengan kulit cokelat khas cowok olahraga, sedang mengobrol dengan teman-temannya. Ia tertawa, memamerkan deretan gigi-gigi putihnya yang kontras dengan kulitnya.
Melihatnya tertawa yang sangat jarang terjadi itu , kontan membuatku melayang. Seolah aku melawan gaya gravitasi.
Namanya Kendall. Ia sekarang duduk di kelas senior dan  ia bukan sembarang orang. Bisa dikatakan ia adalah primadona sekolah. Jadi tak heran jika banyak perempuan, baik yang seangkatan dengannya maupun para junior menyukainya.
“Hayo, lagi ngapain lo?” tanya Barbara mengangetkanku.
Aku tersentak dari lamunanku. “Astaga! Lo mah, bar… gue lagi liatin Kendall juga” kataku mencak-mencak.
Barbara langsung menyenggol pinggangku menggoda. “Cie… ceritanya beneran suka kak Kendall nih?”
Aku hanya mengangkat bahu dan lanjut melihat Kendall dari kejauhan. “Gue gak yakin sih… abis dia populer”
“Takut banyak saingan gitu maksudnya? Gara-gara lo kalah cakep dari Monica gitu?”sindirnya.
Bibirku refleks maju 5 senti akibat ucapan Barbara yang menancap. Seperti yang kubilang, Kendall cowok populer. Dan tak sedikit cewek yang mengejar-ngejarnya, termasuk si Monica itu. Ia salah satu yang dikabarkan paling dekat dengan Kendall. Menurutnya, tak ada cewek lain yang boleh mendekati Kendall selain dirinya. Egois kuakui.
Melihatku diam, Barbara langsung menarik kembali kata-kata pedasnya “Il, jangan marah dong… gue bercanda kali… lo jauh jauh jauh lebih cakep kok daripada Monica”
Aku menoleh menatap sahabatku dari SD itu sambil mengerjapkan mata padanya. Susah memang membenci sahabat sendiri. “Beneran gue lebih cakep?”
“Hu, dasar! Giliran dipuji aja langsung membaik”
Aku terkekeh geli. Meski ragaku ada disini, pikiranku terus melayang kebawah… melihat Kendall dari sini.

***
“Lo harus tau, sekolah ini punya idola”kata Barbara dengan mantap.
Aku yang saat itu sedang kelelahan sehabis dibentak-bentak OSIS menanggapinya dengan setengah hati. MOS membuat pikiranku tidak sinkron dengan dunia nyata.
“Yang mana?”tanyaku letih.
Barbara memberi tatapan padaku untuk melihat kearah jam 10.
Dari kondisi kelelahan parah, mendadak aku langsung terpesona melihat orang itu. Rambutnya hitam ikal, matanya bulat dengan iris nyaris hitam… Wow adalah kata pertama yang kusebut ketika melihatnya.
Ia berjalan menatap lurus kedepan tanpa tersenyum atau berbicara pada teman-teman disampingnya.
Jika menurut sebagian orang ia sombong, bagiku ia lebih mengarah ke tipikal cowok dingin. Cowok misterius yang menyimpan segudang rahasia. Jenis cowok yang tidak bisa tertebak, membuat kami para kaum hawa bertanya-tanya… siapakah ia?

***
“Kendall,ya ampun ganteng banget” Aku terkesiap melihat Kendall sedang membantu guru membawa buku. “Baik lagi. Cowok idaman banget tuh! Gak salah kan gue suka dia” lanjutku masih sambil berbunga-bunga melihatnya.
Kutunggu respon dari Barbara. Tumbenan, ia tidak menyeletuk seperti biasanya. Sedang apa sih dia?
Aku memegang lengan Barbara di sebelahku. Namun, bukan lengan berisi yang kupegang , aku malah memegang lengan kurus milik Monica.
Buru-buru aku menarik tanganku dari lengannya. Sial, tadi kan aku menyebut nama Kendall! Di hadapan Monica pula…
Monica dan teman-temannya menatapku sinis. Ia langsung pergi dari hadapanku saat itu juga.
Sementara aku, terbengong-bengong melihat punggung-punggung gank populer itu berangsur menjauh.
“Ilona… lo kenapa bengong?” Barbara melayangkan tangannya kepadaku. “Gue tebak deh. Pasti Kendall baru lewat yah disini?”
Aku menggeleng lemas. “Dia dibawah”
Barbara melongok kebawah dan memang dibawah sana di depan ruang guru berdiri Kendall sedang berbicara dengan guru.
Dengan tatapan bingung ia mendekat kearahku “Terus kenapa, il?? Jawab!!!” desaknya tak sabar.
Aku menelan ludaku susah payah. “Bar… gue baru bilang dihadapan Monica kalau Kendall itu ganteng dan gue suka dia”
Barbara terkesiap. “Ilona… gue udah bilang di depan mata lo gue mau ke toilet. Makannya lo sih kebanyakan ngelamunin Kendall! Gue gak tau deh gimana kelanjutan nasib lo entar lagi…”
Semoga nasibku baik-baik saja…

