Hey there!

I'm Natasha, the author of this blog. I'm also a psychology student who is working hard to be a novelist. I like thinking deeply mainly about life. I'm not a wise person, I'm simply just a girl who wants inspire the world through my writing.

Hope you enjoy every single of my posts.

Lots of love!
Natasha

PS : Feel free to comment on my posts, I will definitely reply to your comment!


BLOG READERS SURVEY
Please kindly do this survey, it will only take a little of your time! :)

13 May 2012

Zayn Love Story

Directioner! I give you a love story :)
Hope you like this!!!

PS : Not a fan of Zayn , I made this for my friend :)

Dengan konsentrasi tinggi , aku berusaha keluar dari pub. Tapi rupanya kepalaku terlalu pening dan kakiku terlalu lunglai untuk diajak bekerja sama.
Alhasil dalam sekali langkah saja, badanku terjatuh.
Tunggu, aku tidak merasakan dinginnya lantai pub di malam hari. Sebaliknya , justru aku merasakan badan hangat seseorang.
Aku melihat orang yang menangkap badanku itu… oh , pasti aku mabuk berat karena orang yang menangkapku ini cowok ganteng yang terlalu ganteng untukku si cewek biasa.
Sayangnya aku tak bisa berlama-lama melihat wajahnya sebelum pandangan mataku berubah gelap.

***
Aku mengerjapkan mataku ketika sinar matahari menerpa wajahku. Kepalaku masih terasa pusing, dan perutku mual.
Aku melihat sekeliling ruanganku yang tampak asing di mataku.
Kamarku tidak sebesar ini dan di kamar apartemenku tak ada poster-poster band tak jelas ini.
Aku terkesiap ketika pintu kamar ini dibuka , dan seorang cowok dengan rambut berantakan dan anting hitam itu menghampiriku.
Ia tersenyum lega melihatku bangun. “Oh God, I thought you’re dead” katanya memegang keningku , memastikan suhu tubuhku normal.
Aku melongo. Siapa cowok ini???
Lagipula, bagaimana bisa aku ada disini? Semalam aku… tunggu. Aku tak ingat apa yang terjadi padaku semalam.
“Where did you found me?” tanyaku.
“Pub. You drunk” katanya sambil mengambil barang bawaanku.
Aku berusaha mengingat-ingat tujuanku ke pub…. Aku bersama Dave, cowok Indonesia yang satu kampus denganku. Dan ia membelikanku sebuah minuman yang tak kutahu kandungannya. Yang pasti alkoholnya cukup tinggi sampai aku teller. Ia terus membelikanku minuman itu, dan selanjutnya yang kuingat ia membongkar tasku dan pergi meninggalkanku…
Dave brengsek.
Aku membuka tasku dan mengobrak-abrik isi tasku. Dan benar saja, dompet dan teleponku semuanya tidak ada.
“Shit” kataku mengumpat.
“What’s going on?” Cowok itu menatapku bingung.
Aku menarik nafas panjang-panjang berusaha untuk tidak meledak-ledak. “Well, I went to the pub last night with my date and I think he bought me high-alchohol drinks and when I’m drunk , he took all of my stuffs” pekikku.
Cowok itu menunjukkan ekspresi turut bersedih “You should stop date him then”
“Of course!” teriakku.
Ia tersenyum melihatku “Uhm, what’s your name by the way?”
“I’m Michelle, you?”
“Zain”
“Oh, thanks for helping me, Zain. I should go home now” kataku turun dari tempat tidurnya.
Zain tampak keberatan dengan yang kuucapkan “Wait, you said you lost all of your money , how could you back to your home?”
Aku mengumpat lagi dalam hati. Zain benar. Aku tak bisa naik underground atau taksi atau bus. Berjalan kaki? Rumahnya sepertinya jauh dari apartemenku tinggal.
Zain tersenyum ramah kepadaku “How about I drive you to your place?”
Aku terpaksa mengangguk.