***
Sayangnya apa yang terjadi tak seperti harapanku. Keesokan harinya, tiba-tiba saja semua cewek yang berpapasan denganku menatapku dengan tatapan sinis layaknya aku telah berbuat salah dan berdampak pada pencemaran nama baik sekolah atau semacamnya.
Puncak kecanggungan terjadi saat aku tak sengaja bertemu dengan Monica.
“Dasar cewek gak tau diri” katanya begitu saja padaku.
Kalimat yang ia lontarkan itu tertancap erat-erat dibenakku.
Rasanya seharian penuh pelajaran hanya berlalu-lalang di otakku. Tak ada satu materi pun yang kuingat padahal ada banyak ulangan menanti.
Rupanya, Barbara menangkap keasingan diriku. “Lo kenapa sih, il?”
Aku hanya mendesah kemudian menggeleng lesu. “Gak apa, bar. Gue cuma pusing ama pelajaran”
Barbara tertawa sinis. “Ha, sejak kapan lo stress mikirin pelajaran? Lo kan pinter”
Aku tak menyahut Barbara. Dari balkon aku melihat kearah kelas Kendall di lantai 1. Ia dengan wajah datar seperti biasanya bahkan mengarah ke sebal meladeni Monica yang sibuk menggodanya.
Kutebak pasti Kendall ingin menonjok wajah Monica yang putih mulus itu.
‘Dasar cewek kegatelan’ ujarku dalam hati.

***
Seminggu berlalu sejak, Monica mendengar pernyataanku bahwa aku suka dengan Kendall. Semua orang di sekolah sepertinya tau akan berita ini. Mungkin orang-orang mengira berani benar aku secara frontal mengungkapkan perasaanku pada Monica, si ratu sekolah.
Pelototan mata teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hariku sekarang.
Barbara akhirnya mengetahui hal sesungguhnya yang membuatku gundah gulana belakangan ini. Ia hanya bisa menyemangati disaat semua… menjatuhkanku. Beruntung aku masih memilikinya.
Nampaknya gossip-ku beredar sampai ke telinga Kendall sendiri. Disaat aku melewati kelasnya, ia menoleh kearahku dan menatapku dengan tatapan aneh. Yang aku sendiri juga tak dapat mengerti.
Sekarang, rasanya aku lebih memilih diam di pojok kelas sewaktu istirahat dibanding harus melihat-lihat dari balkon.
Aku terlalu malu. Pada semua orang… dan tentu saja dengan Kendall-nya sendiri.