***
“Thanks for everything, Zain. I really appreciate it” kataku padanya saat kami sudah sampai di depan gedung flatku.
Zain mengangkat bahu sebagai tanda tak masalah “Be careful next time , young lady” katanya tersenyum.
Aku mengangguk. Oh lama-lama ia terlihat cakep juga sambil tersenyum begitu.
Aku buru-buru menghapus dugaanku itu dan pergi naik ke apartemenku.

***
Zayn's POV

“Where have you been?” tanya Niall.
“Drive the girl last night?” kataku sambil mengambil cookies di meja.
Niall melotot “You? Driving?”
Aku menatap sewot dirinya. Aku memang belum mendapatkan SIM , tapi yah sudahlah hanya sekali ini juga aku menyetir. Demi cewek bernama Michelle itu.
Ia seperti punya magnet yang ingin membuatku dekat dengannya. Aneh memang ia bisa jatuh ditengah sibuk begini.
“Paul said we can bring our date to Music Festival” kata Liam mengingatkan.
Mendadak seberkas ide muncul dibenakku. Sebenarnya aku lelah di-gossipkan dengan banyak cewek yang bahkan tak aku lirik sama sekali.
Mungkin dengan Michelle ini ia bisa digossipkan, kali ini dengan nyata.
“You’ll bring that girl, wont you?” Niall menatapku
Aku tersenyum sambil mengangguk. “She didn’t know I’m on band”
“Shut up you. She must be cool” ujar Liam.
“That what makes her beautiful” kataku mengajak bercanda.
Kontan Niall dan Liam tertawa mendengarku.

***
“Siapa?” Aku membuka pintu apartemenku masih sambil mengingit rotiku.
Aku terkesiap melihat cowok yang kemarin membantuku itu, bisa muncul lagi di hadapanku.
“Am I disturb you?”tanya Zain
Aku menggeleng , mempersilahkan Zain masuk ke dalam apartemenku yang sederhana.
“Why you here?” tanyaku penasaran.
Zain tampak sibuk meneliti setiap furniture rumahku yang Indonesia banget. Aku sengaja mendesainnya sedemikian rupa agar tak kangen dengan negara sendiri.
“Oh yeah, I was wondering to ask you out” Zain menatapku memohon.
Aku mengerutkan keningku setengah tak percaya ia sedang mengajakku kencan. Ia harusnya il-feel melihatku mabuk di pub dan mengumpat segala macam. Tapi ia tidak. Keren…
“That would be great. When?”
“Saturday night”
Aku mengangguk setuju. Untung saja minggu ini sedang tak ada banyak tugas kuliah. Bisa-bisa aku batal kencan dengan cowok ini.
“Uhm, are you busy today?”
Aku melihat jam di dinding. 1 siang. Kelasku jam 3 hingga jam 5… apa itu bisa dibilang sibuk?
I’ve class at 3 until 5” jawabku.
Zain tersenyum senang “Do you want go to the park , tonight?”
Ia pastilah penyihir. Ia pasti membacakan mantra yang membuatku tunduk dengannya. Apa yang bisa kulakukan selain mengangguk mengiyakan?