Ketika jam pergantian pelajaran ketiga dibunyikan, tiba-tiba alam memanggilku. Dengan amat terpaksa aku meminta izin guru kimia-ku untuk ke toilet. Untuk ke toilet, aku harus melewati koridor kelas 12 dan… itulah mengapa aku membenci jika harus mendapat panggilan alam.
Kakiku mendadak lemas ketika melihat Kendall bersama teman sekelasnya sedang berolah-raga di lapangan. Aku lupa ini hari Kamis, hari aku bisa melihat Kendall berlari-lari di lapangan.
Dengan langkah buru-buru aku berjalan kearah toilet tanpa melihat sedikit pun kearah Kendall. Nyawaku seakan sedang diujung maut.
Sepertinya aku terlalu cuek sampai aku tak sadar , ada bola yang siap menerjang wajahku.
Dengan keterkejutan yang luar biasa aku langsung tersungkur di tempat.
Duniaku berputar-putar di atas kepalaku sekarang.
Kutebak, aku baru saja ditendang dengan bola futsal karena kepalaku terasa pusing sekali.
Oh, dan lihat sekarang darah mulai bercucuran dari hidungku.
Saking sakitnya kepalaku aku hanya meringis kecil tanpa menangis atau merengek kesakitan.
Dan coba tebak siapa yang datang menghampiriku…
Kendall dengan tubuh bersimpah keringat berlari kecil menghampiriku.
Oh Tuhan rasanya aku ingin pipis di tempat.
“Kamu gak apa,kan?”tanyanya dengan nada khawatir.
Ya ampun… dia memanggilku dengan sebutan KAMU! Dan coba lihat wajahnya dari dekat begini… ia terlihat lebih manis dari yang kuduga. Matanya!!! Ah!
Aku mengangguk-angguk berusaha menyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Meski aku terlihat sangat buruk dengan darah berceceran.
Kendall dengan gentle , membantuku berdiri. Argh! Aku resmi melayang sekarang. Pasti aku sudah tak menginjak bumi lagi saking terbawa suasana.
Ia menuntunku ke ruang UKS yang tak jauh dari lapangan dan toilet.
Kebetulan ia anggota PMR sehingga ia cukup mengerti hal-hal apa saja yang dibutuhkan cewek-yang-ingin-ke-toilet-tapi-mendapat-bola-nyasar-dari-cowok-yang-ia-suka-kemudian-mimisan. Mungkin aku harus bilang padanya, aku kena serangan jantung.
Kendall memberikanku tissue untuk menyumbat darah di hidungku. Aku menerimanya dengan setengah bergetar. Bagaimana tidak? Cowok yang selama ini hanya kulihat dari atas balkon itu berada hanya beberapa senti dari wajahku!!!
Monica pasti tak pernah kan dirawat oleh Kendall. Hah!
“Aku minta maaf yah! By the way, kamu Ilona kan anak sepuluh C?”tanyanya sambil menyunggingkan senyum hangat.
Aku mengangguk lemas.
Kendall memberiku sekantong plastik berisi es batu padaku sambil mengatakan hal yang paling kutakuti sedunia. “Aku denger lho gossip itu”.
Glek.
Aku mati! Aku akan mati di tempat ini juga!!!
“Eh, gossip apa, kak?”tanyaku sok polos.
“Itu lho…” ujarnya malu.
Aduh bagaimana ini? Masa aku jujur kalau aku suka dia? Namanya nembak cowok secara tidak langsung dong…
“Aduh kak, sorry banget! Aku gak maksud centil ke kakak…”
Ekspresi wajah Kendall mendadak berubah. Seolah bingung dengan maksud pembicaraanku.
Maka dengan kebinungan yang sama dengan Kendall, aku bertanya dengan polosnya “Ini lagi ngomongin gossip aku suka sama…”
“Iya. Aku denger kamu suka sama Enda, kan?” potongnya.
Aku langsung melongo sejadi-jadinya. HAH? ENDA? Kenapa jadi dia? Gossip macam apalagi itu???
Enda itu adalah salah satu senior populer juga seperti Kendall. Jika Kendall hanya warga biasa, Enda adalah anggota OSIS yang juga adalah pengurus MOS-ku…

“SATU! DUA! TIGA! CEPETAN!!! LO SEMUA BISA GAK SIH JALAN CEPETAN? GAK PAKE NGOBROL!” demikian Enda meneriaki satu per satu murid-murid baru.
Aku salah satu peserta MOS yang kena bentakannya hanya bisa menuruti setiap perkataannya dan menggerutu dalam hati.
“LO, KENAPA MANYUN? GAK SUKA? GIH SANA GAK USAH SEKOLAH DISINI!” teriaknya didepan wajahku.
Yeah. DI DEPAN WAJAHKU!
“Maaf , kak” bisikku pelan menahan emosiku yang ingin meluap.

Well, itu kenangan yang kuingat bersama Enda. Sisanya, tak ada lagi. Aku tak pernah berani melihat atau berpapasan dengannya sekali pun. Lebih baik menghindar dibanding berurusan dengan senior galak seperti itu.
Aku memang tahu bahwa mereka berdua berteman dekat. Dan aku tak bisa bilang Enda jelek karena ia punya wajah imut dengan kedua lesung pipit di pipinya.
Saat itu juga, perlahan pintu UKS dibuka. Enda dengan senyum malu-malu masuk kemudian menghampiriku dan Kendall. Bagiku ia terlihat sangat berbeda sekali dibanding saat MOS sebulan lalu. Ia lebih… jinak dan pemalu! Enda pemalu??? Aneh rasanya.
“Hai, Ilona”
Aku mengangkat sebelah alisku. “Hai”
“Uhm, gue cuma mau bilang kalo gue juga suka sama lo, kok” tukasnya percaya diri.
Seketika itu juga darah di hidungku yang tadinya sudah berhenti mengalir mendadak mengucur lagi.
“Nah, keren kan sekarang kalian berdua udah tau perasaan masing-masing…”
Aku terbatuk kecil. “Bukannya bermaksud nyakitin hati Kak Enda… tapi aku gak suka sama kakak. Gossip itu… salah”
Enda shock mendengarku. Ia pasti malu sekali sekarang. Harga dirinya pasti seolah terinjak-injak.
“Terus kamu suka siapa?”
Aku menoleh kearah Kendall tanpa ekspresi. Tapi aku yakin mereka cukup pintar untuk menebak siapa maksudku itu.

***

* Kesamaan nama,tempat,peristiwa, dan lainnya semata-mata hanya fiktif belaka :) *

THANKS!

LOVE

Natasha

No comments:

Post a Comment