***
“I’m actually live in Indonesia. Do you know where is it?” tukasku di sela-sela kami berjalan menyusuri taman di malam hair.
Zain mengangguk “I ever went to there, once”
“How about you? You look like from middle east or somewhere”
Aku tidak bohong. Muka Zain ini seperti campuran arab atau sebangsanya. Tapi justru itulah yang membuat ia ganteng.
Ia mendengus geli “Pakistan-British”
“Oh… I see”
Kami berdua memutuskan untuk duduk di salah satu kursi taman  di bawah pohon rindang yang sejuk.
Aku merapatkan sedikit jaketku karena udara malam London di musim semi tidak terlalu baik.
Zain yang kulihat kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jaket vasity nya yang keren. Ia mulai menyalakan rokoknya dan menghisapnya.
Aku mulai terbatuk-batuk dengan asap rokok Zayn “”No offense but can you please stop smoking? I have asthma” kataku mulai meringis kesakitan.
“Ops sorry” Ia menyesap rokoknya sekali kemudian mematikannya.
“Thankyou” kataku merasa tak enak dengan kondisiku sendiri. Karena penyakit  sialku ini  ia harus terpaksa menghentikan kebiasaannya itu.
Padahal aku bisa saja memaki orang yang merokok di hadapan orang.
“Do you like music?”tanya Zain mengalihkan pembicaraan.
Aku mengangguk antusias “Of course. I like singing”
Zain tampak senang “Sing me a song”
Aku menarik nafas mengambil ancang-ancang menyanyi… dan menyanyikannya salah satu lagu favoritku , Next To You yang dinyanyikan Chris Brown dan Justin Bieber.
“Amazing is the only word I can say right now” puji Zain.
Aku tersipu malu. “I’m just amateur. How about you? Can you sing?”
Zain berdeham sekali kemudian menyanyikan lagu Superhuman juga dinyanyikan oleh Chris Brown.
Aku mengulangi kata-katanya “Amazing is the only word I can say right now. You can be a success singer you know”
Zain mendengus mendengarnya “I can…”
***
Zain membawaku ke festival musik tahunan di London Music Fest. Dan disini banyak sekali artis-artis , dominan Inggris yang akan meramaiakan acara.
Aku membaca brosur festival itu dan melihat-lihat siapa saja yang tampil. Adele, Bobby Valentino , Christina Aguilera , Elton John , Jessie J , Leona Lewis , Maroon 5 , Natasha Bedingfiled , One Direction …
Tunggu. One Direction tampak tak asing di telingaku. Ada banyak teman-temanku yang menyukainya. Kalo tak salah ia kan bekas finalis X-Factor. 
“Zain, do you know One Direction?” tanyaku kepada Zain yang berada disampingku.
Zain menatapku lesu “Well, you know sooner or later you will know it. But.. I thin k you should know that I’m one of the performer here. I’m one of One Direction”
“Oh. Now I know why people looking at you” kataku polos.
Aku tak bisa menyalahkan diriku sendiri karena kurang gaul sampai tak sadar cowok yang jalan denganku adalah artis terkenal. Aku terlalu sibuk kuliah sepertinya sampai tidak tau siapa itu One Direction.
Yang kutau kan mereka 5 orang cowok yang digandrungi banyak cewek.
“Hhmm, I just performed one song in the end of the show. So , we can watch together”
“Okay, but are you okay with this crowd?’
“Doesn’t matter, Michelle”

Well, kami memang menonton festival musik itu dengan semangat. Tapi sejak Zain mengatakan ia adalah artis, membuatku agak… minder. Pasalnya, aku mendapat tatapan jahat dari sejumlah gadis dengan kaus one direction dan spanduk I Heart Zayn.
Saat Zain pamit kepadaku untuk segera ke backstage, aku membuka blackberry ku dan mulai melakukan riset kecil-kecilan tentang One Direction.
Ternyata namanya Zayn Malik. Ia masih 19 tahun… setahun lebih muda dariku. Ia pernah kencan dengan artis tua dan ia punya banyak tato. Ia merokok , ia pakai anting ( ia tidak memakainya selama ini ) , ia peminum dan bahkan mabuk dengan salah seorang personil lainnya, Harry Styles.
Aku menarik kesimpulan dibanding yang lain, ia adalah si ‘bad boy’ nya. Aku merasa risih sih karena aku benci cowok bad boy.
Aku berhenti membaca artikel tentang One Direction ketika mereka mulai tampil menyanyikan single terlaris mereka, What Makes You Beautiful.
Dari mereka berlima, memang sih yang paling ganteng menurutku Zayn…
Saat bagian ia solo , Zayn tak segan menatap kearahku dan tersenyum kepadaku.
Cewek-cewek yang menyukai One Direction terutama Zayn langsung mendorongku tak senang. Malah ada orang yang menarik rambutku sebal.
Pada akhirnya, festival musik itu berlangsung dengan sempurna. Tambah sempurna ketika Zain datang membawakanku sekuntum mawar merah.
Aku tersenyum mengucapkan terima kasih. Kurasa aku beruntung tak sengaja bertemu dengannya.

***
Zayn's POV

Sejak festival musik itu, aku dan Michelle resmi berpacaran. Yeah, akhirnya aku menemukan juga orang yang mau mengertiku dan tentu saja tidak munafik.
Banyak cewek yang menarik hatiku tetapi semuanya menginginkanku karena aku ini artis terkenal. Aku lelah berhadapan dengan orang seperti itu.

@jennygordon6688 : @zaynmalik poor you boy dating a fake girl

@IloveZaynM : @zaynmalik you should know that it’s clearly impossible girls will date you because your Zain , they date you because you’re Zayn J
#myopinion

@AmandaMalik : I watched ur perform @ MusicFest couple weeks ago, and saw ur arrogant girl show off that she dates you! #bitch

@Laura1D_swag : You really deserve a better girl than that slut @zaynmalik if you weren’t in the band, I bravely say she will leave you!

@kissmeHarryS : @zaynmalik I guess she wants popularity =D

@BiebBTR1D_4ever : Woops! Look what I found @zaynmalik pic.twitter.com/4e912V91b

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tweet-tweet yang masuk ke mentionku. Lelah juga diperlakukan begini. Menuding semua pacarku tidak-tidak. Tapi rasa penasaranku mengalahkan rasa kesabaranku. Aku membuka link yang dikirim salah satu fan itu dan menemukan gambar Michelle dengan seorang cowok. Oh , aku akan bilang itu rekayasa jika cowoknya macam-macam. Sayangnya aku kenal cowok itu. Ia Dave. Cowok brengsek yang membuat Michelle mabuk waktu itu.
Aku yang mudah emosi , tak memikirkan apa-apalagi selain anggapan bahwa yang dikatakan semua fans-fansku itu benar. Michelle benar memanfaatkan dirinya untuk menjadi terkenal mendadak.
Seketika itu juga aku merasa jijik dengannya…

***
Biasanya siang hari di hari Rabu kulalui dengan bersantai di apartemen , menonton DVD atau jalan-jalan dengan Dave, teman seperjuanganku dari Indonesia. Well, yeah ia mengakui ia mencuri semua uang dan teleponku karena tak memiliki uang jajan. Tapi ia tak jadi mengambilnya dan mengembalikan semuanya kepadaku dengan keadaan utuh. Kami sempat jalan sebentar di hari Minggu. Ia mengajakku makan di sebuah restoran yang sangat enak sekali.
Aku harus mengajak Zain kapan-kapan kesana.
Hari ini rencanaku untuk tidur seharian karena lelah sehabis ujian tengah semester batal ketika aku mendapat tamu tak terduga.
Zain berdiri di depan pintu apartemenku tampak tampan seperti biasanya dengan varsity. Aku harus memutar bola mataku sekali baru dapat menutupi kegugupanku melihat wajahnya.
Dengan ramah aku menanyakan ada apa ia kemari. Bukannya ia bilang ia sibuk rekaman album keduanya?
Zain tampak berbeda dari biasanya. Hari ini ia terlihat bad mood dan menolak bertatap mata denganku.
“I wanna talk with you” katanya ketus.
Aku mengerutkan kening. Aku benci jika seseorang mengucapkan kata itu. Pasti ada sesuatu yang tak beres terjadi.
“What? What’s going on?”
“I saw a pict of you with date asshole guy , what’s his name? Dave?”
Aku tersenyum mendengar permasalahannya “You came here , because that stupid picture? Who picture me?Crazy fans?”
Zain menggeleng “Don’t ever treat my fans like that. Maybe they were right you just want me because I’m on the band, right?”
Aku menatap tajam Zain tak percaya ia mengucapkan itu. Aku menggeleng kepadanya “No Zain. Otherwise, I like the ordinary Zain. Thanks for coming. And by the way I’m disappointed you said like that”
Saking kesalnya aku , aku sengaja membanting pintu.
Semua kenangan manis dengan Zain yang kulewati bersamanya… Saling menyuapi, piknik di pantai, makan malam berdua , cincin yang ia berikan padaku, dan semua hal baik yang pernah ia lakukan padaku … semuanya tak berarti lagi sekarang hanya karena ucapan sengitnya itu.
Tidak bisakah aku punya ending yang baik ?

***
Zayn's POV

“Talk to me” Liam menepuk kursi disampingnya , menyuruhku duduk menceritakan masalahku.
Aku sedang bingung. Aku memang merasa aku ini belum seutuhnya stabil. Buktinya dengan melihat foto Michelle dengan cowok lain saja aku sudah naik pitam. Dan sekarang setelah mendengar Michelle bicara ia kecewa denganku karena men-judge dirinya seperti itu, aku sangat menyesal dan ingin mengigit lidahku karena berkata bodoh.
“I mad with Michelle because a fan gave me a pict of her with another guy, and everything bad about her. And I feel so stupid I believe them. I mean they’re my fans , they wont lie”
Liam terkekeh mendengarku “You should love your fans but don’t influenced by them. Jealous girls are crazy , Zayn. Just like Danielle being bullied by crazy fans.
They love you because you are their idol. But Michelle… I believe she loves you as you not Zayn from One Direction”
Aku tercengang. Liam, kenapa ia selalu bijak?
Dan kenapa kebijakannya tak menular sedikit kepadaku? Aku merasa bodoh sekarang…

***
Semua panggilan dan SMS dari Zain tak ada satu pun yang kurespon. Pertama karena aku sangat kecewa dan sedih mendengar ucapannya itu. Kedua karena aku sibuk. Dan ketiga kurasa sebaiknya aku mengakhiri hubungan dengan si artis terkenal itu sebelum semuanya semakin buruk.
Aku selalu mendapatkan pesan-pesan benci dan mention yang semuanya tak enak dibaca. Bukannya aku takut ada orang yang mengancam ingin membunuhku atau segalanya, tapi aku lelah.
Saking lelahnya aku ingin sekali kembali ke Jakarta dan melupakan semuanya disini.
Bersama dengan keluarga dan orang yang memang serumpun denganku lebih baik sepertinya.

@michellelele : pengen balik ke Jakarta L Kangen semuanya!

Aku mendesah membayangkan kuliahku berakhir dan benar dapat kembali ke Jakarta…

***
Zayn’s POV

Dengan bantuan google translate aku mencoba men-translate ucapan Michelle dengan bahasanya itu.
Dan aku kaget melihat ia kangen dengan rumahnya dan ingin kembali ke rumah.
Apa ini semua gara-garaku?
Lama-lama aku lelah , semua telepon dan SMS ku tak ada satupun yang dijawabnya. Aku kan sudah minta maaf, dan tidak bisakkah ia memaafkanku sekali ini saja? Segitu bersalahkah aku sampai ia tidak meresponku sedikit pun.
Rasanya aku harus berbciara lagi dengannya.

***
Aku mengintip dari balik tirai kamarku dan mendapati Zain sedang jalan kemari. Aku berdecak kesal. Aku muak sekali melihat wajahnya.
Seperti yang kuduga ia menggedor pintu apartemenku dan meneriakkan namaku , menyuruhku membuka pintu. Tentu saja aku menolaknya.
Zain rupanya tak menyerah ia bahkan terus menggedor pintu dan bahkan mengancam akan mendobrak jika ia rasa perlu.
Aku mau tak mau menyahut , awas saja jika kau berani mendobrak. Aku tak akan bicara dengannya seumur hidupku. Seperti biaya hidupku disini kelebihan banyak saja. Untuk makan aja kadang aku harus berlapar-lapar ria demi menghemat uang jajan.
Oh iya aku lupa dia artis yang punya banyak uang.
Hujan mulai mengguyur London yang belakangan ini memang sering hujan. Dan aku lupa tangga luar apartemenku tidak ditutupi atap.
Suara Zain mulai melemah seiring terbalap dengan suara hujan yang deras. 
Aku merosot di balik pintu apartemenku jadi sedih juga Zain harus kehujanan. Bagaimana bila ia sakit???
Dari balik pintu aku mendengar ia bernyanyi salah satu lagu yang sangat cocok untuk menggambarkan situasi kami berdua. Gotta Be You 
Air mata jatuh di pipiku mendengar nada sedih dibalik nyanyiannya itu.
Setelah ia selesai bernyanyi ia mengucapkan salam perpisahan “Maybe I deserve this. You’ll never forgive me. But I was honest with you. Deep in my heart I’m really regret it. I’m sorry, Michelle…”
Dan yang kudengar selanjutnya derai suara mobil yang berangsur menghilang dari apartemenku…
Aku merasa menjadi cewek terburuk sedunia.

***
Aku menangis kencang setelah kejadian barusan. Hampir sejam waktu kupakai untuk menangis membuat mascaraku luntur.
Rupanya aku terlalu tenggelam dalam kesedihan sampai tak menyadari ada banyak missed called di blackberry-ku.
Aku melihat nomor asing meneleponku setidaknya 15 kali. Baru ingin meneleponnya, nomor itu kembali meneleponku.
Dengan suara parau aku mengangkat telepon itu “Hello?”
“Michelle! I’m Liam. Well, I had a bad news for you…”
“What?” tanyaku masih terisak.
Liam tak berbicara untuk beberapa detik. Ia menarik nafas , mendesah sebentar dan aku bisa mendengar nada kesedihannya terpancar dari kata-katanya “Zayn… he died, car accident after back home from ur flat” ujarnya.
Seluruh air mata yang kupunya rasanya tak cukup untuk meluapkan kesedihanku kali ini. Berita itu, berita itu tak mungkin benar terjadi. Ini pasti april mop atau semacamnya.
Ia…. Ia tidak boleh meninggal!
Kali ini tak ada lagi air mata yang mengalir, yang ada hanya suasana gelap seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya.

***
Yang kuingat selanjutnya , aku berada di rumah sakit. Bersama semua anggota One Direction lainnya dan tentu saja keluarga Zain.
Mereka semua 0- terutama keluarganya menatapku penuh kebencian.
Yeah semua ini salahku karena membiarkannya menyetir di kala patah hati amat sangat. Ini semua karena aku tak mau memaafkannya.
Aku terlalu terpukul sampai tak dapat menangis setitik pun. Jika boleh memilih, aku juga ingin mati sekalian karena tak sanggup menanggung kesalahanku ini.
Untuk terakhir kalinya, aku diberi kesempatan melihat Zain. Orangtuanya sempat menolak , tapi dengan bantuan teman-teman Zain mereka akhirnya mengalah  meski tak ikhlas.
Aku masuk ke ruangan Zain dan melupakan semua emosiku disana. Aku menggoyang-goyangkan tubuh Zain berharap ia hanya bercanda. Aku berharap ia hanya mengerjaiku seperti yang sering ia lakukan padaku.
Tapi ia tidak bereaksi apapun. Dia kaku. Jantungnya tak berdenyut lagi.
Melihat orang yang kau cintai terbaring tanpa nyawa seperti itu … sangat menyakitkan. Seolah kau ingin menukar nyawamu asal ia selamat. Oh andai aku punya pilihan seperti itu. Ia…. Ia anggota band terkenal. Ia tidak boleh mati.
Dengan sisa perjuanganku membuat ia hidup lagi… aku menciumnya berharap dengan ciumanku ini ia kembali bernafas. Ia dapat kembali ke dalam pelukanku. Dan kami bisa kembali bercanda gurau lagi bukannya seperti ini.
Aku mendesah putus asa. Ini bukan cerita dongeng dimana orang mati bisa bangkit kembali karena ciuman dari orang dicintainya…
Namun di dunia nyata ada yang namanya keajaiban.
Zain membuka matanya , ia meringis kesakitan…. Tetapi setelah melihat wajahku persis di depan wajahnya , ia tersenyum “I must be in the heaven right now. I thought I’ll lose you forever, Michelle”
“No. You will not lose me again. Never”
Aku mengusap wajah Zain dan menangis di dalam pelukannya.
Hanya dengan cinta , kau bisa membuat semuanya menjadi nyata.

The End

Love
Natasha ( on vacation! )


PS : Happy Belated Birthday my lovely and the only sistah , Mellisa =D 
PPS : Give me feedback by comment this story :) Thankss!!
PPPS : Sorry for bad grammar! Not a professional english speaker 

No comments:

Post a Comment